Astaghfirullah! Ribuan Penjajah Duduki Masjid Suci Al-Aqsa
Pada Ahad (3/8/2025) pagi, lebih dari 3.000 pemukim ilegal penjajah merangsek Masjid Al-Aqsa. Mereka melakukan hal itu dalam acara memeringati hari kehancuran “Kuil Solomon”. Sejak dini hari, mereka telah memadati gang-gang Kota Tua sembari melakukan tarian dan doa-doa Taurat.
Di sisi barat Masjid Al-Aqsa, Gerbang Mughrabi ditutup setelah sebanyak 3.969 pemukim ilegal menyerbu masuk. Jumlah ini melampaui rekor pada tahun sebelumnya yang 2.958 dan tahun 2023 sebanyak 2.180. Demikian laporan data statistik Departemen Wakaf Islam di kota suci Al-Aqsa, dan dikonfirmasi bahwa peristiwa ini merupakan penyerbuan terbesar ke Al-Aqsa sejak Thufan Al-Aqsa.
Aparat kepolisian penjajah mengizinkan 6 rombongan ekstremis masuk secara bersamaan. Puluhan pemukim ilegal diperbolehkan masuk setiap 10 menit. Untuk menghindari panas saat mengantri, tenda-tenda pelindung didirikan bagi mereka. Tidak hanya itu. Kelompok ekstremis juga menyediakan transportasi dan pemandu bagi peserta penyerbuan.
Provokasi Ben Gvir dan Para Pejabat Penjajah Salah satu penyerbu yang paling mencolok, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, yang telah melakukan pelanggaran ini untuk kedelapan kalinya sejak 7 Oktober 2023. Ia melakukan shalat secara terbuka di halaman masjid, bahkan dengan sengaja membaca doa dari ponselnya.
Dua anggota Knesset (parlemen penjajah Israel) dari Partai Likud, Amit Halevi dan Sharren Haskel, serta Menteri Pengembangan Negev dan Galilea, Yitzhak Wasserlauf, turut menemani Ben Gvir. Situs web Saluran 7 Israel melaporkan, Ben Gvir menyerukan kepada para pemukim untuk menjajah seluruh Jalur Gaza.
"Saya katakan ini khusus dari tempat ini (yakni Al-Aqsa). Kita harus mengirim pesan yang jelas: Kita harus menduduki seluruh Jalur Gaza, menyatakan kedaulatan atas wilayah tersebut, mengusir seluruh anggota Hamas, dan mendorong migrasi sukarela. Hanya dengan cara ini kita bisa membebaskan para sandera dan memenangkan perang," serunya.
Delegasi Ben Gvir menyebut kemudahan penyerbuan ini sebagai pencapaian besar. “Ini adalah perubahan besar yang belum pernah terjadi selama seribu tahun terakhir. Kebijakan Menteri Keamanan Nasional adalah mengizinkan kebebasan beribadah bagi umat Yahudi di mana pun, termasuk di ‘Gunung Bait Suci’ (sebutan mereka untuk kawasan Al-Aqsa), dan umat Yahudi akan terus melakukannya di masa depan,” katanya. (Diolah dari berbagai sumber)