Gaza Menjerit! Bencana Kelaparan Mengancam

Warga Palestina dan para pejabat lembaga bantuan internasional memeringatkan akan terjadinya bencana baru di Jalur Gaza, akibat kekurangan bahan makanan pokok, pasokan medis, serta bantuan kemanusiaan. Organisasi-organisasi bantuan internasional, termasuk Program Pangan Dunia (WFP) dan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), telah menyalurkan stok pasokan makanan terakhir mereka, yaitu tepung dan beberapa bahan pokok lainnya kepada puluhan dapur umum di Gaza. Dapur-dapur itu menyediakan makanan pokok bagi mereka yang sudah berada di tahap krisis.

Seorang pejabat senior PBB mengatakan kepada surat kabar The Guardian, “Saat ini tidak ada lagi yang bisa diberikan. Jadi, setelah bantuan terakhir ini habis, dapur-dapur itu terpaksa akan ditutup”.

Ia menambahkan, “Saat ini, masyarakat masih bertahan, tetapi dari pengalaman krisis kemanusiaan sebelumnya, kami tahu bahwa situasi bisa memburuk dengan sangat cepat. Kita berada tidak jauh dari titik kritis itu”.

Sekitar dua bulan yang lalu, hanya beberapa jam setelah gencatan senjata dinodai, Penjajah Israel mulai melarang masuknya pasokan makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan berbagai kebutuhan lainnya ke Gaza. Puluhan toko roti yang sebelumnya menyalurkan roti bagi ratusan ribu orang kini telah menutup operasinya. Sebanyak 47 dapur umum yang tersisa kini hanya mampu menyediakan lentil, makaroni, dan nasi, bahkan dalam jumlah yang sudah dikurangi.

“Orang-orang yang bergantung pada dapur ini terancam mati kelaparan jika dapur ini ditutup,” terang Hani Abu Qasim dari Dapur Amal Rafah di Gaza.

Bengis! Penjajah Kembali Bantai Warga Gaza
Lihat postingan ini di Instagram Sebuah kiriman dibagikan oleh Sabili.id (@mediasabili) kuti juga konten lainnya di sosial media kami: Instagram: https://www.instagram.com/mediasabili Fanspage: https://www.facebook.com/mediasabili YouTube: https://www.youtube.com/@mediasabili Telegram : https://s.id/telegramsabili

 Harga Meroket, Pasar Kosong

Pasar-pasar di Gaza juga nyaris kosong. Barang yang tersedia dijual dengan harga sangat mahal dan tak terjangkau oleh sebagian besar penduduk. Harga tomat melonjak empat kali lipat menjadi 8 dolar per kilogram, gula naik tujuh kali lipat, sementara harga tepung meningkat hingga 15 kali lipat. Daging dan produk susu hampir punah dari pasar.

“Sekarang kami hanya makan dua kali sehari. Kadang satu kali saja. Persediaan makanan kami nyaris habis,” kata Um Aboud (45 tahun), akademisi dan jurnalis dari Kota Gaza.

Ia melanjutkan, “Hidup sangat sulit. Rumah sakit hancur, tidak ada obat atau layanan kesehatan. Air bersih dan listrik juga tidak tersedia. Sampah mengelilingi kami. Gaza kini menjadi tempat yang penuh penyakit. Orang-orang perlahan mati, seolah mereka dijatuhi hukuman mati”.

Pembunuhan Brutal di Masjid Prancis, Pelaku Tikam Korban Hingga 50 Kali
Seorang pria muslim bernama Abu Bakar Cissé menjadi korban serangan brutal di sebuah masjid di wilayah Gard, Prancis. Pelaku diidentifikasi sebagai Olivier H. Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa islamofobia dan rasisme bukan sekadar isu wacana belaka.

Kondisi Gizi Buruk dan Kelangkaan Obat

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, pada Maret lalu terdapat 3.700 anak menderita gizi buruk akut — meningkat 80% dari bulan sebelumnya. Selain itu, kondisi pasokan medis semakin menipis.

Komite Internasional Palang Merah mengatakan, segalanya habis, dari sarung tangan steril hingga kantong jenazah. Ini tantangan serius karena banyaknya korban luka berat yang terus berdatangan ke rumah sakit.

Kelompok-kelompok HAM mengatakan, Israel menerapkan “strategi bencana kelaparan” terhadap seluruh penduduk Gaza — yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, 51 jenazah warga Palestina dikirim ke rumah sakit akibat serangan udara Israel.

 

(Sumber: The Guardian & Al Jazeera)