Apa Bedanya Umat Yahudi dengan Umat Lain?
Penulis: Hendrajit, Kolomnis
Setelah membaca Kabbala, maupun pengalaman wartawan yahudi Amerika Eric Weiner ketika mendalami khazanah spiritual leluhurnya seperti penuturannya dalam bukunya The Geography of Faith, saya sontak bertanya, apa istimewanya orang Yahudi dibanding umat Islam atau umat agama-agama lainnya. Apalagi banyak inti ajarannya lewat kitab Zohar banyak sama dengan Islam yang terkandung dalam Al Quran. Termasuk pentingnya niat sebagai jembatan tindakan fisik dengan alam ketuhanan.
Setelah saya renungkan, kunci rahasia kenapa Yahudi selalu dua atau tiga langkah di depan dibanding umat Islam, terletak pada metode pendidikan dan pengajarannya yang persis seperti yang jadi tujuan Tasawuf Islam sebagai ilmunya Tauhid. Yaitu dengan didasari ide untuk mendorong seseorang mencapai Kondisi Kesadaran agar bisa terinspirasi dan terilhami. Terinspirasi dan terilhami dalam hal apa? Ya apa saja, tergantung masing masing orang punya cerita dan jalan hidup.
Menariknya, metode pendidikan dan pengajaran para guru Kabbala itu mereka pancarkan ke para muridnya, tidak cuma di ranah pendikan keagamaan atau teologi Yahudi. Melainkan meluas ke berbagai ranah keilmuan lainnya. Meskipun tidak membawa-bawa Kabbala. Namun substansinya ilmu dan ajarannya itu menjiwai kurikulum dan modul-modul pendidikan banyak lembaga pendidikan di Eropa Barat yang dimotori oleh orang orang yahudi yang sudah berasimilasi dengan budaya Eropa.
Intinya, seperti juga di Tasawuf Islam, gagasan utamanya adalah membantu menghidupkan kepribadian manusia sehingga ibarat antena, dapat menentukan posisi dan letak yang pas untuk mendapat sinyal dan menerima cahaya Tuhan. Sehingga berada dalam kondisi kesadaran untuk dapat terinspirasi dan terilhami.
Metode pendidikan dan pengajaran ini juga mewarnai pendidikan-pendidikan sekuler Yahudi di luar Kabbala. Tak heran kalau orang orang Yahudi banyak yang jadi genius dan kreatif, membuat penemuan-penemuan baru di berbagai ranah ilmu pengetahuan maupun seni budaya.
Ironisnya, kebanyakan umat Islam mempelajari dan mendalami Tasawuf bukan didasari gagasan untuk memberdayakan kepribadian manusia untuk menjawab tantangan zaman dan menciptakan solusi-solusi cerdas bersifat terobosan baru. Melainkan untuk ketenangan jiwa. Atau kalau sudah usia pensiunan dan masuk lansia, untuk mengejar tujuan-tujuan ukhrowi ketimbang duniawi.
Kecenderungan umat Muslim seperti ini, malah tanpa sadar masuk ke alam sekuler yang memisahkan urusan dunia dan akherat. Alhasil, hal hal yang material dan spiritual pun dipandang terpisah satu sama lain.
Umat muslim dan yahudi kalau diibaratkan sama-sama menempuh tingkatan sekolah yang sama dari awal, orang yahudi sudah menguasai ilmunya pas lulus Sekolah Dasar. Umat muslim baru menguasainya pas SMA atau jangan-jangan pas selesai S-1 atau S-2.
Lantaran pendidikan umat muslim tidak didasari prioritas untuk mendorong mencapai kondisi kesadarannnya agar terinspirasi dan terilhami melalui pendekatan Aqliah, maka apapun yang dipelajarinya selalu berjarak dengan dirinya sebagai pembelajar.
Makanya menarik ketika Eric Weiner, yahudi sekuler yang sepertinya dapat hidayah mempelajari khazanah spiritual para leluhurnya, mendapat petuah dari salah seorang guru pembimbingnya: "Eric, di sini kamu mempelajari Kabbala, bukan mempelajari tentang Kabbala. "
Menurut saya, inilah rahasia kekuatan Islam dan Al Quran yang sepertinya sekarang malah semakin dilupakan umat Muslim. Kemampuan Aqliah umat muslim harus kita hidupkan kembali di pelbagai ranah ilmu pengetahuan dan seni-budaya.
Mengutamakan pendekatan naqliah ketimbang aqliah dalam menyerap pengetahuan, mendorong kita cenderung mempelajari tentang sesuatu, bukannya mempelajari sesuatu, sehingga tercipta celah antara kekuatan kepribadian sang pembelajar dan subyek ilmu yang dipelajarinya.
Seperti kata Rumi, mengingat sejatinya bukan cuma mempelajari yang kita ketahui, namun juga agar mampu mengolah pengetahuan menjelma jadi wawasan. Dari wawasan inilah lahir sebuah visi. Dan visi ini adalah landasan yang menginspirasi dan mengilhami kreativitas dan inovasi.