Dewan Dakwah DKI Jakarta: “Pilihlah Calon Gubernur yang Bisa Berdialog tentang Nilai-Nilai Islam”
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan Dakwah) menyelenggarakan agenda pertemuan dengan tema “Penjelasan dan Pencerahan Dewan Dakwah DKI Jakarta tentang PILKADA”. Agenda yang khususnya ditujukan untuk kader dan Pemuda Dewan Dakwah itu diadakan di Kantor Sekretariat Dewan Dakwah DKI Jakarta, Rabu (20/11/2024) siang.
Di kesempatan itu, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi DKI Jakarta (Dewan Dakwah DKI Jakarta), Ustadz M. Zainal Muttaqin, menjelaskan, Indonesia pernah mengalami beberapa kali pergantian kabinet, khususnya selama periode 1950-1959, pasca-perubahan sistem negara dari serikat menjadi negara kesatuan. Pergantian kabinet demi kabinet yang cenderung masing-masing periodenya berlangsung singkat itu disebabkan perbedaan kepentingan di antara partai-partai politik ketika itu.
Salah satu kabinet yang pernah disahkan pada masa tersebut adalah Kabinet Natsir. Dipimpin oleh Mohammad Natsir selaku perdana menteri, kabinet tersebut hanya berusia kurang dari setahun. Sejarah Kabinet Natsir dapat ditelusuri sejak pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS).
Ustadz Zainal Muttaqin melanjutkan, Mohammad Natsir dikenal sebagai ulama, pejuang, negarawan, dan politisi generasi proklamasi. Mohammad Natsir adalah tokoh besar Indonesia. Dan Indonesia di masa depan, untuk meraih kejayaan, membutuhkan pemimpin besar serta pemimpin yang bersih dan berkemampuan tinggi.
“Bangsa yang besar ini membutuhkan pemimpin di semua lapisan dan tingkatan pemerintahan yang tidak menyalahgunakan jabatan dan amanah untuk menyejahterakan diri sendiri. Pemimpin yang ikhlas berbuat untuk kepentingan rakyat. Pemimpin yang satu kata dengan perbuatannya. Pemimpin yang mempunyai watak dan kepribadian, serta memikirkan nasib generasi mendatang dan berupaya memersiapkannya,” kata Ustadz Zainal Muttaqin.
Menurut dia, dalam semua kriteria tersebut di atas, figur Mohammad Natsir layak dicontoh. “Saya mengambil contoh dari kisah perjuangan Mohammad Natsir, karena ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka di Indonesia,” jelas Ustadz Zainal.
Melihat dinamika yang terjadi dalam Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) 2024 di Jakarta, Ustadz Zainal mengingatkan bahwa pertarungan ideologi tidak akan pernah selesai. Sejarah sudah mencatat hal itu. Seperti saat Masyumi menjadi representasi dari umat Islam, sedangkan PNI (Partai Nasional Indonesia) menjadi perwakilan dari orang-orang sekuler.
“Pertarungan ideologi sejak dahulu tidak pernah selesai. Masyumi hari ini diwakilkan PKS, yaitu sebagai Partai Islam. Sementara yang melanjutkan PNI adalah PDIP. Dulu, Pak Natsir selalu menganjurkan untuk memilih PPP, dan hari ini saya katakan, umat Islam harus memilih yang ada, dan yang baik di antara yang tersedia,” lanjutnya.
Ia menegaskan, dalam Pilkada, kenalilah dulu masing-masing calon gubernur. “Kita bisa melihat secara gamblang dari ketiga calon gubernur tersebut, siapa yang meng-endorse-nya, siapa yang mengusungnya, dan bagaimana track record-nya. Pilihannya hanya ada partai Islam yang memperjuangkan hak umat atau partai yang membuat banyak masalah,” tegasnya.
Ustadz Zainal Muttaqin lantas memberikan contoh tentang bagaimana keteguhan seorang Zakariya. Dikisahkan dalam surat Maryam, ketika Allah Swt menceritakan Zakariya, seorang nabi dengan penuh kesabaran berdoa kepada Allah agar diberikan keturunan untuk menjadi penerusnya dalam menjaga ajaran Allah Swt di tengah kaumnya. Beliau terus berdoa dengan penuh keikhlasan. Tanpa disadari, usianya terus bertambah. Dan di saat usiannya sudah sangat tua, Allah mengabulkan doanya,
“Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu” – QS. Maryam:4
“Inilah yang menjadi hikmah luar biasa di masa PILKADA sekarang. Jika kita bicara tentang konsep Aqidah dalam Islam, tidak boleh seorang muslim berputus asa. Mungkin saja, banyak sekali orang kecewa dengan tidak majunya Anies (Baswedan) di kontestasi PILKADA 2024. Namun, jangan serta merta mencoblos semuanya. Inilah yang disebut deal politik. Banyak kok orang hebat yang tidak maju ke PILKADA,” kata Ustadz Zainal.
Ia pun mengingatkan, jangan sampai umat Islam termakan dengan permainan politik. “Kita adalah seorang Muslim, dan kita memiliki pertanggungjawaban atas apa yang sudah dan akan kita lakukan. Di Pemilihan Gubernur Jakarta ini, pilihlah pasangan yang bisa kita ajak dialog tentang nilai-nilai Islam. Tentang masalah-masalah keumatan. Jangan sampai umat termakan dengan permainan politik. Cek seperti apa orangnya dan bagaimana track record-nya. Kira-kira dari ketiga pasangan (calon gubernur) ini, mana yang paling mungkin memperjuangkan nilai nilai islam. Mungkin kita tahu bahwa mereka bukan calon ideal atau calon terbaik, tetapi kita harus memilih calon yang dekat dengan nilai-nilai Islam,” tegasnya.
Sebagai penutup, Ustadz Zainal Muttaqin menyampaikan bahwa masalah Pilkada serentak 2024 tidak hanya sekadar masalah demokrasi dan hak asasi saja, namun kita harus melihat sisi syariat. Yaitu bahwa muslim bekerja untuk dunia dan akhirat. Di dalam Islam, setiap apa yang kita lakukan dan setiap pilihan yang kita ambil, akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat.
Kaidah Fiqih: Apa yang tidak dapat semua, jangan tinggalkan semua.