Gencatan Senjata Hari Kedua: Lebih Banyak Tawanan yang Akan Dibebaskan
Hari kedua setelah kesepakatan gencatan senjata tercapai di antara Pejuang Hamas dan Zionis Israel, kondisi di Jalur Gaza relatif lebih tenang. Sebab, ada jeda sementara dalam pertempuran yang telah menghabiskan waktu hampir 50 hari, semenjak 7 Oktober 2023. Pemboman tanpa henti yang dilakukan Zionis Israel ke Jalur Gaza setidaknya telah menewaskan hampir 15.000 warga Palestina.
Gencatan senjata selama empat hari mulai berlaku sejak Jumat pagi dan tampaknya berjalan tanpa hambatan hingga hari Sabtu. Namun, pihak PBB mengatakan hari Jumat bahwa “24 jam sebelum jeda, terjadi peningkatan serangan Zionis Israel dari udara, darat, dan laut” di seluruh Gaza.
Bagi warga Plestina, gencatan senjata sementara setidaknya akan sedikit menghilangkan rasa khawatir atas serangan Zionis Israel. Nyaris tidak ada tempat aman untuk berlindung selama perang berlangsung. Gencatan senjata juga memberikan waktu untuk warga Palestina mendapatkan pasokan makanan dan air.
Beberapa warga Palestina memilih untuk kembali ke bagian utara Gaza, di mana wilayah tersebut merupakan tempat terjadinya pertempuran tersengit antara tentara Zionis Israel dan Pejuang Hamas. Di tengah invasi darat ke wilayah tersebut oleh pasukan Zionis Israel yang didukung oleh alat berat dan serangan udara, beberapa warga Palestina tewas dalam perjalanan ketika Zionis Israel memerintahkan mereka untuk pindah ke wilayah selatan Gaza.
Baca juga: Netanyahu Ngotot Perang Akan Terus Berlanjut Sampai Hamas Dilenyapkan
Di lansir dari laman Aljazeera.com, “Ini juga merupakan kesempatan bagi mereka yang kehilangan orang yang dicintai dan teman atau anggota keluarga untuk memberikan penghormatan dan mendoakan mereka, karena proses pemakaman dan penguburan yang layak tidak diperbolehkan di bawah pemboman besar-besaran dan serangan udara tanpa henti,” kata Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Khan Younis di Selatan Gaza.
Lebih banyak tawanan yang akan dibebaskan
Jurnalis Palestina, Ismail Abu Omar, pada Sabtu (25/11) membagikan sebuah video yang diverifikasi oleh Al Jazeera, menunjukkan seorang pria mencari pakaian keluarganya dari bawah reruntuhan rumah mereka di Gaza, yang hancur akibat serangan Israel. Jurnalis foto Palestina, Magdi Fathi, telah mendokumentasikan kesaksian beberapa perempuan pengungsi yang mengatakan, tidak ada yang tersisa dari rumah mereka di Khan Younis, Selatan Gaza, selama pemboman yang dilakukan Zionis Israel terhadap wilayah tersebut.
“Saya datang ke rumah saya untuk mengambil beberapa barang, tetapi saya tidak menemukan apa pun. Tentara Zionis Israel menghancurkan tempat itu dengan cara yang tidak kami duga,” kata seorang wanita, yang termasuk di antara ribuan orang yang kembali ke lingkungan mereka setelah dimulainya gencatan senjata kemarin (24/11).
Wanita lain, warga Khuzaa di timur Khan Younis, mengatakan, dia “terkejut” dengan apa yang dia temukan. “Kerusakannya sangat parah,” katanya.
Baca juga: Otoritas Gaza: Lebih dari 14.000 Syuhada, 70% di Antaranya Anak-anak dan Perempuan
Khan Younis adalah salah satu kota di Selatan Gaza, di mana penduduk Gaza Utara diperintahkan oleh Zionis Israel untuk mengungsi ke wilayah tersebut. Namun, kota tersebut telah berulang kali diserang oleh pasukan Zionis Israel.
Sebagai bagian dari kesepakan gencatan senjata, pada hari Jumat (24/11), 24 orang tawanan yang ditahan oleh Pejuang Hamas di Gaza mulai dibebaskan, 13 orang di antaranya adalah warga Israel. Diperkirakan, lebih banyak lagi tawanan yang akan dibebaskan, karena Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan, telah menerima daftar tawanan yang akan dibebaskan pada hari Sabtu (25/11).
Pada hari Jumat kemarin juga terjadi pembebasan 39 wanita dan anak-anak Palestina yang telah ditahan oleh Israel. Beberapa di antaranya sudah ditawan selama bertahun-tahun. Mereka kembali ke rumah mereka di Tepi Barat, Palestina.
Selama empat hari jeda tersebut, setidaknya 50 orang diperkirakan akan dibebaskan oleh Pejuang Hamas. Sebaliknya, 150 warga Palestina diperkirakan akan dibebaskan oleh Zionis Israel. Gencatan senjata yang berpotensi diperpanjang memungkinkan pengiriman bantuan sejak awal perang untuk tiba di wilayah Gaza Utara.
(Sumber: Al Jazeera)