Empat Sistem atau Budaya Kerja Tersadis di Dunia
Di zaman serba industri seperti sekarang, orang-orang beralih ke pekerjaan di bidang industri. Baik di pabrik maupun di kantor. Tetapi realitanya, ketika orang bekerja di industri itu, banyak terjadi eksploitasi pekerja. Sebab, persaingan di dunia kerja mengakibatkan banyak perusahaan membuat sistem atau budaya kerja yang menekan pekerja secara berlebihan. Seperti misalnya 4 sistem atau budaya kerja tersadis di dunia berikut ini.
Budaya Kerja di Era Victoria, Inggris
Inggris adalah yang pertama mulai mengeksploitasi pekerja industri di zaman revolusi Industri, di masa Ratu Victoria di abad ke-19. Waktu itu, orang bekerja 12 sampai 16 jam sehari, dengan gaji kecil dan risiko kerja pabrik yang berat. Bahkan anak-anak dan wanita punikut bekerja di pabrik. Maka, rasanya, tidak salah kalau menyebut Revolusi Industri ini sebagai cikal bakal diterapkannya Kapitalisme Modern.
Lama kelamaan, sistem ini dilawan oleh para buruh. Didemo sampai mereka bentrok dengan aparat. Dan singkat cerita, para pekerja Internasional menetapkan aturan 8 jam kerja sehari di perusahaan, seperti aturan di negara kita. Kalau mau diminta bekerja lebih dari 8 jam, mereka harus dibayar lembur. Dari sinilah awal mula sistem kerja modern, yang menuntut perusahaan untuk lebih adil kepada pekerja, dan itu dilindungi UU tenaga kerja.
Sistem 996 di China
Salah satu faktor yang membuat produk China membanjiri pasar dunia adalah jam kerjanya yang di luar nalar, namanya sistem 996. Kerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam selama 6 hari di perusahaan-perusahaan di China. Hampir tak ada bedanya dengan budaya Victoria yang tadi, kan? Sistem ini juga diprotes dan pemerintah China akhirnya melarang sistem ini serta menganggapnya ilegal. Sebagai penggantinya, rakyat China menyarankan sistem 955 (kerja dari jam 9 sampai jam 5 selama 5 hari).
Budaya Karoshi di Jepang
Karoshi artinya kerja sampai mati. Jepang sendiri memang sejak dulu penggila kerja. Ingat Romusha? Sampai sekarang pun begitu. Orang Jepang itu prinsipnya kalau kerja ya sampai mati. Pergi pagi pulang bisa larut malam. Bisa kita lihat di internet tentang pekerja Jepang yang sampai tidur di jalanan, kedai Sake, dan sebagainya. Budaya Karoshi ini membuat para pekerja Jepang mengalami stress sampai sakit stroke. Bahkan kerja berlebihan ini dituding sebagai penyebab rendahnya tingkat kelahiran di Jepang. Sampai-sampai pemerintah Jepang pun membatasi jam kerja hanya 45 jam per minggu.
Budaya Gwarosa, Korea Selatan
Gwarosa ini tak ada bedanya sama Karoshi di Jepang. Beda nama saja. Bahkan, di Korea Selatan ini lebih ekstrem, dengan jam kerja tertinggi, yaitu 12-16 jam sehari (persis budaya kerja Victoria). Pegawai di Korsel bisa sampai menginap di kantor karena tekanan kerja dari kantor. Akhirnya, rakyatnya juga mengalami stress, sakit, dan kematian akibat tekanan kerja. Pemerintah Korsel juga sudah membatasi jam kerja, tetapi para atasan abai dan tetap menerapkan Gwarosa
Pandangan Islam
Islam adalah agama yang mengimbau manusia untuk berikhtiar mencari rezeki dari Allah Swt. Akan tetapi harus balance. Jangan sampai bekerja itu menimbulkan mudharat, baik kepada tubuh bahkan mudharat dalam agama semisal menjadi lalai ibadah. Ingat bahwa kita harus berhenti bekerja ketika waktu shalat tiba.
Dan perlindungan Islam kepada pekerja juga jelas. Misalnya sabda Nabi, “Janganlah engkau bebani budakmu dengan pekerjaan yang berat. Jika terpaksa harus melakukannya, bantulah pekerjaan mereka” – HR. Bukhari
Hadits tersebut konteksnya budak, di mana budak tidak dibayar. Tetapi jika terhadap budak saja kita dilarang membebani mereka, apalagi terhadap pekerja yang mereka itu jelas punya akad, punya hak-hak yang dilindungi hukum.
Wallahu a'lam bishawab.