Bukan Negara Agama, tetapi Agama Selalu Disalahkan
Islam adalah agama mayoritas di Indonesia. Walau begitu, negara kita tidak menganut sistem hukum berdasarkan satu agama tertentu. Bahkan bukan cuma Indonesia, tetapi banyak sekali negeri-negeri Muslim yang belum menganut sistem hukum Islam.
Tetapi anehnya, seringkali kita mendengar ucapan nyinyir dari orang-orang yang benci Islam, yang mereka mengait-kaitkan antara label-label buruk yang sering disematkan ke negeri kita (Indonesia) dengan mayoritas agama penduduknya. Hal itu dengan tujuan agar orang berpikir bahwa Islam gagal mendidik umatnya, gagal memajukan umatnya. Padahal, label-label buruk itu sama sekali tidak berkaitan dengan ajaran Islam, bahkan bertentangan. Berikut ini adalah beberapa contohnya beserta bantahannya.
- Mereka bilang, “Indonesia termasuk 3 besar negara berpopulasi Muslim terbanyak, tetapi soal korupsi masuk 5 besar di Asia tenggara”.
Bantahan: Islam adalah agama yang sangat keras menentang perilaku pencurian. Apalagi korupsi besar-besaran. Di hukum Islam, ada hukuman potong tangan bagi pencuri. Untuk koruptor, mungkin beda lagi, tetapi yang jelas mencuri adalah salah satu dosa besar dalam Islam. Tetapi jujurlah, negara kita bukan negara yang menerapkan hukum Islam bagi pencuri, lalu mengapa label “5 besar negara terkorup” mesti disanding-sandingkan dengan mayoritas agama penduduknya?
- Mereka bilang, “Indonesia adalah negara paling relijius di Asia tenggara, tetapi ironisnya anak mudanya hobi nonton video mesum”.
Bantahan: Islam adalah agama yang sangat keras menentang perilaku amoral yakni zina. Dari mulai zina mata seperti menonton video mesum, apalagi menjadi pemeran video mesum. Di dalam hukum Islam, pemeran video mesum yang terang-terangan berbuat zina bisa kena hukum cambuk 100 kali jika belum menikah, dan jika sudah menikah bisa kena hukum rajam. Dengan catatan, itu kalau di negara berhukum Islam. Melihat fakta ini, sangat aneh jika kebiasaan orang menonton video mesum yang berisi tindakan asusila itu disanding-sandingkan dengan mayoritas agama penduduk di negaranya.
Baca juga: Saatnya Membaca Kartini Secara Utuh, Bukan Sekadar Suratnya
- Mereka bilang, “Indonesia adalah 3 besar negeri berpenduduk muslim terbesar (terbanyak), tetapi nomor 1 pemain game judi online di dunia”.
Bantahan: Islam jelas-jelas sangat melarang keras perjudian, sebagaimana ayat
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan…” – QS. AL-Maidah:90
Dan di hukum pidana Islam, pelaku judi bisa dikenakan hukum Ta'zir, yakni hukuman yang kadarnya ditetapkan pengadilan syariah. Tetapi bukankah di negara kita tidak ada hukum Ta'zir? Jadi sangat aneh kalau label nomor 1 pemain judi online terbanyak disandingkan dengan agama mayoritas penduduknya.
- Ada yang bilang, “Minat baca orang Indonesia 0,001% dan kebanyakan hanya baca dongeng agama”.
Bantahan: Wahyu pertama adalah Iqra (bacalah). Jadi, sangat aneh kalau ada yang mengaitkan antara rendahnya literasi orang Indonesia dengan agama mayoritas yang dianut penduduknya.
- Mereka juga bilang, “Indonesia peringkat 6 terbawah dalam kualitas pendidikan, karena kita fokus menghapal kitab suci daripada belajar sains”.
Bantahan: Justru kita tidak melihat baiknya kualitas hapalan Al Qur'an rata-rata anak Indonesia yang telah lulus sekolah. Ketika mereka lulus sekolah, kebanyakan mereka paling hanya hapal beberapa surat pendek. Bahkan banyak yang tidak bisa mengaji. Bagaimana bisa, menghapal Qur'an dituduh sebagai penyebab lemahnya kualitas pendidikan kita, sementara banyak yang tidak hapal Qur'an?
Baca juga: Seorang Guru Bernama Kiai Haji Sholeh Darat
Kesimpulan
Sebenarnya masih banyak tuduhan-tuduhan lain yang dialamatkan kepada ajaran Islam, dimana menurut mereka agama adalah penyebab tidak majunya negara. Sebenarnya kalau dibedah, teori-teori mereka amat mudah dipatahkan. Maka, kita harus lebih cerdas merespon mereka. Tetapi kita juga jangan hilang fokus untuk memperbaiki diri, memperbaiki dan memajukan umat ini, agar dapat bersaing di kancah global, sebagaimana generasi awal Islam yang sangat maju dan dihormati dunia.
Wallahu a'lam bishowab.