Gerakan Aktivis Konservatif yang Sok Progresif (Bagian 2): "Disrupsi AI dan Generasi Terdistorsi"

Penulis: Alhanif Sastraatmaja(Kabid Infokom Dewan Da’wah Jakarta | Juara Robotik Nasional)

Manusia penghuni organisasi pelajar-pemuda Islam masa di lampau gagal merevolusi gaya pikir dengan kemajuan peradaban. Membentuk peradaban madani terkesan hanya mimpi. Islam dan ilmu pengetahuan tak lagi berjalan beriringan. Terpisah oleh ego manusia yang terjebak nostalgia. Padahal, dunia sedang terdisrupsi oleh AI, sedangkan standar nalar asik terdistorsi.

Kecerdasan buatan yang dibesut OpenAI merombak dan meluluh lantakkan pendekatan berpikir alur teknologi dunia. Sistem GPT (Generative Pre-trained Transfomer) yang diusung oleh OpenAI memungkinkan terjadinya transformasi kecerdasan buatan dalam menghasilkan kesimpulan berpikir melalui chat antar muka. ChatGPT atau “Chat Generative Pre-trained Transformer” memungkinkan pengguna untuk bertanya bahkan meminta menuliskan teks dalam berbagai bentuk, semisal artikel atau makalah dengan gaya bahasa yang seolah dibuat oleh manusia.

Secara harafiah, ChatGPT (Chat Generative Pre-trained Transformer berarti Transformer Generatif Chat Terlatih. Ini adalah sebuah chatbot AI berupa model bahasa generatif yang menggunakan teknologi transformer untuk memprediksi probabilitas kalimat atau kata berikutnya dalam suatu percakapan atau perintah teks. ChatGPT pertama kali dikembangkan oleh OpenAI pada 2018, dan dilanjutkan hingga model GPT-3 diterbitkan tahun 2020. Sejak saat itu, GPT-3 telah menjadi salah satu model AI paling kuat dan inovatif. Perkembangan teknologi ini memperluas penggunaan AI dalam berbagai bidang, misalnya chatbot dan pengenalan suara.

Pada 23 Maret 2023, lahir model GPT-4 yang ditenagai gabungan kekuatan teknologi terbaru OpenAI dan mesin pencari Bing besutan microsoft. Model itu mampu menghasilkan teks dengan kualitas yang sangat mirip dengan buatan manusia dan telah menunjukkan kinerja setara dengan manusia pada berbagai benchmark profesional dan akademis. GPT-4 juga memungkinkan AI mampu mengolah gambar dan menerjemahkannya dalam bentuk kata-kata. Sebagai contoh, model ini mampu merekomendasikan resep masakan hanya berdasarkan gambar bahan makanan yang kita foto. Saat ini, GPT-4 masih dalam tahap pengembangan dan belum tersedia untuk umum.

Ironisnya, kecerdasan buatan yang dilahirkan untuk mengoptimalkan  kecerdasan sejati manusia itu, malah menjadi sedikit lebih handal dari sebagian anggota organisasi lawas, dalam mengolah pikiran yang menapak pada realitas. Tentu kita tidak mengharapkan langkah pragmatis dari pemanfaatan AI akan keluar dari pikiran anak muda yang menjadikan kemajuan pembangunan sebagai slogan.

Gegap gempita kemajuan kecerdasan buatan disalah artikan secara gagap sebagai pengganti pikiran manusia. Lahirnya Zero GPT untuk mengantisipasi plagiarisme karya tulis berbasis AI merupakan indikasi timbulnya gelombang kecurangan dan eksploitasi berlebih yang terkesan norak. Ada perbedaan mendasar antara “berjalan berdampingan” dengan “mendampingi” AI. Menyerahkan kesimpulan pada kecerdasan belia tanpa kebijaksanaan cenderung menjauhkan pikiran manusia dari hakikat kebenaran dan potensi pengilhaman.

Microsoft memberikan contoh pemanfaatan tingkat lanjut teknologi AI dalam lingkup realitas. AI adalah teknologi digital yang dimaksudkan membantu manusia di dunia nyata untuk mengerjakan tugasnya. Maka, Microsoft merancang flow system yang memungkinkan AI mempelajari data tulisan, email, dokumen, pesan, dan kalender untuk membantu melakukan asistensi bisnis digital, semisal mengirim pesan email kepada klien yang seolah ditulis oleh pengguna, dengan gaya bahasa pengguna.

Aktivis organisasi Islam lawas yang bergerak di ranah pemuda-pelajar semacam PII, HMI, IMM, dan sebagainya, perlu meresonansi pikiran dengan akal sehat kemajuan teknologi. Tanpa mengurangi esensi pendidikan sebagai wahana transformasi nilai, AI bisa digunakan untuk mengasistensi penelitian atau membantu memberikan rekomendasi buku dan jurnal, sebagai bahan bacaan dari kata kunci gagasan yang mungkin masih runyam di dalam pikiran. AI akan menerjemahkan gagasan unik pengguna dan mencari sumber referensi terkait dengan akurasi tinggi, menyesuaikan dari gaya bahasa dan model berpikir personal secara rasional.

Ada banyak potensi yang hanya akan berada dalam ruang imaji tanpa sumber daya manusia yang mumpuni. Membuka ruang-ruang diskursus teknologi secara komprehensif dengan itikad pembaruan sistem berpikir yang telah usang, akan memicu kesadaran spasial baru dalam melihat, memahami, memaknai, dan mengilhami kemajuan. Sehingga, paradigma penyelenggaraan kegiatan akan bertransformasi ke arah profesionalitas, menanggalkan kegiatan seremonial tanpa arah khas gaya berpikir gerakan aktivisme lawas.

(Bersambung)