Antara "Croissant" dan "Bubuy Bulan-Sangray Bentang" (Ingatan Kolektif Komunisme, Islam, dan Turki Ustmani)

"Those who don’t learn from history are doomed to repeat it" (George Santayana)

Para pecinta pastry (kue kering dengan bahan dasar tepung, air, gula, dan lain-lain, red) tentulah mengenal sejenis kudapan yang namanya Croissant. Lalu, apa hubungannya dengan "bubuy bulan, sangray bentang"?

"Bubuy bulan, sangray bentang" itu adalah lirik salah satu lagu populer tahun 1950-an berjudul "Bubuy Bulan". Menurut beberapa literatur, rekaman awal lagu "Bubuy Bulan" (dalam album vinyl tahun 1962 oleh Lokananta) mencantumkan nama Benny Corda sebagai pencipta.

Benny Corda sang pencipta dari lagu itu adalah seorang musisi dan composer. Namanya Tubagus Benny Corda, lahir di Garut, 23 Oktober 1935, wafat di Bandung, 19 Agustus 1996. Istrinya, Nina Kirana, merupakan penyanyi Bintaro Radio yang terkenal pada tahun 1950-an. Salah satu putrinya, Palupi Corda, mengikuti jejaknya menjadi penyanyi.

Lagu "Bubuy Bulan" sendiri sudah sering dinyanyikan oleh banyak penyanyi sampai saat ini. Di dalam lirik lagu tersebut, disebut-sebut tentang “Situ Ciburuy laukna hese dipancing” (Danau Ciburuy ikannya susah ditangkap dengan pancing).

Luka Mendalam: Kisah Nyata Kekejaman PKI di Indonesia
Peristiwa G30S/PKI menjadi pelajaran berharga bahwa ancaman terhadap Pancasila bisa datang dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk memahami sejarah dan nilai-nilai Pancasila agar dapat menjaga keutuhan NKRI.

Bagaimana sebenarnya?

Koran De Preanger-Bode tanggal 17 November 1909 mungkin merupakan koran pertama yang menyebutkan tentang keberadaan danau Tjiboeroej (Ciburuy) di dekat Padalarang. Koran itu bercerita tentang kondisi danau yang dahulu terkenal indah dengan air yang jernih dan pada saat itu tertutup tumbuhan air hampir di seluruh permukaannya.

Harian Bataviaasch Nieuwsblad, 30 Januari 1929, juga menceritakan tentang keramaian di Situ Tjiboeroej yang selalu terjadi sekali dalam setahun, di mana masyarakat berbondong-bondong datang hanya untuk menangkap ikan.

Festival Memancing Zaman Kolonial

Festival itu dikenal dengan banyak julukan. Koran De Koerier (18 November 1929) menyebutnya sebagai Festival Memancing, sedangkan koran Bataviaasch Nieuwsblad (19 November 1929) menyebutnya sebagai Festival Nelayan. Festival memancing tersebut dilakukan setahun sekali, dan biasanya diselenggarakan selama satu bulan penuh.

Harian Bataviaasch Nieuwsblad menceritakan, sepanjang festival ada ribuan orang mendatangi Danau Tjiboeroej untuk menangkap ikan. Ada bermacam-macam ikan di danau tersebut, semisal ikan mas, laweti, tambakan, dan gurame.

Apa yang Kita Wariskan dari Peristiwa G30S PKI kepada Generasi Baru Bangsa?
G30S PKI adalah sebuah peristiwa pemberontakan yang menjadi salah satu catatan kelam bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, tanggal 30 September adalah tetenger, monumen sejarah yang mungkin arcanya telah dibangun di kalender bahkan memori warga negara.

Tafsir Politik Islamhobi: Antara Croissant dan Bubuy Bulan-Sangray Bentang

Lagu "Buby-Bulan" muncul di tahun 1950-an sampai dengan 1960, saat kondisi politik nasional memanas, karena terjadi perseteruan di antara partai Islam dengan partai komunis, yaitu Masjoemi dan PKI. Pemilu tahun 1955 adalah pesta demokrasi pertama, yang disebut-sebut sebagai Pemilu paling demokratis di negara bangsa berpenduduk mayoritas muslim sepanjang pemilu-pemilu berikutnya hingga saat ini, dengan sedikit pengecualian pada Pemilu 1999 (era awal Reformasi).

