Bandung Jadi Tuan Rumah Konferensi Internasional untuk Palestina
Bandung menjadi tuan rumah Konferensi Aktivis Palestina Asia Pasifik untuk Al-Quds dan Palestina yang diselenggarakan oleh Komisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA). Acaranya digelar di Hotel Savoy Homann, Bandung, Sabtu (24/5/2025). Konferensi yang dihadiri lebih dari 400 aktivis, jurnalis, pejabat publik, dan tokoh perempuan mancanegara ini menjadi titik temu solidaritas internasional sekaligus wadah bersikap dan menyuarakan dukungan bagi kemerdekaan Al-Quds dan Palestina.
Bandung dipilih oleh Komisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA) sebagai lokasi pelaksanaan Konferensi Aktivis Palestina Asia Pasifik untuk Al-Quds dan Palestina, karena nilai historisnya sebagai tempat kelahiran Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Semangat anti-penjajahan yang menjadi ruh KAA dihidupkan kembali dalam forum ini. Hal itu menjadi pengingat bahwa perjuangan kemerdekaan Palestina adalah bagian dari perjuangan global untuk keadilan dan hak menentukan nasib sendiri.
Misi utama penyelenggaraan konferensi itu tidak hanya menjadi wadah diskusi, tetapi juga merupakan bentuk nyata solidaritas dan komitmen terhadap perjuangan rakyat Palestina. Hal itu dituturkan oleh Ketua panitia konferensi, Ir. Maryam Rachmayani Yusuf, S.Th, MM.
“Hotel tempat kita menyelenggarakan konferensi pada hari ini ikut menjadi saksi bisu sejarah terselenggaranya KAA 70 tahun silam. Dalam kurun waktu setelahnya, negara-negara Asia Afrika telah meraih kemerdekaannya, namun hanya Palestina yang menjadi satu-satunya negara peserta KAA yang belum merdeka. Dan ini tanggung jawab kita bersama,” tutur Maryam.
Konferensi itu akan menghadirkan deretan tokoh internasional yang telah menjadi suara penting dalam perjuangan Palestina. Di antaranya adalah Youmna El Sayed (jurnalis Al Jazeera yang aktif meliput langsung dari Gaza), Wael Al-Dahdouh (jurnalis senior Al Jazeera yang menjadi simbol keteguhan setelah keluarganya habis dibunuh bom-bom Israel), Maher Atiya Abu Qouta (jurnalis dari Al Jazeera English), Dr. Tuba Hager Korkmaz (Presiden Global Women’s Coalition for Quds and Palestine / GWCQP), Rabab Awad dan Dr. Shazra Ibrahim yang konsisten berdemo meski hanya berdua di negaranya. Shazra Ibrahim mengawal proses aturan pelarangan visa Maldives bagi pemegang paspor Israel. Kehadiran mereka memertegas pentingnya suara perempuan dan media dalam narasi perjuangan Palestina.
Tokoh-tokoh nasional pun dijadwalkan memberikan kontribusi dalam konferensi tersebut. Di antaranya termasuk Dr. Hidayat Nur Wahid (Wakil Ketua MPR RI) dan Dr. Maimon Herawati, M.Litt (dosen dari Universitas Padjadjaran sekaligus Direktur SMART 171). Maimon Herawati bahkan menjadi moderator dalam sesi diskusi jurnalisme perang. Figur media nasional semisal Fitriyan Zamzami dari Republika, Pizaro Gozali Idrus dari GazaMedia.net, dan Ananda Ismail dari SCTV juga ambil bagian dalam diskusi yang membahas ancaman kebebasan pers dan pembungkaman informasi di wilayah jajahan.
Rangkaian acara disusun untuk refleksi sejarah lewat History Walk, menyusuri jejak KAA 1955 di Gedung Merdeka, serta mengunjungi “Palestine Walk: Road to Freedom” sisi jalan alun-alun kota yang dahulu diresmikan Kemenlu dan Walikota Bandung sebagai wujud solidaritas perjuangan Palestina. Berbagai hiburan lintas budaya semisal penampilan dari Saung Angklung Udjo, Tari Saman, dan Tari Dabke khas Palestina juga akan memeriahkan konferensi. Deklarasi Kemanusiaan Asia Pasifik untuk Palestina dijadwalkan menjadi penutup konferensi internasional itu.
Konferensi Aktivis Palestina Asia Pasifik untuk Al-Quds dan Palestina itu menegaskan, perjuangan untuk Palestina bukan milik satu bangsa, satu agama, atau satu benua. Ini adalah perjuangan bersama untuk kemanusiaan, dan Asia Pasifik menyatakan komitmen untuk berdiri di garis depan.