Apa Kabar Perkumpulan Jurnalis Muslim?
Penulis: Adhes Satria
Jumat pagi (17 Februari 2023) Pengurus Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) Periode 2022-2025 dikukuhkan di Hotel Balairung, Jakarta Pusat. Dalam sambutannya, Ketua Umum PJMI Ismail Lutan menyampaikan, perkumpulan jurnalis muslim PJMI didirikan tahun 2011 oleh para jurnalis muslim senior, seperti Muhammad Antoni (Kantor Berita Antara), Mashadi (dahulu Pemred Suara Islam dan Voa Islam), R. Widojo Hartono, Suyunus Rizki, Lukman B Khalid (dahulu Harian Terbit), Iwan Syamariansyah, Ahmad Djunaedi (sabili.id).
PJMI sempat vakum beberapa tahun. Tapi kini kembali muncul dengan wajah baru yang lebih fresh. Ismail berharap, PJMI melahirkan jurnalis muslim yang berakhlakul karimah, profesional, dan membawa maslahat untuk umat. Selain mengembangkan potensi sumber daya jurnalis Islam menuju masa depan yang lebih gemilang, begitu visi misi idealnya. Saat ini PJMI tengah menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak, lanjutnya. Diantaranya, Universitas Paramadina untuk peningkatan SDM jurnalis PJMI dan Dewan Mesjid Indonesia (DMI).
"Alhamdulillah ada 7 orang dari PJMI yg mendapatkan beasiswa Program S2 dari Universitas Paramadina. Ke depan, Insya Allah program beasiswa ini akan bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Islam As-Syafi'iyah, Jakarta", kata bang Mail, begitu dia akrab disapa.
Ismail juga menyebut nantinya ada program "sejuta mesjid sejuta jurnalis".
"Setelah pengukuhan, dalam waktu dekat juga akan dilaksanakan kegiatan sejuta jurnalis tersebut di tiga daerah," terangnya.
Ketua Dewan Pembina PJMI, Prof. Dailami Firdaus hadir saat mengukuhkan pengurus PJMI di Hotel Balairung Jakarta. Jum'at (17/2/2023).
Jurnalis Muslim
PJMI bukan satu-satunya perkumpulan jurnalis muslim. Selain PJMI, juga ada Jurnalis Islam Bersatu (JITU) dan Forum Jurnalis Muslim (Forjim). Sebelumnya juga ada Silaturahim Wartawan Muslim Indonesia (SWAMI), yang umumnya wartawan yang ngepos di Departemen Agama (Depag).
Kalo rapat biasanya di Masjid Istiqlal kamar 30. Salah satu program SWAMI kala itu adalah Lomba MTQ Tingkat Nasional antar jurnalis dari berbagai media. Masih segar dalam ingatan, penulis pernah diminta oleh redaktur media tempat saya barnaung kala itu untuk menjadi peserta Lomba MTQ. Dan Alhamdulillah kalah.
Patut disyukuri dengan munculnya sejumlah perkumpulan jurnalis muslim dengan berbagai karakter dan programnya. Diharapkan diantara jurnalis muslim dari berbagai organisasi maupun komunitas saling berlomba lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat).
Diantara perkumpulan jurnalis muslim tersebut, ada yang sudah bubar dengan sendirinya. Ada yang vakum, dikarenakan kesibukan para anggotanya. Ada pula yang sudah banting stir tidak lagi bekerja di media dan berprofesi sebagai jurnalis.
Hampir semua perkumpulan jurnalis muslim yang ada itu punya tujuan mulia. Salahsatunya mengadvokasi kaum muslimin di negeri sendiri dan belahan dunia dari kezaliman tirani, membela ulama yang dikriminalisasi, membentengi akidah umat dari paham dan pemikiran yang sesat.
Juga memberikan informasi yang benar, bukan hoax, mencerdaskan bangsa, inspiratif, memberi edukasi dan pelatihan yang bermanfaat. Semoga spirit dakwah dan jihad literasi itu tak pudar dan putar haluan serta melenceng dari tujuan semula. Semangat itu yang harus dijaga. Semoga.