Gencatan Senjata Hari Ketiga: Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara Tampak Luluh Lantak Kena Serangan Zionis Israel

Ikhwal kerusakan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara akibat serangan Zionis Israel tak lama sebelum kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku itu dikatakan Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza, Munir al-Bursh, Sabtu (25/11/2023), seperti dikutip dari laman Aljazeera.com. Menurut dia, pemandangan kondisi rumah sakit yang rusak parah itu membuat mereka terkejut.

“Kami terkejut dan ngeri melihat pemandangan yang ditinggalkan oleh pasukan Israel di Rumah Sakit Indonesia,” kata Munir al-Bursh.

Kementerian tersebut pada hari Jumat mengatakan bahwa rumah sakit itu mengalami “pengeboman besar-besaran” oleh tentara Zionis Israel. Tank dan penembak jitu Zionis Israel telah mengepung rumah sakit yang terletak di Beit Lahia selama berhari-hari, sebelum menargetkan generator utamanya dan menyerbunya pada Jumat dini hari, tak lama sebelum kesepakatan gencatan senjata di antara Hamas dan Israel mulai berlaku.

Ada ketakutan terdapat ancaman terhadap nyawa sekitar 200 orang yang terluka dan staf medis di dalamnya. Ia menambahkan bahwa tembakan hebat Israel telah menewaskan seorang wanita yang terluka dan melukai sedikitnya tiga orang lainnya. Kini, dalam keadaan hancur, rumah sakit tersebut dipenuhi dengan banyak orang yang terluka di tengah kekurangan pasokan medis yang parah.

“Koridor telah menjadi bangsal dan ahli bedah beroperasi di lantai seadanya,” kata Osama Bin Javaid dari Al Jazeera, yang memperoleh akses ke rumah sakit tersebut.

Baca Juga : Gencatan Senjata Hari Kedua: Lebih Banyak Tawanan yang Akan Dibebaskan

Ia melanjutkan, banyak korban tewas terlihat di luar gedung rumah sakit. “Di luar gedung rumah sakit, bau jenazah memaksa orang-orang menutup hidung mereka, karena mayat-mayat yang hangus dan membusuk, termasuk anak-anak, menumpuk di sudut-sudut bangunan. Selama berhari-hari tidak ada penguburan yang dilakukan karena penembak jitu Zionis Israel menargetkan siapa saja yang keluar untuk menggali kuburan,” katanya.

Sementara itu, melaporkan dari rumah sakit setelah penggerebekan, Anas al-Sharif, salah satu dari sedikit jurnalis yang tersisa di Gaza Utara, mengatakan, “Pasukan Zionis Israel telah merusak dan menghancurkan sebagian besar rumah sakit. Telah terjadi kerusakan besar di sini. Bahkan peralatan dan perbekalan telah dirusak oleh pasukan penjajah.”

Mengingat kengerian serangan Zionis Israel dan interogasi terhadap staf rumah sakit, seorang perawat mengatakan kepada Al Jazeera, “Ketika mereka menyerbu rumah sakit, kami memberi tahu mereka bahwa kami adalah perawat, warga sipil, dan kami memiliki anak-anak dan orang sakit di sini.”

Perawat itu menyebut, mereka menanyai dirinya ketika menyerbu rumah sakit. “Mereka menginterogasi saya dan tiga perawat lainnya. Mereka bertanya kepada saya tentang perlawanan dan apakah ada pejuang di sini. Mereka bertanya tentang pintu masuk dan keluar rumah sakit... Kami semua panik... Kami sangat takut...” tambahnya.

Perawat lain mengingat bagaimana pasukan Zionis Israel menargetkan lantai empat dari rumah sakit tersebut dengan rudal, dan memutus aliran listrik tenaga surya ke gedung-gedung tersebut. “Ada 25 orang yang tulang panggulnya patah dan tidak bisa digerakkan. Mereka meledakkan pintu masuk ini, mereka menembak pasien di dalamnya. Mereka menggeledah kami satu per satu dan memindai wajah semua orang. Saya memberi tahu mereka bahwa saya seorang perawat,” tutur perawat pria dari unit gawat darurat kepada Al Jazeera.

Mereka membawa saya ke sudut ini dan memukuli saya, dan menanyakan banyak pertanyaan tentang rumah sakit, dan tawanan... Apakah saya tahu sesuatu tentang mereka... Setiap pertanyaan disertai tamparan,” lanjutnya.

“Setelah mereka pergi, kami bisa saja pergi, tetapi saya berjanji tidak akan pernah meninggalkan pasien saya sendirian dan saya akan menjadi orang terakhir yang meninggalkan rumah sakit ini,” kata perawat tersebut pula.

(Sumber: Al Jazeera)