Belajar Menulis dengan Bahasa Hati dalam Islamic Movement Festival di UIN Jakarta
“Kalau mau buat tulisan, tulislah sesuatu yang paling dekat dengan kehidupan kita, yang paling dekat dengan hati kita, dan tulislah dengan hati, agar (tulisannya) bisa sampai ke hati para pembaca,” demikian kata Ahmad Fuadi, dalam paparannya di Seminar Literasi dan Motivasi, Kamis, 5 Oktober 2023.
Seminar Literasi dan Motivasi itu merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian agenda acara “Islamic Movement Festival (IMF)”, sebuah event keislaman terbesar yang diadakan oleh LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Syahid Jakarta. Event ini juga merupakan salah satu ikhtiar untuk menggaet anggota baru di LDK.
Di tahun 2023 ini, IMF membawa tajuk “The Powering of Resilience: Empowering Indonesian Muslim Youth of Overcome Challenge”. Selain seminar, IMF 2023 juga mengadakan Kajian Islami dan berbagai perlombaan semisal Kaligrafi, Dai-Daiyah, dan Video Kreatif. Seluruh rangkaian acara digelar sejak awal September dan berakhir tanggal 6 Oktober 2023.
Di dalam kesempatan itu, Ahmad Fuadi juga menekankan pentingnya menulis. Penting juga untuk memiliki setidaknya satu karya dalam hidup. Tetapi, kebanyakan anak muda zaman sekarang – seperti para peserta seminar yang hadir – selalu memiliki begitu banyak ketakutan sebelum mereka mulai menulis. Padahal, untuk bisa membuat sebuah karya tulisan yang bagus, kita hanya perlu menulisnya dengan hati. Sebab, karya tulisan itu sendiri merupakan "bahasa hati", yang bisa memiliki daya tembus dalam melintasi batas budaya, agama, sosial, dan lain-lain.
Baca Juga : Senandung Cinta Surah As-Sajdah dalam Mukhoyyam Qur'an LDK UIN 2023
Sebagai salah satu pembicara yang diundang dalam Seminar Literasi dan Motivasi saat itu, selain memberikan motivasi dan pemantik semangat untuk berani menulis, Ahmad Fuadi juga memberikan berbagai tips yang baik dalam menulis kisah yang menarik. Salah satu kunci pentingnya adalah konsisten.
“Huruf pertama yang kita tulis nanti bisa mempunyai kekuatan yang luar biasa. Bisa menjadi apa saja,” ujar beliau.
Jadi, itulah pentingnya konsistensi dalam menulis. Saat satu huruf itu nantinya menjadi satu kata, satu kata menjadi satu kalimat, satu kalimat menjadi satu paragraf, satu paragraf jadi satu bab, satu bab jadi satu buku, dan buku itu kita terbitkan, maka buku itu akan berdampak sangat besar bagi kita sendiri. Tulisan itu bisa mengantarkan kita ke berbagai belahan dunia dengan cara yang tak terduga. Sebab, menulis itu seperti karpet terbang, bisa membawa kita melayang ke mana-mana.
“Banyak perjalanan saya ke mana-mana, itu karena literasi. Karena menulis, (dan) karena membaca,” ungkapnya pula.
Tetapi, seperti telah disebutkan sebelumnya, kebanyakan dari kita selalu diliputi oleh ketakutan-ketakutan yang sebenarnya hanya menenggelamkan keberanian untuk menulis. Salah satunya yaitu ketakutan jika nanti tulisan yang sudah kita tulis tak ada atau sedikit sekali orang yang membacanya. Memang tak bisa dimungkiri, hal itu adalah ketakutan yang dimiliki oleh hampir semua penulis pemula.
Ahmad Fuadi pun menyampaikan tips dalam menghadapi ketakutan tersebut yaitu dengan meluruskan niat. Telisik dengan dalam, apa sebetulnya niat kita untuk menulis. Agar banyak yang membaca atau agar manfaatnya bisa dirasakan? Jika niat kita menulis sekadar agar banyak yang membaca, maka kita akan sulit memulainya. Tetapi, jika kita berniat agar tulisan kita bisa bermanfaat untuk orang lain, maka walaupun tulisan kita hanya dibaca oleh 1 atau 2 orang saja, sesungguhnya itu sudah merupakan proses yang baik, dan sudah memberikan manfaat kepada orang yang membaca tadi.
Event yang memiliki motto “Kuat Bersama, Bangkit Bersama” ini sukses menggaet banyak peserta, baik dari kalangan mahasiswa UIN Jakarta maupun dari luar UIN. Tentu saja harapannya agar acara seminar ini bisa membekas dan berkesan di hati para peserta. Dan syiar dakwah kampus di UIN Jakarta pun bisa terus berkobar.