Gawat! Kapal Global Sumud Flotilla Diserang Drone Hingga Terbakar
Salah satu kapal utama Armada Global Sumud Flotilla (GSF) terbakar akibat serangan pesawat nirawak (drone) di perairan lepas Tunisia pada Selasa (9/9/2025) dini hari. Kapal yang dikenal dengan “Family Boat” itu mengangkut para anggota Steering Committee GSF.
Melalui pernyataan resminya, GSF melaporkan, seluruh enam penumpang dan awak kapal berada dalam kondisi selamat. Api yang sempat membakar dek utama dan ruang penyimpanan bawah berhasil dipadamkan. Kendaraan laut itu mengangkut beberapa aktivis internasional, di antaranya Thiago Ávila, Greta Thunberg, dan Yasmin.
Kendati demikian, GSF tetap bertekad untuk menembus blokade Gaza untuk mengirimkan bantuan dan menghentikan pelaparan massal.
“Segala bentuk agresi yang bertujuan mengintimidasi dan menggagalkan misi kami tidak akan menyurutkan langkah. Misi damai untuk menembus blokade Gaza dan menunjukkan solidaritas kepada rakyatnya akan terus berlanjut dengan tekad penuh,” demikian pernyataan GSF.
Polemik Penyebab Kebakaran Kapal
Di sisi yang berseberangan, Juru Bicara Resmi Garda Nasional Tunisia, Brigadir Jenderal Houssem Eddine Jebabli, membantah adanya serangan drone. Ia menegaskan, hasil pemeriksaan awal menunjukkan penyebab kebakaran adalah jaket pelampung yang terbakar di bagian depan kapal.
“Tidak ada bukti adanya drone. Kebakaran telah berhasil dipadamkan, dan kejadian ini murni gangguan internal,” ujarnya dalam keterangan pers.
Namun, pernyataan itu segera terbantahkan oleh pernyataan pelapor khusus PBB dan video yang berseliweran di media sosial. Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia di wilayah Palestina, Francesca Albanese, melalui akun resminya di platform X, mengatakan bahwa kemungkinan besar penyebab kebakaran adalah serangan drone.
“Kapal utama armada (Family) tampaknya diserang oleh drone di pelabuhan Tunis. Dua kapal lainnya sedang dalam perjalanan ke Tunis dan mereka membutuhkan perlindungan segera,” tulisnya.
Di dalam video di Instagram, Acar, anggota komite pengarah, melaporkan, “Sebuah drone melintas tepat di atas, menjatuhkan bom, lalu meledak, dan kapal pun terbakar.”
Serangan terhadap ekspedisi menembus blokade Gaza melalui laut bukanlah peristiwa baru. Pada Juni dan Juli 2025, pengiriman kapal Madleen dan disusul Handala tidak terlepas dari intimidasi, kapal-kapal yang tengah berlayar dipaksa segera berlabuh, hingga para peserta berujung dideportasi.
(Diolah dari berbagai sumber)