Sudarnoto Ingatkan, Hati-hati! Manuver Licik Penjajah Israel Menjerat Indonesia

Pemimpin Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP), DR. Ahed Abdul Atha, menegaskan, kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan penjajah Israel di Gaza masih berlangsung, sementara langkah politik global dinilai semakin menguntungkan pihak penjajah. Penegasan itu ia sampaikan dalam sebuah forum koordinasi dan diskusi bersama lembaga-lembaga kemanusiaan Indonesia yang bertajuk “Pertemuan Sinergi untuk Gaza 2025”, pada Jumat (5/12/2025) di Jakarta. Hadir sebagai narasumber di diskusi tersebut di antaranya adalah Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA.

Di kesempatan itu, Prof. Sudarnoto menjelaskan bahwa istilah “Regional Security” yang sering kali disampaikan Perdana Menteri penjajah Israel, Benjamin Netanyahu, itu tidak mengarah kepada stabilitas keamanan kawasan dalam arti dunia seluruhnya, melainkan hanya kawasan penjajah Israel saja. Mereka gencar memfitnah Hamas dan seluruh fraksi perjuangan sebagai teroris yang dapat mengganggu stabilitas keamanan kawasannya. Hal itu menjadi dasar kenapa penjajah Israel sangat bernafsu menghancurkan kota Gaza, karena Gaza merupakan kotanya para pejuang di mana singa-singa Allah dilahirkan.

Di samping manuver-manuver secara fisik berupa pengeboman, pembantaian, dan pengusiran paksa warga asli Gaza, penjajah juga sering kali menggunakan cara-cara halus yang bertujuan untuk melemahkan Gaza dan memperkuat posisinya sebagai penjajah. Contohnya adalah perjanjian “Abraham Accord”, serangkaian perjanjian normalisasi hubungan diplomatik dengan penjajah Israel. Perjanjian ini dinilai tidak adil dan hanya menguntungkan pihak penjajah. Oleh sebab itu, MUI mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dan tidak terjebak ikut menormalisasi hubungan dengan penjajah Israel, karena hal itu sangat berseberangan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia.

Menurut Sudarnoto, MUI sangat mendukung rencana pemerintah yang akan mengirimkan 20.000 tentara sebagai bagian dari ISF (International Stabilization Force), pasukan penjaga perdamaian multinasional yang diamanatkan PBB dengan tujuan untuk melindungi para korban dari serangan penjajah. Namun, MUI mengingatkan pemerintah agar senantiasa berhati-hati, karena bisa saja Zionis melalui Amerika Serikat mengintervensi dan mengambil alih kendali, sehingga justru malah menguntungkan penjajah Israel.

YPSP: Penjajah Israel Terus Lakukan Pelanggaran, 56 Warga Palestina Syahid dalam Tiga Hari
YPSP (Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban) menyoroti pelanggaran Penjajah Israel di Jalur Gaza. Empat hari terakhir, serangan penjajah menyebabkan 56 warga Palestina syahid. Sejumlah 33 orang syahid pada 20 November 2025 dan 23 orang syahid pada 22 November 2025.

Di dalam forum tersebut, Sudarnoto juga menyinggung soal perlucutan senjata Hamas. Ia menyebut bahwa hal itu justru berpotensi memperburuk keadaan warga Gaza, karena sama saja memberi kemudahan bagi penjajah untuk melakukan genosida.

MUI pun menegaskan dukungannya kepada pemerintah Indonesia untuk tetap independen dan tidak terjebak manuver Israel. Ia juga meminta agar seluruh lembaga filantropi dan NGO Indonesia memperkuat kolaborasi. Terlebih, Indonesia dicanangkan akan menjadi pusat Aliansi Bela Palestina dan gerakan wakaf rekonstruksi Gaza se-Asia Pasifik.

Memperkuat gambaran lapangan, DR. Ahed Abdul Atha memaparkan rangkaian pelanggaran gencatan senjata yang terus terjadi. Ia menyebut, warga Palestina dilarang berlindung di tenda pengungsian padahal di sana sedang berlangsung musim dingin, obat-obatan ditahan sedangkan banyak warga yang terluka, rumah sakit dihancurkan, dan Gaza diisolasi total dari bantuan. Warga yang ingin keluar dari Gaza sengaja diizinkan, tetapi setelah keluar mereka tidak diperbolehkan kembali. Inilah di antara strategi penjajah dalam mengusir warga asli.

Terakhir, Ahed Abdul Atha menegaskan bahwa masyarakat Indonesia memiliki tiga tugas utama. Yaitu konsisten menyuarakan isu Palestina, konsisten boikot penjajah Israel, dan berkontribusi dalam rekonstruksi Gaza.