Anies Baswedan: “Kita Tak Boleh Berhenti Suarakan Pesan untuk Lawan Kezaliman”
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, menghadiri acara KING MAKER, Kamis, 7 maret 2024. Acara diskusi yang diadakan di AQL ISLAMIC CENTER, Tebet, Jakarta Selatan, itu kali ini mengangkat tema “Rafah.. Tangisanmu dalam Ramadhan”. Di acara yang berlangsung mulai pukul 20.00 WIB (diawali shalat isya berjamaah), Anies tampil sebagai pembicara bersama KH Deden Makhyaruddin. Sedangkan Ustadz Bacthiar Nasir tampil sebagai pemantik diskusi.
Menurut Ustadz Bachtiar Nasir, keimanan umat Islam Indonesia kembali diuji. Palestina belum merdeka. Setelah jeda hiruk pikuk politik dalam negeri yang kini pun masih berlangsung, di belahan bumi utara, Israel kembali menyerang. Bom dan peluru kembali dimuntahkan kepada umat muslim Gaza. Raafah, wilayah terakhir yang menjadi tempat seluruh pengungsi, masuk dalam agenda penghancuran oleh tentara zionis. Maka, Umat Islam Indonesia harus bergerak.
“Kita memasuki bulan Ramadan dalam kondisi dunia yang kurang baik. Mungkin ada beberapa saudara-saudara kita di Palestina, khususnya di Fafah, pada beberapa bulan ini mengalami ujian yang luar biasa. Ini Ramadhan kesekian kalinya, dalam sejarah bangsa Palestina, di mana mereka memasuki bulan suci Ramadhan dalam keadaan mencengangkan,” kata Anies.
Anies lantas menuturkan, di Indonesia kita juga mengalami suasana yang juga mencengangkan dan harap-harap cemas. Sebab, nanti sesudah masuk bulan Ramadhan, proses penghitungan suara Pemilu 2024 secara real count tampaknya akan selesai.
“Kita ingin, negeri ini dan berbagai negeri lainnya merasakan suasana keadilan. Dan bila di Indonesia ikhtiar kita untuk perubahan ini ditakdirkan untuk bisa berhasil saat ini, maka kita tidak akan membiarkan Ketidak adilan yang terjadi di tanah-tanah lain, sebagaimana kita juga tidak akan membiarkan ketidak adilan terjadi di Indonesia. Jadi kita tidak boleh berhenti menyuarakan pesan untuk melawan kezaliman ini,” tegasnya.
Baca juga: Pernyataan Sikap Mahasiswa FISIP UI: “Ya, Kami Berpihak!”
Menurut Anies, di bulan-bulan belakangan ini kita menyaksikan untuk pertama kalinya dalam sejarah politik yang terjadi di Palestina, dimana opini rakyat kebanyakan bisa terbentuk untuk melawan mainstream media. Sebelumnya, selama berpuluh tahun ada mesin produksi kebohongan lewat dunia media untuk menggambarkan kondisi bangsa Palestina. Juga tentang perjuangan bangsa Palestina, termasuk apa yang dikerjakan oleh Israel di tanah Palestina. Semua berita disajikan sesuai dengan yang dipesan oleh pengendali-pengendali media massa global.
“Tetapi untuk pertama kalinya kita menyaksikan gelombang perlawanan termasuk lewat social media mampu menembus itu. Mengapa? Kendali atas opini tidak lagi media mainstream, tetapi dikerjakan oleh media (yang isi pesannya dibuat oleh) warga kebanyakan. Nah, rakyat Indonesia adalah salah satu warga social media paling bergemuruh di dunia,” katanya.
Maka, Anies berpesan agar terus menyuarakan pesan itu lewat media. “Termasuk memasuki bulan suci Ramadan. Suarakan (Palestina), minimal targetkan setiap hari itu ada kontribusi kita untuk tujuan pembentukan isu ini. Maka, dengan begitu dorongan kesadaran muncul dan harapannya bisa meluas di tingkat internasional,” pesannya.
Anies pun menyebut, gerakan mendukung kemerdekaan Palestina yang kita suarakan lewat media sosial dulu tidak terasa bergerak. Tetapi kali ini sangat terasa dampaknya. Misalnya, seruan untuk boikot produk-produk terafiliasi Israel, terasa dampaknya.
“Dan menurut saya salah satu faktornya karena pesan boikot itu sampai ke sini, dan pesan ini menerobos semua tembok-tembok pertahanan yang dulu terbangun di media konvensional dan media mainstream yang bisa dikendalikan. Tetapi begitu dia masuk ke jejaring ini (media sosial, red), jebol itu semua! Dan saya merasakan itu. Pas jalan-jalan dengan anak-anak saya, saya pegang itu, mereka bilang, ‘Bah. Bah. Jangan itu, Bah.’ Saya tanya, ‘Kenapa?’ Jawabnya, ‘Dukung Israel’. Seperti itulah dampaknya. Yang baca sosmed itu anak-anak kita,” tuturnya.
Baca juga: Jusuf Kalla: “Oposisi Adalah Kecelakaan”
Kali ini gerakan boikot berdampak secara ekonomi. Sehingga, banyak yang kemudian memikirkan ulang. Sehingga, menurut dia, gerakan boikot produk terafiliasi Israel itu harus diteruskan. Bukan hanya barang, tetapi juga sponsorship. Kita harus bertanya, program apa disponsori siapa?
“Dengan begitu, bukan kita nggak beli barangnya, tetapi juga nggak mengikuti kegiatan yang disponsori (produk-produk terafiliasi Israel). Ini ternyata berdampak. Dan dengan daya beli yang makin hari makin tinggi, dengan informasi yang makin hari makin merata, maka gerakan ini akan bisa mempengaruhi pengambilan-pengambilan keputusan, dalam jangka waktu yang – menurut saya – tidak terlalu lama, karena langsung terasa. Nah, ini yang muncul di seluruh dunia, dan harapannya, nantinya punya implikasi yang besar,” ucapnya.