Bandingkan dengan Firaun, Menteri Lebanon Peringatkan Netanyahu Akan Nasib yang Sama

Menteri Tenaga Kerja Lebanon, Mustafa Bayram, pada Jumat (1/11/2024), memberikan pernyataan yang tajam terkait kebijakan Israel di Lebanon. Di dalam wawancaranya dengan Al Jazeera Mubasher, Bayram menyampaikan, Israel tidak akan mampu mencapai tujuannya, baik untuk menghentikan serangan roket maupun mengembalikan para pemukim ilegal mereka ke posisi semula di perbatasan. Menurut dia, satu-satunya solusi nyata bagi Israel adalah menghentikan serangan dan duduk di meja perundingan.

Bayram menegaskan bahwa kerugian yang dialami Israel selama konflik memerkuat posisi Lebanon dalam negosiasi diplomatik. Hal ini, kata Bayram, memberikan delegasi Lebanon keunggulan dalam perundingan, dengan menunjukkan bahwa kekerasan dan penghancuran tidak berhasil membawa Israel menuju pencapaian target-targetnya di Lebanon. Posisi ini, menurut dia, bukan hanya meningkatkan daya tawar Lebanon, tetapi juga menunjukkan kegagalan pendekatan kekerasan.

Lebih lanjut, Bayram menyarankan agar Israel mengambil langkah yang lebih cepat dan efektif. Yaitu dengan menghentikan serangan dan mematuhi Resolusi PBB nomor 1701, yang mengatur gencatan senjata di Lebanon dan menetapkan batas-batas zona demiliterisasi. Menurut Bayram, kembali ke resolusi itu akan memberikan stabilitas yang lebih bagi kedua pihak dan menghindari korban sipil yang terus meningkat.

Netanyahu dan Firaun

Salah satu poin yang mencuri perhatian dari wawancara Bayram adalah pernyataan dia yang menyamakan karakter Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan Firaun. Firaun adalah sosok yang disebutkan dalam Al Qur'an sebagai tokoh yang dikenal dengan kesombongannya.

Al-Azhar Kecam Pembantaian di Sudan
Sejak pertengahan April 2023, militer Sudan dan RSF terlibat dalam perang yang menyebabkan kehancuran dan telah mengakibatkan lebih dari 20.000 kematian.

Menurut Bayram, Netanyahu memiliki karakter yang cenderung narsistik dan sadis, ditambah dengan “fobia” terhadap pesawat tanpa awak yang sering digunakan dalam operasi militer. Bayram menyebut, meski berusaha menampilkan kekuatan dan ketegasan, Netanyahu adalah sosok angkuh yang “tidak mampu membaca tanda-tanda dan petunjuk yang muncul selama pertempuran”, sehingga sering kali salah dalam mengambil keputusan strategis.

Bayram pun menyampaikan peringatan keras bahwa karakter sombong dan angkuh hanya akan membawa pada kehancuran, sebagaimana diabadikan dalam Al Qur'an. “Kesombongan dan arogansi membawa Firaun pada kehancuran,” tegas Bayram.

Bayram lantas mengingatkan bahwa hukum sejarah dan sunnatullah menunjukkan pola yang sama bagi penguasa yang abai pada tanda-tanda peringatan.

Posisi Lebanon dalam Konflik

Bagi Lebanon, konflik ini bukan hanya persoalan militer, tetapi juga memerkuat posisi diplomatik mereka di tingkat internasional. Pihak Lebanon percaya bahwa kerugian Israel dalam konflik ini dapat menjadi alat negosiasi yang kuat di meja perundingan.

Pesan Bayram juga menekankan pentingnya perdamaian dan diplomasi sebagai solusi utama. Dengan menyerukan gencatan senjata, ia berharap bahwa langkah-langkah untuk menyelesaikan konflik dapat dilakukan secara damai dan sesuai dengan resolusi internasional yang telah ada.

(Sumber: Al Jazeera Mubasher)