Gaza dalam Pengepungan Paling Berbahaya: Jalur Pantai yang Hanya 50 km² Diserbu Seribu Tank

Sejak pagi hari ini, pasukan pendudukan melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap Kota Gaza. Hal itu terjadi dalam tahap paling berbahaya sejak pecahnya perang. Operasi ini dipimpin oleh dua divisi reguler (162 dan 36), didukung oleh unit cadangan lainnya, dengan sekitar 1.000 tank dan lebih dari 60.000 tentara terlibat dalam penyerbuan.

Di dalam keterangan yang dikeluarkan oleh YPSP disebutkan, serangan tersebut terfokus pada jalur pantai yang sempit dan hancur, dengan luas tidak lebih dari 50 km², tempat ratusan ribu warga sipil yang kini menghadapi pengeboman terus-menerus dan pengusiran paksa. Kekuatan militer yang sangat besar itu jauh melampaui apa yang digunakan pada awal perang. Hal itu menjadikan kota ini sebagai medan kehancuran, pembunuhan, dan penderitaan.

Warga Gaza tidak tahu harus pergi ke mana. Sebab, rumah-rumah mereka telah dihancurkan, mereka dikejar oleh pengeboman di mana-mana, dan hidup dalam ketakutan, kelaparan, serta pengungsian paksa.

Di dalam perkembangan terkait, koresponden #AlJazeera melaporkan, tentara pendudukan meledakkan kendaraan bermuatan bahan peledak di distrik selatan Kota Gaza. Hal itu menambah suasana penuh ketakutan dan kekacauan di antara warga. Serangan udara intensif sejak pagi hingga saat ini juga telah menyebabkan 60 warga sipil gugur di berbagai wilayah kota.

Merayakan Hari Kemerdekaan di Antara Dentuman Bom Gaza
Walau pun sejak malam sebelumnya bunyi bom terus terdengar nyaris tanpa jeda, tepat tanggal 17 Agustus 2025, tim medis (emergency medical team) BSMI ke-4 tetap melakukan Peringatan Hari Milad ke-80 Kemerdekaan Indonesia.

Di tengah kejahatan itu, warga Gaza menyerukan kepada seluruh dunia, bangsa Arab dan Islam, serta pemerintah dan lembaga kemanusiaan, “Selamatkan Gaza dari kehancuran barbar, fasis, dan zionis yang dilakukan pendudukan terhadap anak-anak dan perempuan.

Hari ini, Gaza menghadapi salah satu gelombang penyerbuan militer paling ganas, dengan meningkatnya pemandangan pengusiran, kelaparan, ketakutan, dan pengeboman sembarangan yang terus memburu warga. Ini adalah operasi genosida yang terencana, menargetkan sisa-sisa kota dan penduduknya yang tetap bertahan.

Berdasarkan Keterangan yang dikeluarkan oleh YPSP