Ketika itu, PKI menggunakan lagu tersebut untuk mem-bully rivalnya, Masjoemi, dengan menggunakan lirik lagu itu, sebagai simbol sikap permusuhan dan kebenciaan mereka terhadap Islam. Bulan-Bintang adalah bendera Masjoemi saat itu. Sedangkan Matahari adalah lambang Persyarikatan Muhammadiyah. Kedua organisasi tersebut adalah basis politik rakyat pemilih. Sementara NU menjadi partai politik tersendiri, sehingga kekuatan politik umat Islam terpecah, menyebabkan kekalahan Masjoemi dari PNI.

Ekspresi kebencian PKI terhadap ISLAM diwakili oleh lirik lagu tersebut:
BULAN di bubuy
BINTANG disangray
PANONPOE disasate

Tentu saja, pencipta lagunya tidak memaksudkan lirik itu jauh dengan tafsir tersebut.

Bagaimana dengan Croissant?

Dikutip dari Le Dictionnaire Larousse, salah satu makna kata "crois​sant" adalah bulan sabit. Selain itu, croissant menjadi salah satu kudapan yang lezat dimakan di pagi hari sebagai sarapan, dengan kopi atau susu. Tidak heran demikian, karena croissant merupakan pastry yang sangat ringan dan lembut. Awalnya, croissant dikenal dengan nama kipferl dan merupakan makanan yang berasal dari Austria. Kipferl yang sudah ada bahkan sejak tahun 1227 dibuat oleh para pembuat roti Wina. Bentuknya juga sudah dikenal seperti bentuk bulan sabit. Kipferl milik Austria menjadi makanan orang Prancis ketika orang-orang Prancis mulai membuat adonan kipferl mereka sendiri sebagai inovasi dari adonan asli Austria.

Ki Bagus Hadikusumo, Pemberi Kontribusi Penting dalam Sidang-Sidang BPUPKI dan PPKI
Siapa Ki Bagus Hadikusumo? Kontribusi dalam Pembentukan Dasar Negara Tokoh Pejuang Kemerdekaan

Percakapan Hanum Salsabiela Rais

drg. Hanum Salsabiela Rais, MBA (lahir 12 April 1982) adalah politikus, penulis, dan mantan presenter berita Reportase di Trans TV. Ia pernah menjadi Anggota DPR RI periode 2019 – 2024 dari Fraksi Partai Amanat Nasional. Buku "Berjalan di Atas Cahaya" dan "99 Cahaya di Langit Eropa" kemudian diadaptasi menjadi film "99 Cahaya di Langit Eropa" dan "99 Cahaya di Langit Eropa Part 2".


Di dalam suatu percakapan antara Hanum Salsabiela Rais dengan Fatma di sebuah kafetaria di seberang Saints Joseph, Wina, Austria, terekam suatu percakaan dua turis asing berbahasa Inggris. Ketika itu, mereka sedang menyantap roti croissant.

Te​rdengar mereka berujar, “If you want to ridicule Muslim, this is how to do it!" Kalau kalian mau mengolok-olokan Muslim, begini caranya!

Kali ini, ia berbicara lebih berani berbicara keras, "Croissant itu bukan dari Prancis, guys. Tetapi dari Austria, Roti untuk merayakan kekalahan Turki di Wina. Kalau bendera Turki itu berbentuk hati, pasti roti croissant sekarang berbentuk love, bukan BULAN SABIT, dan tentu namanya bukan croissant, tetapi l’amour”.

“Kurasa tamu di balik tembok ini sedang menjelek-jelekkan Islam. Mereka menyebut croissant melambangkan bendera Turki yang bisa dimakan. Kalau makan croissant, artinya memakan Islam! Pokoknya menyebalkan!”

(Buku “99 Cahaya di Langit Eropa”, Gramedia, 2011, hal 39)

Fatma menjelaskan, “Aku perlu memberitahumu sedikit sejarah, Hanum. Turki negaraku, pernah hampir menguasai Eropa Barat. Sekitar 300 tahun lalu, Pasukan Turki yang sudah mengepung kota Wina akhirnya dipukul mundur oleh gabungan Jerman dan Polandia dari atas bukit ini. Islam Ottoman Turki kemudian kalah, terdesak ke arah timur. Jadi, bisa saja turis itu benar. ROTI CROISSANT memang simbol kekalahan Turki saat itu“

(Buku “99 Cahaya di Langit Eropa”, Gramedia, 2011, hal 42)

Perpustakaan Ajip Rosidi, 1 Oktober 2025