Hari Lingkungan Hidup: Jangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi!

Allah SWT menciptakan bumi dengan segala keindahan dan terutama daya topangnya untuk kehidupan. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. Al Qur’an tidak memberikan informasi tentang berapa umur bumi. Tetapi menurut para Ilmuwan, umur bumi saat ini diperkirakan telah mencapai 4,543 miliar tahun.

Umur tersebut diukur dari masa awal proses pembentukan bumi. Saat itu bumi masih berupa bola panas yang tak memungkinkan bagi adanya kehidupan. Ilmu Geologi menyebut fase ini sebagai Arkaezoikum. Kini bumi semakin renta, padat, dan rusak di sana-sini. Ilmuwan dan pengambil kebijakan yang bijaksana tengah khawatir dengan meningkatnya suhu bumi dan iklim yang ekstrim serta tak mudah diprediksi akibat menurunnya stamina bumi untuk tetap menjadi wadah bagi kehidupan.

Tanggal 5 Juni diperingati masyarakat dunia sebagai Hari Lingkungan Hidup Internasional. Ini momen untuk mengingatkan semua pihak bahwa kualitas lingkungan semakin buruk. Perlu kesadaran dan tindakan kolektif untuk menjaga kesinambungannya, agar kehidupan dunia tetap lestari.

Ajaran Islam sesungguhnya memiliki pesan kuat pada isu-isu lingkungan hidup. Beberapa ayat Al Qur'an menautkan secara langsung antara perilaku buruk dan larangan untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi. Bahkan dalam surat Ar Ruum ayat 41, Allah dengan tegas menyebut bahwa kerusakan alam adalah akibat ulah manusia, “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. – QS. Al – A’raf: 56

Di dalam surat yang lain, Allah menyebutkan bahwa Allah tidak ridha pada perbuatan manusia yang mendatangkan kerusakan.

وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. – QS. Al Baqarah: 205

Masih banyak ayat lain yang menyampaikan larangan dan seruan yang serupa. Artinya, isu lingkungan sesungguhnya menjadi tema yang penting dalam ajaran Islam. Lucunya, para da'i dan khotib justru tak banyak yang membawakan isu lingkungan sebagai tema kajian dan khotbah.

Untuk membangun kesadaran umat agar memiliki perhatian serius terkait krisis lingkungan hidup, selayaknya para da'i, khotib, dan ustadz secara umum mulai mengarusutamakan isu lingkungan sebagai bagian dari masalah keimanan dan keislaman. Seruan para da'i ini mungkin akan lebih efektif daripada kampanye kelestarian lingkungan yang saat ini banyak kita dengar.

Apa yang membuat seruan para da'i terkait isu lingkungan akan berpeluang lebih efektif? Pertama, melalui para da'i atau khotib, masalah lingkungan hidup akan berdimensi lebih luas. Tidak sekadar masalah duniawi, tetapi juga berimplikasi dalam dimensi ukhrowi.

Kedua, tidak sekadar diyakinkan dengan pertimbangan rasional-logis semata, pendekatan para da'i dan khotib akan membawa persoalan lingkungan ini sebagai masalah dengan argumen teologis dan masalah kemanusiaan. Sehingga, hal itu dapat menjadi kesadaran spiritual.

Ketiga, di tangan para da'i dan khotib, masalah lingkungan akan berkembang menjadi bagian dari sikap dan tanggung jawab keberagamaan. Orang tergerak untuk menjaga kelestarian alam karena kesadaran spiritual dan tanggung jawab sebagai orang yang beriman. Mungkin aspek ini akan semakin membuat aksi pro-lingkungan hidup menjadi lebih militan dan kuat, karena masuknya argumen-argumen teologis.

Sudah tiba saatnya umat Islam tampil lebih serius dalam penanganan masalah lingkungan hidup. Mari kita segarkan dan kita aktualisasikan kembali seruan Allah azza wa jalla, “Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi”.

Seruan ini mesti diturunkan hingga aspek yang paling praktis dalam kehidupan di dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan. Membuang sampah sembarangan adalah praktik kemungkaran yang berdampak pada munculnya kerusakan di muka bumi. Selain ada dosa karena melanggar seruan Allah, dalam perbuatan terebut terkandung tindak kezaliman sosial. Merugikan orang banyak dan mencelakai orang banyak, serta berakibat banjir dan polusi udara.

Ustadz dan para da'i juga dapat mengembangkan perintah Allah agar jangan membuat kerusakan di muka bumi dengan menumbuhkan theologi cinta alam. Anak-anak muda yang suka berpetualang perlu diarahkan agar mereka mencintai alam karena Allah, menjaganya sebagai amanah Allah, dan melestarikannya untuk hamba Allah di masa yang akan datang. Sekali lagi, mari kita jadikan “Jangan berbuat kerusakan di muka bumi” sebagai ladang amal dan jihad yang nyata dalam kehidupan kita sebagai muslim, menuju bumi lestari dalam naungan kasih sayang Allah azza wa jalla.