Aktifis Da'wah Melanglang Buana (Bagian 3)
Sabili | Setelah menyelesaikan kuliah magisternya di Internasional Development Studies di Fairleigh Dickinson University, New Jersey, dalam rentang waktu 1973 hingga 2002, ia bekerja di PBB (UNICEF) di New York, Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jeddah. Terakhir -selama hampir 18 tahun- di Islamic Development Bank (IDB) juga bermarkas di Jeddah, Saudi Arabia.
Sebagai seorang staff junior di PBB pada waktu itu, Siddik terbiasa membantu para seniornya untuk memfasilitasi beberapa kegiatan keagamaan, seperti diskusi tentang Islam, shalat Jumat untuk staff dan delegasi. Awalnya untuk shalat berjamaah menggunakan salah satu ruang serba guna yang kecil, seadanya.
Ia juga biasa mempersiapkan logistik untuk pengajian rutin dan ikut menghidupkan pengajian masyarakat dan mahasiswa Muslim yang diadakan Muslim Students Association (MSA) cabang Columbia University. Waktu itu ketuanya adalah Prof.Dr.Kamal Hasan mantan Rektor University Antar Bangsa Malaysia (IIUM).
Khusus di kalangan masyarakat Indonesia Siddik mengambil inisiatif mengadakan pengajian rutin dari rumah ke rumah. Alhamdulillah, karena berkembang pindah ke aula Konsulat Jenderal RI di New York. Terakhir pindah ke Masjid Komunitas Indonesia, Al Hikmah dibilangan Queens.
Dalam rangka tugasnya di PBB, Siddik pernah bertugas di Kathmandu, Nepal selama dua tahun. Waktu itu ia juga berusaha mengadakan aktivitas dakwah di sana bersama teman-teman cendikiawan Muslim yang jumlahnya sangat sedikit. Maklum Muslim di sana memang minoritas.
Tidak ada informasi yang memadai mengenai kaum Muslimin di Nepal. Apalagi di pedalaman sehingga sulit untuk bisa membuat perencanaan membantu mereka. Tak kehilangan akal, Siddik berinisiatif mengutus beberapa dosen muda pergi untuk ke pedalaman mencari data dan membuat studi sedehana tentang kaum Muslimin yang tinggal terisolir di kampung-kampung.
Beliau juga ikut mensponsori penerjemahan dan penerbitan buku-buku tentang Islam yang pada waktu itu sangat langka di daerah pegunungan tinggi Nepal.
Bertemu dengan para Ulama dan Cendikiawan Dunia
Ketika Siddik muda masih menjadi pengurus di PB PII- ia pernah mengundang Dr. Imanullah Khan, Sekjen Muktamar Alam Islami untuk menghadiri Muktamar ke-12 PII di Bandung. Dalam perjalanan memenuhi undangan WAY, Siddik sempat menjadi tamu Mufti Besar Palestina, Syeikh Haji Al-Amin Al-Husaini di markasnya waktu itu di Beirut- Libanon.
Pada 1968, Siddik juga berjumpa dengan Dr. Said Ramadhan tokoh Ikhwanul Muslimin di Geneva, Pangeran Hassan, ketika itu Putra Mahkota Jordan, Dr. Kamil Sharif, Sekjen Muktamar Al-Quds dan pernah menjadi Menteri di Amman Jordan, Dr. Taofiq Aweidah, Direktur jendral Urusan Islam di Mesir, Syeikh Ali Al-Harakan, Sekjen Rabithah Al-Alam Al- Islami. Dll.
Pertemuan dengan tokoh-tokoh dunia tersebut merekam kenangan tersendiri. Tentu ia juga merasa banyak berhutang budi kepada Tokoh-tokoh di Dewan Dakwah, seperti Mohammad Natsir, Mohamamad Roem, dan bapak-bapak yang lainnya.
Aktivis Pelopor Forum Pemuda Islam Internasional
Alhamdulillah, melalui berbagai acara pertemuan-pertemuan internasional di forum WAY (World Assembly of Youth) di Belgia Jerman akhir 1960an Siddik dengan beberapa kawan mengajak delegasi Muslim dari berbagai negeri yang berafiliasi kepada WAY, seperti Anwar Ibrahim dari Malaysia untuk mendirikan semacam WAY untuk dunia Islam. Maka setelah itu Siddik dengan beberapa kawan seperjuangnnya membuat pernyataan bersama untuk menyatakan komitmen mendirikan organisassi pemuda Islam internasional sedunia.
Kebutuhan ini juga dirasakan oleh pemuda dan mahasiswa Muslim di negeri-negeri lain diluar forum WAY. Presiden Qadhafi dari Libya pada 1973 pernah mengadakan konfrensi Pemuda Islam sedunia di Tripoli yang beliau sempat hadiri disamping beberapa tokoh pemuda dan mahasiswa lain dari Indonesia. namun sayang pertemuan Tripoli ini tidak berhasil karena pihak sponsor, sesuai karekternya yang revolusioner ingin menerapkan Teori Alam Ketiga, dalam Kitabul Akhdar yang juga menjadi dasar gerakan Pan Arabisme, sedangkan mayoritas delegasi menghendaki dasar Islam saja.
