Bang Onim: Sudah Lebih Sembilan Bulan Warga Gaza Dibantai Zionis Israel

Krisis di Gaza sudah berlangsung lebih dari 9 bulan. Yang terjadi di Gaza bukan peperangan tetapi pembantaian terbesar yang terjadi di muka bumi ini. Dan saat ini, pembantaian itu dialami oleh saudara-saudara kita di Jalur Gaza, dengan mereka sebagai korbannya.

Hal itu dikemukakan oleh Aktivis Palestina, Abdillah Onim, saat tampil dalam acara “Talkshow Spesial Palestine”, Ahad (7/7/2024), di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Sesi talkshow itu merupakan bagian dari acara bertema “Sehari Setia Bersama Palestina” yang diisiasi oleh RISKA (Remaja Islam Sunda Kelapa). Acaranya dihadiri berbagai kalangan, dari remaja hingga orang tua.

Selain Bang Onim – nama populer Abdillah Onim – yang juga Founder NPC itu, talkshow tersebut juga menghadirkan narasumber Ustadz Weemar Aditya (Founder Nge-Fast) dan Erlangga Greschinov (Komandan Julid Fisabilillah dan Founder Fakta Bahasa). Talkshow yang dimulai pukul 13.00 WIB itu menjadi acara puncak dari rangkaian kegiatan yang RISKA adakan. Sebelum talkshow dimulai, di hari yang sama RISKA juga mengadakan kegiatan penggalangan dana atau “Open Donasi untuk Palestina”. Bentuk penggalangan dana itu antara lain dengan menjual kaos, topi, dan tas yang seluruhnya bertema Palestina.

Setelah talkshow, Sabili.id berkesempatan melakukan wawancara dengan Bang Onim. Kepada Sabili.id,

Bang Onim kembali menegaskan, untuk situasi yang saat ini terjadi di Gaza, sebenarnya kita tidak pantas menyebutnya perang. Sebab, yang kita saat ini adalah pihak zonis sendiri tidak punya target tentang mana yang harus dihancurkan, mana yang harus dibunuh, dan sebagainya.

Mereka sudah dari awal sampai dengan saat ini sudah sembilan bulan itu targetnya random dan juga acak. Masjid lebih dari 160 unit yang dihancurkan. Gereja dihancurkan. Sekolah, madrasah, Sekolah Kristen pun dihancurkan. Yang lebih parah dan sudah melewati ambang batas kemanusiaan adalah Rumah Sakit pun dihancurkan,” tegasnya.

Baca juga: Pesan “Unlimited Qur’an Miracles”, Hadirkan Al Qur’an untuk Jawab Semua Persoalan Hidup

Menurut Bang Onim, seharusnya ada keseriusan dari negara-negara di dunia untuk menangani masalah di Gaza. Jika ada keseriusan kalangan internasional, kata Bang Onim, saat ini sudah seharusnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara, bahkan sudah harus dihukum mati karena kejahatan kemanusiaan yang ia lakukan.

Karena yang dilakukan Zionis Israel di Gaza itu sasarannya adalah anak-anak, bayi, perempuan, warga sipil, tim medis, dan lansia. Akan tetapi, respon dari masyarakat internasional saat ini pun seakan dikekang oleh Amerika Serikat. Memang saat ini kita hanya bisa melihat dan merasa prihatin terhadap apa yang dilakukan Zionis Israel terhadap saudara-saudara kita di Gaza,” katanya.

Bang Onim lantas berkisah, pada saat ia melakukan liputan di Gaza, ia dan tim berkali-kali menjadi target rudal dari pihak Zionis Israel. Padahal, kehadirannya di sana sebagai jurnalis. Jadi, siapa pun yang berada di Gaza akan menjadi target.

Pihak yang paling dijadikan target utama itu adalah pejuang Palestina dan mereka yang memegang kamera, karena yang memegang kamera ini akan menyiarkan kebrutalan dan kebiadaban Zionis Israel. Saat ini kan sudah lebih dari 150 orang jurnalis yang dibunuh oleh pihak Zionis Israel,” ucapnya.

Selanjutnya, Bang Onim berpesan, jangan sampai kita termakan opini yang coba dibangun para sekutu Israel. Misalnya, kata Bang Onim, ada yang mengatakan atau bernarasi bahwa kalau tidak terjadi penyerangan tanggal 7 Oktober 2023, maka tidak akan terjadi pembantaian, pembunuhan, krisis makanan, bahkan kematian akibat kelaparan.

Baca juga: Ribuan Peserta Semarakkan “Gebyar Muharam 1446 H” di Jonggol

Itu tidak benar sama sekali! Karena sebelum tanggal 7 Oktober 2023, Gaza juga tidak baik-baik saja. Sudah 17 tahun Gaza diblokade oleh Zionis Israel. Diblokade itu. Akses bantuan dari luar itu dibatasi dan dipersulit oleh pihak Zionis Israel. Terjadi krisis Listrik, terjadi krisis obat-obatan, terjadi krisis makanan. Sebelum tanggal 7 Oktober itu, Krisis Gaza itu dalam satu hari seingat saya hanya 4 jam listrik menyala. Itu pun tidak jelas (tidak pasti, red). Coba kita bayangkan, bagaimana aktivitas di rumah sakit yang ada di Jalur Gaza? Misalnya, jika pada saat melakukan proses operasi pasien tiba-tiba listrik mati. Dan tidak jelas listrik itu kapan datang,” tutur Bang Onim.

Bang Onim menyebut, karena penderitaan warga Gaza telah berlangsung lama, akhirnya para pejuang Palestina melakukan penyerangan. “Dan akhirnya para pejuang Palestina pun merasa dan melihat bahwa ini sudah 17 tahun, nih, kita dijadikan bulan-bulanan oleh Zionis. Dibantai, dibunuh, dipersulit, lalu apa yang harus kita lakukan? Makanya, pecahlah apa yang kita kenal dengan penyerangan perdana yang dilakukan oleh Pejuang Palestina terhadap pangkalan militer Zionis Israel. Itu pangkalan militer. Bukan warga sipil yang diserang, tetapi pangkalan militer,” tegasnya.