Habib Muhsin Al Athos: “Medan Juang Kita Ada Tiga”
Bekerja sama dengan Muallaf Centre Masjid Darussalam dan Dompet Dhuafa, Forum Advokasi Rehabilitasi Imunisasi Aqidah yang Terpadu Efektif dan Aktual (Arimatea) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Mualaf Fest 2023”. Mengangkat tema “Mensyukuri Nikmatnya Hidayah dan Kemerdekaan untuk Memperkokoh Persatuan”, Mualaf Fest 2023 diadakan tanggal 19 dan 20 Agustus 2023 di Masjid Darussalam, Kota Wisata, Cibubur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Setidaknya 15 narasumber tampil sebagai pembicara di acara tersebut. Di antaranya adalah Habib Muhsin Al Athos. Di kesempatan itu, ia mengatakan, tantangan dakwah terdiri dari dua aspek, yaitu aspek internal dan eksternal.
Aspek Internal
Aspek Internal, artinya ya kita. Begitulah kata Habib Muhsin Al Athos. Ia mengajak semua jamaah yang hadir ketika itu untuk merenungi, umat Islam dalam mengadakan dakwah itu apakah sudah efektif, apakah sudah mengikuti tuntunan dan panduan dari Al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw, sehingga dakwah itu menjadi sesuatu yang efektif dan berhasil.
Selain itu, Habib Muhsin Al Athos juga mengatakan, keberhasilan dakwah itu bukan ada di tangan kita. Tetapi di tangan Allah SWT. Hal itu bisa dilihat dari firman Allah SWT, Surat Al Qashas ayat 56, yang artinya, “kamu tidak akan mampu memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai tetapi Allah yang punya kemampuan untuk memberikan hidayah kepada orang”.
Tetapi, hal itu menurut Habib Muhsin Al Athos bukan berarti menghambat kita untuk berdakwah. Tetap kita harus berusaha untuk berdakwah.
“Dakwah itu kewajiban kita. Bagi seorang mukmin, ketika sudah memahami ajaran Islam lalu kita beriman kepada Allah, maka kita punya kewajiban untuk berdakwah. Tentunya sesuai dengan kapasitas masing-masing,” ujarnya.
Baca Juga : “Story Telling”, Cara Dakwah yang Terlupakan
Beliau juga mengatakan bahwa dakwah itu bukan sebatas hanya ceramah saja, akan tetapi ketika kita mempunyai tetangga orang non muslim dengan kondisi yang sangat diliputi keterbatasan, lalu kita mengulurkan bantuan, memberikan kecerahan kepada hatinya, itu juga merupakan dakwah. Hal itu seperti yang dilakukan oleh para anbiya dan Rasulullah saw.
Sedangkan aspek internal yang kedua adalah perilaku kita. Artinya, lewat perilaku kita itulah dakwah dilakukan. Perilaku kita harus sesuai dengan karakter dakwah. Kaitannya dengan perjuangan.
Aspek Eksternal
"Mungkin orang-orang yang tidak suka kepada Islam mereka senantiasa akan berusaha untuk menutup cahaya Allah dengan segala cara agar supaya Islam ini menjadi sesuatu yang buruk. Sesuatu yang tidak perlu dikaji atau didekati. Dan itu akan terus berlangsung, karena hal itu merupakan tantangan dakwah itu sendiri," ucapnya.
Allah sudah mengatakan dalam surat As Shaff ayat 8, yang artinya “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.”
Ia melanjutkan, fakta yang sekarang ini terjadi sesuai dengan ayat di atas. Sekarang ini, di negara Eropa, Amerika Serikat, propaganda untuk menjelekkan Islam itu luar biasa. Dengan segala rekayasa dan stigma.
“Dipicu oleh propaganda mereka, akhirnya mereka malah justru penasaran ingin membaca Al Qur'an. Mendalami Al - Qur'an. Ingin mencari tahu siapa itu Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.
Menurut dia, saat ini di Eropa, agama mereka, Nasrani, semakin dijauhi karena ada dogma. Mereka kaum rasional itu selalu bertanya dan pertanyannya selalu kritis. Selama agama itu gamau ditanya, menolak untuk ditanya, mereka tinggalkan.
“Sementara di ajaran Islam ini pertanyannya bisa dijawab. Masalah syariat, hukum, kehidupan sosial, semuanya bisa dijawab oleh para intelektual muslim. Sehingga, inilah agama yang akhirnya pantas untuk dianut,” katanya.
Tiga Medan Juang
Habib Muhsin Al Athos lalu menegaskan, ada tiga hal yang menjadi medan juang umat Islam. Dan sebagai muslim, kita wajib berjuang sesuai yang kita mampu.
“Ada hal penting yang ingin saya sampaikan, yaitu tentang medan dakwah atau medan juang. Jadi, sebagai seorang muslim, kita berkewajiban untuk berjuang dengan segala apa yang kita mampu. Maka, kita harus memahami medan juang. Medan juang dalam agama Islam itu ada tiga, yaitu dakwah, hisbah, dan al jihad fi sabilillah,” tegasnya.
Menurut dia, tiga hal itu adalah tantangan bagi aktivitas dawah setiap muslim.
“Kalau Rasulullah SAW, tiga-tiganya bisa dilampaui. Karena Rasulullah diberikan kesempurnaan sebagai contoh teladan. Maka oleh Rasulullah tiga-tiganya bisa dilaksanakan dalam perjuangannya. Tetapi umatnya jarang yang semuanya bisa dilaksanakan. Laksanakan saja sesuai dengan karakternya,” ucapnya.
Baca Juga : Mazhar Islam yang Hilang
Ia melanjutkan, dakwah adalah mengajak. Yaitu mengajak orang yang tidak paham Islam, atau kalangan non muslim, atau mungkin orang Islam namun tidak paham tentang Islam, untuk kemudian mengenal Islam.
“Karena ini sifatnya mengajak, tentunya harus memakai cara-cara. (Antara lain) Harus sopan santun, harus beretika ketika berbicara, dan juga harus memiliki karakter, sehingga dakwah pun bisa dikatakan efektif dan berhasil,” urainya.
Habib Muhsin Al Athos menyebut, tidak semua umat Rasulullah bisa menjalankan dakwah di ketiga medan juang itu.
“Apalagi yang ketiga. Jihad Fi Sabilillah. Perang di jalan Allah. Yang membunuh harus terbunuh bisa membunuh. Itu lebih keras lagi. Berdarah itu. Harus tegas. Nggak bisa musuh sudah di depan dia masih santai-santai saja. Itu nggak bisa. Dia harus tegas. Harus berani. Kalau nggak terbunuh ya dia yang harus membunuh. Tetapi itu dalam kondisi tertentu. (Yaitu) Kalau memang kondisinya harus berperang, kondisinya harus bisa menegakkan jihad fi sabilillah, perang di jalan Allah, itu situasinya. Tentunya dalam ilmu fiqihnya, parameternya ada. Bukan asal perang, ngebom, itu nggak bisa. Ada situasinya. Ada fatwa. Ada tantangan. Tentu hal itu diperdalam dalam fiqhul jihad,” jelasnya.
“Yang paling penting ialah, antara yang ahli dakwah, ahli hisbah, ahli jihad, itu tidak boleh saling menyalahkan, karena sudah ada porsinya masing-masing,” tutupnya.