Agar Tak Overthinking tentang Tanda-tanda Kiamat
Beriman kepada hari akhir adalah salah satu dari rukun iman. Disebutkan dalam hadits yang dikenal sebagai Hadits Jibril, bahwa Jibril menjelma menjadi seorang lelaki dan bertanya kepada Nabi tentang iman dan Islam.
Nabi menjawab, “Iman adalah engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab-Nya; para Rasul-Nya; hari akhir, dan beriman kepada takdir Allah” – HR Bukhari.
Fase menuju hari akhir itu sering kita sebut sebagai "tanda-tanda kiamat". Ada banyak hadits tentang tanda-tanda kiamat. Saya sendiri pernah membuat list tanda-tanda kiamat yang bersumber dari hadits. Ada sekitar 80 tanda kiamat dari hadits shahih dan Hasan, dari tanda kiamat sugra sampai tanda kiamat kubra. Bahkan mencoba mengurutkan kejadian-kejadian menjelang kiamat itu. Tetapi dengan mempelajari seluruh tanda kiamat dari hadits-hadits itu, saya justru menjadi tenang dan tidak gampang terpengaruh isu-isu, seperti orang-orang zaman sekarang yang menyikapi kabar tentang tanda-tanda kiamat secara berlebihan.
Biar Nggak Overthinking
Setidaknya ada tiga kelompok dalam menyikapi tanda-tanda kiamat. Kelompok pertama, mereka yang sembrono dalam mengait-kaitkan tanda kiamat dengan peristiwa terkini, sehingga alih-alih niat awalnya mengingatkan tentang hari akhir, malah jadi membuat orang panik.
Baca Juga : Usaha Sampai Kiamat
Kelompok kedua, mereka ini adalah korban dari kelompok pertama. Mereka ini disajikan konten tentang tanda kiamat yang "wah", menyeramkan, dan membuat panik. Bahkan sampai ada yang susah tidur gegara nonton postingan konten tanda kiamat.
Kelompok ketiga adalah mereka yang pertengahan. Yaitu mereka yang membaca secara lengkap dalil-dalil tentang akhir zaman, tidak mudah terpengaruh isu, dan bijak dalam menyampaikan dakwah tentang akhir zaman.
Semua kesalah pahaman dan keresahan soal tanda-tanda kiamat ini adalah karena tidak lengkapnya membaca tentang tanda-tanda kiamat, lalu langsung menyimpulkan, dipaksakan cocok dengan kondisi terkini, lalu jadi narasi yang masih mentah dan langsung di-share ke publik. Sebagai contoh adalah isu Dukhan muncul sewaktu Covid-19 melanda kemarin yang sempat bikin heboh.
Saya kasih contoh lain, misalkan narasi bahwa di tahun 2024 akan ada Mujadid yang muncul tiap akhir seratus tahun, dan sebagian orang menduga itu adalah Imam Mahdi. Alasannya, karena tepat 100 tahun setelah kejatuhan Turki Utsmani dan karena sekarang masanya Mulkan Jabariyan (raja-raja penindas), maka pada 2024 nanti akan datang Mujadid yang mengakhiri masa Mulkan Jabariyan, dan itu adalah Al-Mahdi. Lalu ditambahi narasi bahwa teknologi akan musnah karena hantaman meteor dan Dukhan, lalu perang akhir zaman melawan pasukan Dajjal.
Sebagian Muslim termotivasi dengan narasi ini karena berharap akan seorang pemimpin umat yang akan memimpin untuk melawan penindasan di berbagai negeri Muslim, ingin berjihad melawan Dajjal, dan sebagainya. Tetapi mayoritas mereka yang orang awam yang belum punya ghirah keislaman dan belum ada ilmu akan merasa panik, takut, tidak semangat bekerja, dan malah ada yang akhirnya enggan menonton ceramah tentang akhir zaman.
Padahal, sejauh yang saya pelajari, argumen tentang Al-Mahdi datang pada 2024 itu keliru dari segi hitungan kalender hijriyah. Penulis Kitab Aunul Ma'bud, Syarah hadits Sunan Abu Dawud berkata, “Menurut Hadits, para Mujadid akan muncul tiap akhir 100 tahun sekali untuk memperbaiki umat dan itu dihitung dari hitungan Hijriyah” (Source: Aunul Ma'bud). Nah, sekarang kan tahun 1445 H, berarti masih pertengahan abad, bukan penghujung
Selain itu, keliru pula dalam hitungan kalender, karena kalaupun mau dihitung dari 100 tahun kejatuhan Turki Utsmani di tahun 1924, maka seharusnya Imam Mahdi muncul tahun 2021, karena hitungan 100 tahun kalender Hijriyah berbeda dengan 100 tahun kalender Masehi.
Baca Juga : Ketika Ketulusan Dibayar Kontan
Lebih Dekat kiamat kecil
Sebenarnya kiamat kecil (kematian) lebih dekat daripada Dajjal, Ya'juj Ma'juj, matahari terbit dari barat, bahkan kiamat kubra. Kiamat kecil bisa saja terjadi bahkan dalam hitungan detik. Itulah kiamat yang harus lebih kita persiapkan. Mengutip ceramah Buya Yahya, “Mempelajari tanda-tanda kiamat hukumnya wajib, untuk menambah keimanan, bukan untuk keliling nyari Al-Mahdi”.
Di dalam ceramahnya, Ustadz Budi Ashari, Lc mengatakan, “Sekarang ada kesalahan yang dimasifkan, dimana (sebagian) umat Islam merasa tidak mampu bangkit, lalu ya sudah lah, pasrah saja menunggu Al-Mahdi. Yang lain grafiknya naik, kita nggak kunjung bangkit. Yang di depan kita itu zaman kebangkitan Islam. Datangnya Al-Mahdi kan ada proses naik dulu, nggak tiba-tiba muncul. Harusnya yang kita persiapkan adalah anak-anak kita untuk kebangkitan Islam”.
Mari kita saring informasi tentang akhir zaman dan ambil ilmu dari sumber yang terpercaya. Dari kitab para ulama semisal buku “Huru Hara Akhir Zaman” karya Ibnu Katsir atau “Asyratus Sa'ah” karya Yusuf bin Abdullah Al-Wabil, agar kita tidak overthinking karena setengah-setengah dalam mempelajari tanda-tanda kiamat. Wallahu A'lam Bishowab.