Geng Abu Syabab, Dalang di Balik Penjarahan Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Akibat blokade bantuan kemanusian yang dilakukan penjajah Israel, bencana kelaparan akut terjadi di Jalur Gaza. Tragedi itu kian diperparah oleh kehadiran kelompok bersenjata yang bekerja di bawah perlindungan militer penjajah. Salah satunya, milisi yang dipimpin oleh Yasser Abu Syabab. Inilah dalang penjarahan bantuan yang terjadi di wilayah Rafah, Jalur Gaza.
Menurut analis militer Osama Khaled, Geng Abu Syabab terdiri dari individu-individu yang sebelumnya telah memiliki catatan kriminal. Sejak Thufanul Aqsa, mereka memanfaatkan kekosongan hukum untuk membentuk kelompok milisi dan melakukan penjarahan bantuan. Penjajah Israel yang kewalahan menghadapi keteguhan masyarakat Gaza, mencoba memanfaatkan kelompok tersebut dengan memberikan senjata dan perlindungan.
Osama Khaled melanjutkan, ada beberapa tujuan dibentuknya milisi tersebut. Di antaranya:
- Menekan warga sipil dengan memutus akses terhadap bantuan.
- Menguasai wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan atau lepas dari kontrol Hamas.
- Menyediakan jasa keamanan dan intelijen bagi tentara penjajah Israel.
- Menjadi perantara untuk menghindari konfrontasi langsung antara penjajah dengan warga sipil Palestina.
Perekrutan anggota baru dari geng Abu Syabab dilakukan secara terbuka, dengan iming-iming gaji, makanan, dan perlindungan militer.
Bencana Kelaparan
Juru bicara Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Adnan Abu Hasna, menyatakan, kondisi di Gaza sangat memrihatinkan dan kian memburuk secara dramatis. "Hampir semua pasokan kebutuhan dasar telah habis, sementara bantuan yang masuk sangat terbatas dan tidak mencukupi," katanya.
Abu Hasna juga mengecam keberadaan badan distribusi pasokan bantuan makanan "Lembaga Kemanusiaan Gaza" yang didirikan penjajah Israel. Ia menyebutnya sebagai alat propaganda semata.
“Badan tersebut tidak memiliki kompetensi maupun pengalaman, dan justru membebani warga yang harus berjalan puluhan kilometer demi mendapatkan makanan,” jelasnya.
Sejak Maret 2025, penjajah Israel telah menghentikan sepenuhnya masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Akibatnya, lebih dari 2,3 juta warga menghadapi ancaman kelaparan akut. Data Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 181.000 korban telah jatuh, baik gugur maupun terluka, sedangkan ribuan lainnya masih hilang atau tertimbun reruntuhan bangunan akibat serangan udara yang terus berlangsung.
(Sumber: Al Jazeera)