Haji Agus Salim: Penikmat Kretek yang Jago Mengajar dan Diplomasi
Sejarah perjuangan Republik Indonesia, mustahil melupakan peran dan eksistensi Haji Agus Salim (1884-1954). Ia seorang ulama, diplomat, dan pembela bangsa. H.B. Jassin mengaku heran, seorang tokoh agama seperti Agus Salim menyenangi buku-buku Nietzsche, seorang filsuf Jerman akhir abad XIX yang dianggap ateis itu.
Selain dari sisi-sisinya yang "serius" seperti agamawan, budayawan, dan diplomat, Haji Agus Salim adalah tokoh yang amat berwarna. Cerita-cerita ringan tentangnya bagai tidak ada habisnya ditulis orang dari zaman ke zaman. Salah satu cerita ringan tentang Haji Agus Salim yang sangat terkenal ialah tentang kesukaannya merokok kretek. Berikut ini beberapa anekdot terkait kretek dengan tokoh kita ini.
Di Universitas Cornell, Amerika Serikat
Pada musim semi 1953, atas prakarsa Prof. George McTurnan Kahin, yang sudah mengenal Haji Agus Salim sejak masa perang kemerdekaan, Haji Agus Salim diundang ke Universitas Cornell. Pemimpin senior Indonesia itu diminta oleh Cornell untuk menjadi Mahaguru tamu mengampu mata kuliah tentang Islam, dan satu seminar tentang Islam di Indonesia. Kahin yang telah lama mengenal Haji Agus Salim, oleh Ketua Program Asia Cornell University dipercaya mengasisteni Haji Agus Salim.
Sebagai Profesor muda, tugas Kahin sebagai asisten bukanlah menyiapkan atau mencari bahan kuliah untuk Haji A. Salim, melainkan mencari dan menyediakan rokok kretek untuk sang Mahaguru tamu. Maklumlah, Haji Agus Salim tidak bisa memberi kuliah tanpa kretek di bibirnya.
Kahin yang mengenal Agus Salim sebagai pejabat negara, tidak pernah menyangka bahwa beliau ternyata piawai mengajar. Lantaran kepiawaiannya itu, hari ke hari jumlah mahasiswa peminat kuliah Haji Agus Salim terus bertambah. Akibatnya, ruang kuliah tidak mampu menampung mahasiswa. Karena itulah, pihak Unversitas memutuskan untuk memindahkan tempat kuliah Agus Salim ke ruang yang lebih besar. Petugas mengumumkan rencana pemindahan ruangan itu. Dan ketika dia akan merinci letak ruang yang baru, seorang mahasiswa mengintrupsi. "Tidak perlu dirinci," katanya. "Semua kami masih punya hidung!”
“Untuk menemukan Prof Agus Salim, kami hanya perlu mengikuti hidung kami sendiri." Menurut mahasiswa itu di mana ada bau kretek, di situ pasti ada Prof. Agus Salim, karen di Universitas Cornell, hanya Prof. Agus Salim seorang yang merokok kretek.
Dalam urusan kretek ini pula, pernah kejadian kuliah tertunda sepuluh menit, gegara Kahin sang asisten, kesulitan dan terlambat menemukan kretek.
Di Istana Buckingham, Inggris
Anekdot berikut ini terjadi pada saat penobatan Elizabeth Ii sebagai Ratu Inggris. Agus Salim yang menghadiri resepsi megah itu, menyaksikan suami Elizabeth II, Pangeran Philip agak kikuk menghadapi para tamu terhormat. Untuk mencairkan suasana, Agus Salim menghampiri Pangeran Philip, dengan sebatang kretek terselip di bibirnya. Sesudah dekat dengan sang Pangeran, Salim mengayun-ayunkan rokok kretek di sekitar hidung Pangeran Philip, lalu dengan ramah Haji Agus Salim bertanya: "Apakah yang mulia mengenal bau ini?"
Pangeran menggelengkan kepala. "Tidak," katanya.
Sambil tersenyum, Salim berkata: "Inilah sebabnya 300-409 tahun yang lalu, Bangsa tuan mengarungi lautan, mendatangi negeri saya."
Menjinakkan Ngo Din Diem
Kisah yang lain, saat Haji Agus Salim kedatangan tamu penting, calon Perdana Menteri Vietnam Ngo Din Diem yang sedang keliling Amerika Serikat untuk mencari dukungan bagi Vietnam Selatan yang akan dibentuk.
Kahin, yang tahu bahwa Ngo Din Diem jago bicara dan tidak ada ada yang pernah bisa menginterupsinya, berpikir untuk mempertemukan Salim dengan Diem.
Demikianlah, pada suatu siang, Kahin berhasil mempertemukan Diem dengan Salim dalam sebuah acara makan siang. Kahin yang duduk di antara Diem dan Salim, terperangah. Dalam percakapan selama dua jam, Salim menggunakan bahasa Perancis dengan sangat fasih. Selama Salim berbicara, tidak sepatah katapun keluar dari mulut Diem.
Delapan tahun kemudian, Kahin bertemu kembali dengan Diem di Vietnam Selatan. Dalam percakapan selama 4 jam, praktis hanya Diem yang bicara.
Kahin pun teringat kembali pada sosok Haji Agus Salim, satu-satunya orang yang bisa menjinakkan Diem dalam bahasa yang paling dikuasai oleh Diem.