Ada Apa di Balik Serangan Penjajah Israel ke Suriah?

Konflik di kawasan Timur Tengah masih terus berkecamuk. Belum usai dampak serangan Israel terhadap Iran, kini Suriah menjadi target berikutnya. Pada Rabu (16/7/2025), Israel si penjajah melancarkan serangan udara besar-besaran yang menyasar Markas Besar Staf Umum Militer dan area sekitar Istana Kepresidenan di Damaskus, Suriah.

Meski pun konflik tersebut berujung pada gencatan senjata yang didorong oleh Amerika Serikat (AS) — seperti halnya yang terjadi dalam konflik antara penjajah Israel dan Iran — menarik untuk menelisik akar sebab peristiwa itu.

Israel mengeklaim bahwa serangan tersebut bertujuan untuk melindungi kelompok Druze — yang mayoritas menganut Islam Syiah — dari kelompok Arab Badui. Kelompok Druze dan Arab Badui telah lama terlibat konflik, yang kerap dipicu oleh sengketa lahan, perebutan sumber daya, atau aktivitas kriminal semisal penyelundupan dan penculikan.

Pesan dan Kesan Pidato Abu Ubaidah
Pidato Abu Ubaidah menegaskan bahwa Brigade Al-Qassam masih berdiri kokoh di atas landasan yang kuat, dan memiliki visi serta strategi yang jelas, yang bertujuan untuk menimbulkan kerugian besar di kalangan tentara Israel.

Tanggapan Beberapa Analis

Beberapa pengamat berpendapat, motif sebenarnya dari serangan Israel adalah untuk mencegah Suriah kembali menjadi ancaman di kawasan perbatasan regional melalui konflik internal. Akademisi dan pakar strategi militer, Dr. Ahmad Al-Sharifi, menyatakan, Suriah kini berada dalam situasi genting dan sedang menuju proses federalisasi serta pembelahan wilayah.

Serangan Israel ke Suriah merupakan bagian dari ‘Proyek Timur Tengah Baru’,” ujar Al-Sharifi.

Tindakan itu sejalan dengan proyek ideologis yang telah dirancang sejak puluhan tahun silam. Strategi tersebut dikenal sebagai Teori Ben-Gurion — diambil dari nama perdana menteri pertama Israel — yang juga disebut periphery strategy.

Teori Ben-Gurion bertujuan untuk:

●     Mengaktifkan peran kelompok minoritas, terutama yang tertindas.

●     Membentuk negara-negara kecil atau kanton berbasis etnis atau sektarian.

●     Memecah kawasan Timur Tengah menjadi entitas administratif kecil, bukan negara-negara kuat.

Pengadilan Belgia Perintahkan Stop Total Kiriman peralatan militer ke Penjajah Israel
Awal bulan lalu, Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Belgia, Maxime Prévot, mengatakan, Belgia memutuskan untuk memerkeras sikap mereka terhadap Israel. Ia menegaskan, tindakan militer di Jalur Gaza bukanlah bagian dari hak pembelaan diri yang sah.

Peneliti senior di Pusat Studi Al Jazeera, Dr. Liqaa Makki, juga menyoroti obsesi nyata Benjamin Netanyahu dalam menciptakan keamanan regional yang menjamin keselamatan Israel hingga 100 tahun ke depan.

Sedangkan analis hubungan internasional, Mahmoud Alloush, menyebut, Israel tengah berinvestasi jangka panjang pada komunitas Druze sebagai bagian dari strategi menciptakan zona bebas senjata di wilayah selatan Suriah. Strategi ini juga terkait dengan konflik geopolitik antara Israel dan Turki.

Alloush menilai, pasca 7 Oktober 2023, Israel — dalam kondisi agresif — berupaya memecah Suriah menjadi entitas sektarian dan etnis demi melemahkan negara baru yang tengah berupaya bangkit dari kehancuran.

 

(Diolah dari berbagai sumber)