Angin Segar Berembus, Negara-Negara di Asia Tengah Pulihkan Hubungan Perdagangan dengan Afghanistan
Negara-negara Asia Tengah, yang dipimpin oleh Uzbekistan dan Kazakhstan, tengah berupaya memulihkan hubungan perdagangan dengan Afghanistan, meski pun pemerintahan Taliban di negara tersebut belum diakui secara luas oleh komunitas internasional. Menurut laporan surat kabar Prancis Le Monde, langkah itu dilakukan karena pertimbangan ekonomi dan keamanan.
Laporan yang ditulis oleh jurnalis Emma Collet itu menyoroti kunjungan penting Perdana Menteri Uzbekistan, Abdullah Aripov, ke Kabul, pada 18 Agustus 2024. Kunjungan tersebut dianggap sebagai salah satu momen penting bagi pemerintahan Taliban, meski hingga saat ini belum mendapat pengakuan resmi dari sebagian besar negara di dunia. Di dalam kunjungan tersebut, kedua pihak berhasil menandatangani sekitar 35 perjanjian perdagangan dan investasi dengan nilai mencapai $ 2,5 miliar, dan bertujuan untuk meningkatkan volume perdagangan hingga $ 3 miliar di masa mendatang.
Uzbekistan menjadi salah satu negara yang mengambil langkah paling progresif dalam memulihkan hubungan dengan Afghanistan. Menurut laporan tersebut, Uzbekistan meyakini bahwa memperkuat hubungan perdagangan adalah cara paling efektif untuk menormalkan hubungan dengan Afghanistan. Uzbekistan berperan sebagai pintu gerbang utama bagi Afghanistan untuk mengimpor bahan bakar, produk pertanian, bahan bangunan, hingga listrik, dari Asia Tengah.
Ahli ekonomi Hamza Boltaev menjelaskan, Uzbekistan lebih mengutamakan pengaruh ekonomi daripada hubungan diplomatik resmi. Tujuannya adalah menciptakan pengaruh ekonomi yang dapat mendorong Afghanistan untuk terlibat dalam diskusi regional dan diplomasi yang lebih inklusif. Namun demikian, Boltaev juga mengakui bahwa upaya untuk mendorong perubahan struktural dalam kebijakan Taliban melalui hubungan perdagangan masih menghadapi banyak tantangan.
Salah satu isu yang menimbulkan ketegangan adalah masalah air. Terutama terkait pembangunan kanal Qosh Tepa di Afghanistan pada 2023. Kanal ini menyebabkan aliran air Sungai Amu Darya dialihkan, berdampak pada irigasi lahan pertanian di Uzbekistan dan Turkmenistan yang sangat bergantung pada sungai tersebut.
Selain Uzbekistan, Kazakhstan – negara terbesar di Asia Tengah – juga memperluas hubungan ekonomi dengan Afghanistan. Pada Desember 2023, Kazakhstan membuat keputusan besar dengan menghapus Taliban dari daftar organisasi teroris, sebuah langkah yang diikuti oleh Kirgistan pada September 2024. Langkah ini diambil atas dasar kepentingan perdagangan, seperti yang diungkapkan oleh Kementerian Luar Negeri Kazakhstan.
Pada tahun yang sama, Kazakhstan menyambut delegasi pengusaha Taliban dan menandatangani kontrak senilai $ 200 juta, untuk memasok gandum dan tepung ke Afghanistan. Menurut Hamza Boltaev, salah satu pendorong utama Kazakhstan dalam menjalin hubungan ini adalah dampak perang di Ukraina, yang mendorong mengalihkan investasi mitra dagang.
Mantan Duta Besar Kazakhstan untuk Afghanistan, Agoybay Smagulov, juga menyatakan bahwa negara-negara Asia Tengah membuka hubungan dengan Taliban sebagai jalan untuk menyudahi konflik berkepanjangan di Afghanistan serta memperkuat stabilitas kawasan.
Di sisi lain, Tajikistan, yang memiliki perbatasan terpanjang dengan Afghanistan, tampak lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan Taliban. Pemerintah Tajik yang melarang gerakan Islam di wilayahnya, masih mengalami kesulitan dalam membuka dialog dengan Taliban, meski pun konsulat Afghanistan di Khorog, ibu kota Tajikistan, kini sudah berada di bawah kendali Taliban.
Sementara itu, Turkmenistan, yang dikenal sebagai salah satu negara paling tertutup di dunia, juga mulai membangun proyek kereta api yang menghubungkan negara tersebut dengan Afghanistan. Proyek ini dimaksudkan untuk menciptakan jalur perdagangan alternatif yang tidak melewati Uzbekistan. Ha itu memberikan kesempatan bagi Turkmenistan untuk terlibat lebih aktif dalam perdagangan regional.
(Sumber : Al Jazeera, Le Monde)