Anggota DPR RI Ulti Amerika Soal Relokasi Warga Gaza

Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Palestina dengan Penjajah Israel, resmi berjalan pada Ahad (19/01/2025). Namun, baru selang satu hari, menyeruak kabar utusan Presiden AS, Steve Witkoff, yang mengusulkan untuk memindahkan warga Gaza ke beberapa negara dengan alasan keamanan dan kondusifitas.

Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta menanggapi pernyataan tersebut dengan kebingungan. Sebuah usulan yang tidak masuk akal, dan akan memunculkan banyak pertanyaan.   

"Itu serius beliau bilang begitu? Selama ini yang merupakan pendatang dan tukang bikin masalah kan zionis Israel," ujar Aleg PKS tersebut kepada wartawan Detiknews, pada Senin (20/1/2025).

Sukatma lantas mengusulkan, dan membalikkan cara berpikir utusan Donald Trump. Jika tujuannya untuk meminimalisir konflik antara penduduk Palestina dengan penduduk ilegal penjajah Israel, mengapa tidak sebaliknya, justru warga Israel yang dipindahkan ke AS.

"Kenapa beliau tidak memindahkan saja warga Israel itu ke US? Saya kira itu sekaligus menyelesaikan banyak masalah. Saya yakin Indonesia siap kok membantu proses relokasi tersebut. Yang bikin onar dibiarkan, para korban yang dipindahkan. Di mana keadilannya?" tegasnya.

Pernyataan Kontroversial Utusan Trump

Presiden terpilih AS yang baru dilantik pada Senin (20/01/2025), Donald Trump, mengirim utusannya, Steve Witkoff, ke Gaza untuk melihat perkembangan pasca kesepakatan berjalan. Dalam kunjungannya, Steve menyebut nama Indonesia sebagai tujuan relokasi penduduk Gaza.

"Pertanyaan tentang bagaimana rekonstruksi Gaza masih belum terjawab, termasuk ke mana (sekitar) 2 juta warga Palestina dapat direlokasi sementara ini. Indonesia, misalnya, adalah salah satu lokasi yang sedang dibahas untuk menjadi tempat relokasi mereka," kata utusan AS tersebut, yang dikutip dari media NBC.

Perlu dicatat, Steve juga salah satu tokoh utama dalam keberhasilan kesepakatan gencatan senjata antara Penjajah Israel-Palestina. Pernyataan usulannya yang kontroversial ini -mengusir secara halus penduduk Gaza ke luar negeri-, menambah deretan kecurigaan yang perlu ditelisik lebih dalam.