Diam-diam UEA Lobi Amerika Untuk Gagalkan Rekonstruksi Gaza

Kanal Middle East Eye, yang berbasis di Inggris mengungkap bahwa UEA "secara diam-diam" melobi Amerika agar menolak rencana Mesir, yang telah mendapat dukungan Liga Arab untuk membangun kembali Jalur Gaza setelah perang berakhir.

Sebelumnya, awal Maret 2025, Mesir mengungkapkan rencana tersebut. Poin-poin utamanya mencakup pembentukan komite Palestina yang independen dan teknokratis untuk memerintah Gaza selama masa transisi enam bulan "di bawah naungan" Otoritas Palestina, pelatihan pasukan keamanan Palestina dari Jalur Gaza oleh Yordania dan Mesir, dan kemungkinan pengerahan pasukan penjaga perdamaian PBB di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang dijajah.

Rencana Mesir ini muncul sebagai alternatif atas rencana Trump, yang akan mencaplok Gaza & mengusir warga Palestina dari tanah air mereka. Hal ini menjadi alasan kuat bagi Liga Arab untuk segera mengadopsi rencana yang digulirkan Kairo, yang juga didukung beberapa negara di Eropa.

Wali Kota Istanbul Ditangkap Dengan Tuduhan Korupsi Hingga Terorisme
İmamoglu ditangkap atas tuduhan keterlibatannya dalam korupsi, pencucian uang serta memiliki hubungan denganF organisasi teroris, seperti Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang di Turki.

Namun, secara “diam-diam” rencana Washington yang akan mencaplok Gaza itu didukung penuh UEA. Menurut pejabat Amerika dan Mesir, duta besar UEA untuk Amerika Serikat, Yousef al-Otaiba, telah melobi anggota parlemen AS serta Presiden Trump untuk memaksa Mesir, menerima rencana pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza.

UEA berusaha meyakinkan Washington dalam upaya sabotase ini dengan dalih bahwa rencana Mesir tersebut tidaklah efektif dan berbahaya karena memberikan terlalu banyak ruang kepada para pejuang Hamas. Mereka juga berusaha agar bantuan militer AS yang berkelanjutan kepada Mesir dihentikan kecuali mau menerima "Rencana Riviera" Trump.

Mengutip pernyataan seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, "UEA bukan satu-satunya negara yang menentang rencana Liga Arab yang telah disetujui, bahkan mereka bekerja sama dengan pemerintahan Trump untuk menyabotasenya”.

Sumber yang sama melanjutkan, sementara ini Mesir menerima bantuan militer sebesar $1,3 miliar dari Amerika setiap tahunnya, $300 juta di antaranya dikhususkan untuk masalah hak asasi manusia. Pemerintahan Trump memberikan sinyal kuat dalam periode terakhir, bahwa bantuan pendanaan ini akan digunakan sebagai alat untuk memaksa Mesir, serta Yordania, yang juga menerima bantuan AS, supaya mau menerima warga Palestina yang akan diusir dari Gaza.