Agar Tak Tertipu Oleh Pencitraan Calon Penguasa
Musim politik dan Pemilu telah tiba. Banyak calon pemimpin yang tebar pesona. Mencoba memikat dukungan rakyat dengan aneka pencitraan. Rakyat sebagai pemegang daulat tak boleh lengah, apalagi terperosok pada jebakan licin pencitraan para calon penguasa. Waspadalah, gunakan semua nalar kritis, kepekaan, untuk tetap memilih pemimpin yang memiliki kualitas orisinal.
Bacalah yang tak terlihat. Jangan membaca yang terlihat. Pahami aura wajahnya. Jangan hanya tindak tanduknya. Wajah itu cerminan hati. Hati penipu terlihat dari wajahnya. Mereka yang diselimuti hawa nafsu tak bisa memahami ini. Demikian juga, yang tamak dan serakah tak bisa memahami ini. Bukankah di akhirat kelak, yang membedakan umat Nabi Muhammad dengan nabi lainnya dari cahaya wajahnya? Bukankah ahli sujud terlihat dari aura wajahnya?
Di era Umar bin Abdul Aziz, Yazid bin Abdul Malik dikenal sebagai sosok yang disukai oleh kalangan Quraisy karena bagusnya akhlak dan sikap rendah hatinya. Masyarakat yakin dia akan mengikuti jejak langkah Umar bin Abdul Aziz. Namun Umar sendiri memiliki firasat lain yang dituangkan dalam surat wasiatnya kepada Yazid bin Abdul Malik tentang perjalanan kekuasaannya. Hati yang jernih dianugerahi kemampuan membaca masa depan dan merekam masa lalu.
Isi surat wasiatnya sebelum Yazid diangkat sebagai khalifah, "Saya wasiatkan kepadamu, hendaknya bertakwa kepada Allah. Perhatikan rakyatmu, perhatian rakyatmu karena sesungguhnya engkau tidak lama di dunia setelah kematianku. Engkau akan meninggalkan kekayaan dan kekuasaan bagi orang yang sama sekali tidak akan memujimu." Itulah firasat Umar tentangnya. Bagaimana pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz?
Baca Juga : Penduduk Madinah Menolak Politik Dinasti ala Muawiyah
Di awal pemerintahannya, dia berkata kepada seluruh jaringan eksekutif di bawahnya, "Berjalanlah kalian sebagaimana apa yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz." Tragedi kekuasaannya mulai terjadi sejak datangnya empat puluh orang terkemuka memberikan kesaksian kepada Yazid bin Abdul Malik bahwa khalifah tidak akan diminta pertanggungjawaban dan tidak pula mendapatkan sanksi. Bukankah ini terjadi di era sekarang, saat pemerintah mengeluarkan aturan tentang dana Covid-19?
Yazid bin Muawiyah mengikuti kebijakan Umar bin Abdul Aziz hanya berumur 40 hari saja. Sejak itu kezaliman dalam mengelola kekuasaannya mulai merebak. Salah satu contohnya, saat dia menawarkan pengembalian permata kepada Fatimah, istrinya almarhum Umar bin Abdul Aziz, yang oleh Umar telah dikembalikan ke kas negara. Fatimah tetap menolak, di saat hidup suaminya, permata itu telah dikembalikan ke kas negar. Setelah wafatnya pun permata itu tetap di kas negara untuk dikelola bagi kesejahteraan rakyat.
Para pendukung Yazid bin Abdul Malik yang dahulunya menentang kebijakan Umar bin Abdul Aziz, sekarang mulai mengakui kepiawaian Umar dalam mengelola kekuasaan setelah merasakan penyimpangan kekuasaan Yazid bin Abdul Malik. Sekarang, pendukung Yazid bin Abdul Malik mulai menentangnya. Di sejumlah daerah muncul perlawanan. Walaupun akhirnya dapat ditumpas oleh Yazid.
Mengapa Umar bin Abdul Aziz tetap menyerahkan kekuasaan pada Yazid bin Abdul Malik? Padahal firasatnya menahami karakter asli Yazid bin Abdul Malik? Sebab, diangkatnya Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah merupakan wasiat dari khalifah sebelumnya, Sulaiman bin Abdul Malik. Wasiatnya, setelah Umar bin Abdul Aziz, kekuasaan diserahkan ke Yazid bin Abdul Malik. Umar tetap teguh menjaga konstitusi yang ada.
Dari perspektif lain, para ulama membahas, bila Umar tidak menyerahkan kekuasaannya kepada Yazid bin Abdul Malik, akan terjadi pertumpahan darah karena perlawanan dari Yazid dan pendukungnya.
Berhati-hatilah dengan kamuflase mereka yang akan naik ke kursi kekuasaan. Gunakan kejernihan hati untuk melihat aura wajahnya. Gunakan hati untuk membongkar topeng pencitraan dan kebohongan janji politiknya. Jangan lupa, mohonlah petunjuk dari Allah untuk menjaga kejernihan hati dan pikiran, dari tipu daya pencitraan politik.