Sekadar untuk diketahui dasar teori alam ketiga itu, intinya adalah dunia arab, lingkaran keduanya dunia Islam, baru lingkaran terluarnya adalah negara berkembang. Baru pada kemudian pada pertemuan yang diadakan di Saudi Arabia atas inisiatif Menteri Pendidikan Tinggi Sheikh Hasan Al Sheikh, ide ini dapat direalisir dengan lahirnya World Assembly of Moslem Youth (WAMY) dimana kegiatan utamanya adalah dakwah dalam pengertian mengajak atau mengundang melalui seminar, penerbitan, dan pendistribusian buku-buku, ceramah dan lain-lain.
Putra Indonesia Pertama yang menjadi Direktur IDB
Pada 1979 saat berhenti dari PBB, Siddik kemudian bekerja di Organisasi Konfrensi Islam OKI (semacam PBB dunia Islam) di Jeddah dari 1979 hingga 1984. Selama di OKI dan kemudian IDB, dirinya selalu membantu gurunya yakni Allahuyarham Pak Natsir dengan mengirim informasi yang mendukung kegiatan dakwah diberbagai dunia Islam.
Namun dirinya kurang puas di OKI karena tidak dapat berbuat banyak mengatasi konflik antar negeri-negeri Islam terutama Iran-Irak. Pada 1984 ada kesempatan pindah di IDB maka setelah konsultasi Dubes RI waktu itu, Bapak Achmad Tirtosudiro, dirinya hijrah dan bekerja disana hampir selama 18 tahun, sebagian besar di di kantor pusat di Jeddah, empat tahun di Kuala Lumpur sebagai Direktur IDB untuk Asia Pasifik.
Setelah menyelesaikan tugas di Kuala Lumpur dirinya ditarik mengisi posisi sebagai Direktur Technical Cooperation dan ketika memasuki umur 60 tahun, dirinya mengundurkan diri karena sudah berniat akan berkiprah di tanah air.
Menariknya saat diberi tugas ia memulai dan mengembangkan program besasiswa IDB untuk masyarakat Islam minoritas diluar negeri-- anggotannya terutama untuk pendidikan kedokteran, tehnik, pertanian dan eksata lainnya. IDB memilih program tersebut sebagai sebuah terobosan untuk membangun sumber daya insani-insani di negeri-negeri Muslim minoritas yang memang sangat ketinggalan.
Survey yang diadakan di negeri-negeri seperti Philippine, Myanmar, Camboja, Sri Langka, Nepal, Di Asia; Ghana, Tanzania, Nigeria, Kenya, Siera Leone, Malawi dll. Menunjukkan sangat sedikit atau hampir tidak ada profesi dokter, insinyur, ahli pertanian, dan profesi pembangunan lainnya yang dipegang orang Islam. mereka tidak mau menyekolahkan anak-anaknya karena pendidikan umum sejak awal didirikan oleh para missionaris dan zending yang selalu berusaha mempengaruhi agama anak didiknya. Oleh karena itu orang tua enggan mengirim anak-anak mereka kesekolah umum.
Melalui program beasiswa yang diberikan IDB selama 20 tahun terakhir sudah ada lebih dari dua ribu dokter, insinyur ahli pertanian dll. Di negeri minoritas ini yang biasa menjadi basisi pembangunan mereka. di Indonesia dewasa ada 37 mahasiswa IDB dari Myanmar, Vietnam dan Camboja yang belajar di UGM, UI, IPB, Unibraw dll. Sedangkan yang sudah lulus dan mengabdi mencapai 100 orang. Untuk memaksimalkan produk dari program ini, yaitu lahirnya insani yang terdidik secara profesional dari berbagai negeri minoritas Muslim di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika yang mencapai 40-an negeri.
Naluri dakwah dirinya mendorong terlaksananya program conselling untuk mahasiswa yang sedang belajar. Untuk itu disetiap negeri dirinya mengangkat staf honorary conselor dari kalangan akademisi dan gerakan yang berwawasan Islami untuk terus memberikan bimbingan rohani dengan pengajian taklim setiap dua pekan minimal sebulan sekali. Mengarahkan mereka untuk terus memperkaya bekal ilmu agama dan leadership. Agar ketika mereka kembali, bisa memimpin masyarakat di negaranya masing-masing.
Pengalaman dirinya selama training di PII dan HMI yang dikombinasi dengan pengalaman ahli-ahli community deveploment dan conselling yang beliau rekrut khusus untuk menguatkan aspek ini. Alhamdulillah banyak dari graduates itu yang sekarang menjadi dokter, insinyur, ahli pertanian, apoteker, dll, memainkan peranan.