Di Hari Anak Nasional, Perempuan ICMI Serukan Gerakan Restorasi Akhlak Anak Indonesia
Perempuan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (Perempuan ICMI) menyerukan Gerakan restorasi akhlak bangsa mulai dari anak-anak. Seruan itu dikeluarkan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, karena mereka menilai, restorasi akhlak bangsa harus mulai dari anak-anak karena anak-anak yang kelak akan menggantikan generasi saat ini.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perempuan ICMI, Welya Safitri, menerukan hal itu dalam sambutannya di acara Seminar Hari Anak Nasional bertema “Pembentukan Karakter Anak yang Berakhlakul Karimah”, Selasa (13/7/2024) di Jakarta.
“Restorasi akhlak atau mengembalikan, memulihkan, memperbaiki, dan membangun kembali akhlak yang mulia dalam kehidupan bangsa kita ini, harus dimulai dari usia anak-anak, sehingga kerusakan akhlak bangsa dalam jangka panjang bisa dicegah sedini mungkin,” kata Welya Safitri.
Menurut dia, restorasi akhlak menjadi sangat penting melihat merebaknya fenomena kriminalitas yang sangat masif, mulai dari tingkat elit hingga anak-anak di daerah-daerah miskin.
“Kalau dulu kriminalitas hanya dilakukan oleh orang dewasa, pejabat yang korupsi, namun saat ini tindak kejahatan bahkan sudah dilakukan oleh anak di bawah umur. Bahkan, jenis kejahatannya sudah masuk dalam tindak pidana berat seperti pembunuhan anak terhadap orang tua, perundungan anak, dan sebagainya,” jelas Welya.
Sehingga, tambah Welya, untuk memulihkan kembali moralitas bangsa yang hancur itu harus dilakukan melalui restorasi akhlak, yang dimulai dari dunia pendidikan anak sebagai generasi penerus bangsa kelak. Kata dia, pihaknya menginginkan materi pendidikan moral harus dikembalikan ke sekolah-sekolah dengan menambahkan komponen akhlak khususnya bagi generasi muslim.
“Kita merasa ada karakter baik yang hilang, saat pendidikan moral hanya berbasis norma dan etika namun minus akhlak agama. Karena itu, untuk mewujudkan Gerakan Restorasi Moral itu, Perempuan ICMI minta pendidikan moral berbasis akhlak harus segera dimasukkan kembali dalam kurikulum,” ucap Welya.
Lingkungan Membentuk Akhlak Anak
Seminar itu juga menghadirkan Mantan Rektor Universitas Ibnu Khaldun, Dr. HE. Burhanuddin, M.Ag. Sebagai pembicara, Burhanuddin mengatakan, penanggung jawab pendidikan akhlak adalah kedua orang tua dan bukan semata diserahkan kepada sekolah atau lembaga pendidikan.
“Jangan merasa, karena sudah membayar uang sekolah, lantas orang tua lepas tangan dari tanggung jawab mendidik akhlak anak,” kata Burhanuddin.
Selain itu juga, karena barometer akhlak berbeda dengan karakter, maka sangat tepat jika gerakan restorasi akhlak tersebut dilakukan oleh umat Islam, mulai dari rumah-rumah. Ia juga berpesan, agar pendidikan akhlak harus terus menerus diterapkan di sekolah-sekolah.
“Apalagi saat ini akan ada Undang-Undang yang melarang orang tua memeriksa gawai anak-anaknya dengan alasan privasi. Ini bisa jadi bencana akhlak, karena orang tua tak bisa mengawasi apa yang dilakukan anak-anaknya di gawai-gawai mereka,” kata Burhanuddin.
Di dalam kesempatan yang sama, Wasekjend DPP Perempuan ICMI, Dityaningsih Juliawati, mengatakan, lingkungan sangat berpengaruh besar dalam membentuk karakter dan akhlak anak. Ditya yang juga pimpinan Pondok Ilmu Palapa itu melanjutkan, jika orang tua abai terhadap lingkungan anak-anaknya, maka tidak perlu terkejut jika suatu saat akhlak mereka akan mengikuti akhlak teman-teman dan lingkungan kesehariannya.
“Perhatikan lingkungan anak, di mana ia bermain dan bagaimana akhlak teman-temannya, karena itulah faktor yang sangat kuat membentuk watak, karakter, dan peran anak,” kata Dityaningsih.
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) adalah sebuah organisasi cendekiawan muslim di Indonesia yang dibentuk tanggal 7 Desember 1990 di Kota Malang. ICMI berkomitmen akan selalu hadir untuk memberikan solusi dan kontribusi terbaik bagi bangsa Indonesia. ICMI yang berlandaskan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan berbasis kecendekiaan juga akan selalu berperan aktif mendorong kebaikan untuk bangsa dan negara.