Frustasi Akut, 42 Tentara Penjajah Israel Tewas Bunuh Diri

Di tengah agresi brutal yang dilancarkan penjajah Israel terhadap Gaza sejak Oktober lalu, sebuah krisis senyap tengah menggerogoti pasukan militer mereka. Tidak kurang dari 42 tentara penjajah Israel dilaporkan mengakhiri hidup mereka sejak dimulainya genosida di Gaza. Hal itu menandai lonceng bahaya akan kondisi mental yang kian rapuh di kalangan pasukan penjajah.

 Informasi itu dilaporkan oleh surat kabar Israel, "Haaretz". Media tersebut menyoroti meningkatnya angka bunuh diri di kalangan militer serta memburuknya kondisi psikologis para prajurit. Laporan itu juga menyebut bahwa jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi karena adanya upaya sistematis dari pihak militer untuk menutup-tutupi kasus-kasus tersebut.

 Angka bunuh diri akibat frustrasi itu muncul di tengah penolakan yang kian meluas terhadap kewajiban militer, baik dari kalangan muda Israel maupun para prajurit yang telah bertugas. Ketidakpercayaan terhadap tujuan perang, beban moral atas kejahatan yang disaksikan atau bahkan dilakukan, serta tekanan psikologis yang terus menerus, memicu gelombang depresi dan trauma dalam tubuh militer.

Satukan Langkah Dukung Palestina, IUMS Gelar Silaturahmi Nasional
IUMS Indonesia menggelar Silaturahmi Nasional Ulama Indonesia Bela Palestina di Hotel Sofyan, Jakarta, 17 Mei 2025. Agenda utama pertemuan itu adalah untuk mendukung Fatwa Jihad yang telah dikeluarkan oleh Ijtihad Ulama Muslimin Dunia yang berbasis di Qatar.

 Militer Penjajah Israel Tutupi Krisis

Alih-alih mengakui adanya krisis, militer penjajah Israel memilih untuk menutupi fakta dengan menguburkan para tentara yang bunuh diri secara diam-diam. Statistik resmi tidak diumumkan, dan keluarga korban kerap dipaksa bungkam demi "keamanan nasional".

 Namun, laporan-laporan dari dalam institusi militer menunjukkan bahwa trauma psikologis dan gangguan mental telah menjadi wabah tersendiri. Ironisnya, alih-alih memberikan dukungan psikologis, militer justru mengambil langkah ekstrem, yaitu merekrut kembali tentara yang telah didiagnosis mengalami gangguan kejiwaan dan bahkan mengaktifkan mereka yang sebelumnya mendapat cuti karena trauma.

 Penjajah Tertekan dari Dalam

Tindakan-tindakan ini menandakan betapa terdesaknya militer penjajah Israel dalam memertahankan barisan pasukannya. Sumber internal menyebutkan bahwa para tentara yang mengalami gangguan stres pasca trauma (PTSD), depresi berat, dan bahkan delusi, kini dipaksa kembali ke medan perang sering kali tanpa pendampingan medis atau psikologis yang memadai.

 Langkah ini tidak hanya menunjukkan ketidaksiapan militer secara struktural, tetapi juga menggambarkan keretakan moral dan psikologis dalam proyek penjajahan itu sendiri. Semakin lama agresi berlangsung, semakin dalam pula luka yang diukir, bukan hanya pada rakyat Palestina, tetapi juga pada para pelaku penjajahan itu sendiri.

 

(Sumber : TRT Arabi, Al Jazeera)