Abu Syuja' Syahid Pasca Penjajah Serbu Tepi Barat
Rabu (28/8/2024) dini hari, pasukan Penjajah Israel melancarkan serangan ke beberapa bagian di Tepi Barat, Palestina. Serbuan dan serangan udara menargetkan tiga wilayah Tepi Barat, yaitu Jenin, Tulkarem, dan Tubas. Ketiga area itu diserbu rentetan drone, buldoser, hingga pasukan darat.
Tragedi itu digadang-gadang adalah operasi militer terbesar sejak meletusnya Intifada pada tahun 2002 lalu. Pasca serangan itu, kelompok pejuang Palestina, Jihad Islami, mengatakan, komandan tertinggi mereka – brigade Al-Quds – Abu Syuja’, telah syahid di Tulkarem, Tepi Barat.
“Muhammad Jaber (Abu Syuja’), komandan Brigade Tulkarem dari Brigade Al-Quds, tewas bersama dengan beberapa saudara dari brigadenya dalam pertempuran heroik melawan tentara pendudukan (Israel),” demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh pejuang Palestina, Jihad Islam, seperti dikutip AFP, pada Kamis (29/8/2024).
Siapa Abu Syuja’?
Muhammad Jaber – yang lebih dikenal sebagai Abu Syuja’ – lahir tahun 1998 di Kamp Nour Shams, Tulkarm. Oleh kedua orang tuanya, ia dibesarkan di kamp tersebut bersama lima saudara kandungnya. Keluarganya tinggal di kamp tersebut setelah mengungsi dari kota Haifa selama peristiwa Nakba pada tahun 1948.
Menurut media lokal, Muhammad Jaber adalah salah seorang yang paling dicari oleh Penjajah Israel di Tepi Barat, dengan tuduhan “mengganggu stabilitas Tepi Barat bagian utara” dan berada di balik layar berbagai operasi. Dia dekat dengan komandan Batalyon Tulkarem Pertama sekaligus salah satu pendirinya, yaitu Saif Abu Libdeh. Setelah peristiwa terbunuhnya Abu Libdeh, Abu Syuja’ melanjutkan posisinya sebagai Komandan Batalyon tersebut.
Eskalasi dan perekrutan Batalyon Tulkarem dilakukan setelah posisi kepemimpinan ia emban. Para pemuda bergabung dalam barisan perjuangan tersebut. Tercatat jumlah anggotanya menjadi sekitar 40 orang pada September 2022 lalu.
Abu Syuja’ sempat beberapa kali selamat dari berbagai upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Penjajah Israel. Dia pun diberi gelar “seorang syahid yang hidup”.
Menambah Bukti Kebengisan Penjajah
Syahidnya salah satu komandan militer Pejuang Kemerdekaan Palestina itu menambah panjang daftar pelanggaran Penjajah Israel. Beberapa kali negosiasi yang dilakukan oleh para mediator juga tidak membuat mereka berhenti untuk melakukan kerusakan dan pembantaian.
Seorang jurnalis dari kantor berita Prancis melaporkan, bentrokan masih berlanjut pada Kamis pagi di Jenin. Wartawan di bagian lainnya mengindikasikan bahwa tentara Israel masih melanjutkan operasi mereka di Tulkarem.
Pembantaian Israel di Tepi Barat kian meningkat sejak peristiwa Thufan Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023. Operasi militer tersebut pun menambah deretan bukti kebengisan Penjajah Israel terhadap warga Palestina. Menurut PBB, sebanyak 637 orang telah syahid di Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023.
Serangan besar ke Tepi Barat dan tewasnya komandan Batalyon Pejuang Palestina adalah tindakan untuk menjaga citra diri dari opini internasional. Pernyataan penjajah atas musnahnya Hamas menjadi tekanan besar, setelah publik tahu bahwa Hamas masih aktif dan melakukan serangan balik. Penjajah Israel butuh validasi, seolah-olah menjadikan ini sebuah pencapaian kemenangan.
Namun, para penjajah tidak mengetahui di balik sosok hebat pemimpin pejuang Gaza, akan ada generasi selanjutnya yang akan menggantikan. Sebagaimana Ismail Haniyya digantikan oleh Yahya Sinwar.
(Dari Berbagai Sumber)