Dokter Mohammed Shabat, Penerima Beasiswa BSMI yang Syahid di Gaza Utara

Kamu menolong orang (korban bom). Itulah kesalahanmu!

Ucapan itu terlontar dari Ahmed Abu Ajwa, seorang dokter muda (Koas / Co-Assistant) tahap akhir yang berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, tatkala menghadiri malam doa yang diselenggarakan BSMI pada Rabu (13/11/2024), untuk mengenang dan mendoakan wafatnya dokter Mohammed Shabat sehari sebelumnya di Gaza Utara. Menurut Ahmed, penjajah laknat selalu mengincar orang yang memberi pertolongan kepada korban. Apakah itu dokter, paramedis, petugas sosial, termasuk ambulans. Dan menurut data Palestine Ministry of Health, per 21 September 2024, sebanyak 900 tenaga medis telah syahid semenjak 7 Oktober  2023.

Keluarga dr. Mohammed Shabat syahid setelah rumah keluarga mereka di Gaza Utara dirudal. Kabar tentang syahidnya dr. Mohammed Shabat sekeluarga memang mengguncang keluarga besar BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia). Ini adalah kali kedua dokter penerima beasiswa BSMI syahid. Sebelumnya, dr. Mueen Al Shurafa syahid pada November 2023. Kejadiannya mirip, yaitu penargetan  rumah keluarga.

Akibat peristiwa itu, dr. Mohammed Shabat dan istrinya, dr. Dima Ashour, serta anak kedua mereka dipastikan wafat, di samping keluarga besar dari dr. Mohammed. Sedangkan anak pertama mereka, Jamal, diketahui selamat dengan luka bakar yang cukup serius. Semoga Allah Swt memberi dia kekuatan untuk bertahan hidup di tengah fasilitas medis di Gaza Utara yang sangat memrihatinkan. Jika tidak, maka keluarga Shabat akan terhapus dari daftar penduduk Gaza. Disinyalir, begitulah kerja penjajah guna memusnahkan sebuah keluarga.

Mohammed Shabat adalah salah satu dari dua pelajar lulusan SMA di Gaza yang terpilih oleh MOH (Ministry of Health) untuk belajar di Indonesia atas beasiswa dari BSMI pada 2012. Mereka menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan. Ketika baru tiba di Indonesia, mereka belajar Bahasa Indonesia sebelum masuk perkuliahan di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta mengikuti kegiatan-kegiatan kemanusiaan BSMI. Mereka melewati masa belajar Bahasa Indonesia dengan cepat. Kemampuan adaptasi mereka terhadap kehidupan anak muda di Jakarta pun cukup tinggi.

Enam tahun berselang, Mohammed Shabat lulus menjadi dokter. Namun, internship sebagai tahap terakhir di Fakultas Kedokteran dia jalani di Jalur Gaza. Ketika saya bertanya, ia memastikan bahwa internship di Gaza tersebut diakui secara sah. Mohammed Shabat lalu mengabari saya bahwa ia telah menikah dengan teman sejawatnya bernama Dima Ashour, dan beberapa waktu setelah itu anak pertama mereka lahir. Laki-laki.

Hamas Bantah Tuduhan Palsu AS, Penjajah Israel Harus Dihentikan
Hamas mengeluarkan pernyataan yang membantah tuduhan Departemen Keuangan AS terhadap enam pejabat senior Hamas bahwa mereka mendukung upaya penggalangan dana gerakan, dan menyelundupkan senjata ke Gaza.

Ketika berlangsung agresi Israel tahun 2021, Mohammed mengusulkan kepada BSMI untuk membantu pembiayaan renovasi  kamar operasi di RS Kamal Adwan, Gaza Utara, yang dalam kondisi rusak parah.  Ia sigap menjembatani komunikasi dengan dokter kepala sampai akhirnya renovasi kamar operasi tersebut terselesaikan dengan bantuan dana BSMI. Pada 2022, BSMI sempat juga membantu menyelesaikan biaya pendidikan kedokteran dr. Dima, sang istri, di Universitas Al Azhar cabang Gaza.

Saya cek HP, chat terakhir dengan Mohammed Shabat ada di Agustus 2024. Waktu itu, ia merespon unggahan saya tentang beasiswa dokter spesialis. “Ada program baru lagi, dok? Bisa nanti saya dan istri ikut kalau diberikan kesempatan, insya Allah,” tulisnya.

Dengan 2 anak balita, suami istri itu memang sangat antusias dengan program beasiswa dokter spesialis yang ditawarkan BSMI. Mohammed Shabat sudah merencanakan untuk mengambil program studi ortopedi (bedah tulang), sedangkan sang istri akan belajar menjadi spesialis Obstetri dan Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) seperti ayahnya.

Di dalam malam doa yang diselenggarakan BSMI tersebut, ada kesaksian menarik yang diutarakan dokter Risahmawati dari UIN. Ia merupakan dokter pembimbing skripsi Mohammed Shabat. Dokter Risahmawati terngiang kata-kata yang pernah diucapkan Mohammed di sela-sei sesi bimbingan.

Dok, saya lihat orang Indonesia ini sangat banyak sekali yang dipikirkan. Beda dengan kami di Gaza. Di Gaza, kami hanya memikirkan dua hal, Al Qur’an dan kemerdekaan,” tutur Risahmawati, mengulang ucapan Mohammed Shabat.

Selamat jalan, dokter Mohammed Shabat dan keluarga. Insya Allah pahala syahid menemani kalian di tempat yang sangat membahagiakan sekarang.