Ilmu Pengetahuan yang Dikambinghitamkan Kaum Ateis
Penulis: Saudiah Mawaddah
Mempelajari ilmu menjadi sebab utama peningkatan iman seseorang, kata para ulama. Tetapi, mengapa banyak ilmuwan yang dianggap paling berpengaruh diabad ini atau abad sebelumnya, justru tidak percaya akan Tuhan? Jika dilihat secara kasat mata, mereka adalah orang-orang yang sangat berilmu. Tetapi mengapa ilmu yang mereka miliki tak membuat mereka beriman, bahkan justru membawa mereka menjadi tidak percaya keberadaan Sang Pencipta?
Fenomena ini membuat kita bertanya-tanya. Sebenarnya, keilmuan seperti apa yang menjadikan seseorang menjadi ateis dan keilmuan seperti apa yang membuat seseorang menjadi beriman dan bertambah keimanannya? Apakah kita sebagai seorang muslim harus menjauhi ilmu-ilmu dunia, dan menjauhi ilmu-ilmu yang dicetuskan oleh kaum ateis? Apakah benar ilmu dunia itu tidak menambah keimanan?
Dampak dari sekularisme ilmu pengetahuan mengakibatkan ilmu terpisah-pisah. Sehingga, ilmu pengetahuan dan ayat-ayat Tuhannya dikaji secara terpisah dari ilmu pengetahuan yang lain. Padahal,sejatinya ilmu itu satu kesatuan (Bab sekularisme ilmu pengetahuan menjadi bab terpisah yang mempunyai penjelasannya sendiri).
Saya ingin mengambil contoh Stephen William Hawking, seorang ilmuwan yang hidup di masa sekarang. Mungkin sebagian orang pernah berjumpa dengan dia dan merasa takjub dengan penemuannya. Ia adalah seorang ahli fisika yang meninggal dunia tahun 2018. Sebagai seorang yang memiliki kekurangan fisik, ia mampu menjelaskan teori-teori rumit dan kompleks mengenai jagad raya ini. Ia adalah seorang fisikawan teori, yang mencoba mematematikakan alam. Jika matematika saja sudah rumit, maka ia berhasil merumitkan hal yang memang sudah rumit. Tetapi kehebatan ilmunya itu membuat dia tersesat mengenai pemahaman akan Tuhannya.
Di dalam wawancara dengan El Mundo tahun 2014, seperti dikutip The Washington Post, Stephen Hawking mengatakan, “Sebelum kita memahami sains, adalah wajar untuk percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta. Tetapi sekarang sains menawarkan penjelasan yang lebih meyakinkan". Ia melanjutkan, “Saya percaya alam semesta diatur oleh hukum sains.” Lalu, “Hukum mungkin telah ditetapkan oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak campur tangan untuk melanggar hukum.”
Stephen Hawking seakan ingin mengatakan bahwa semakin kamu mempelajari ilmu maka semakin yakin bahwa Tuhan itu tidak ada. Karena sains itu logis dan ilmiah serta kaidahnya sudah konstan, sehingga tidak perlu ada aturan lain yang menginterfensi.
Apakah sesulit itu mencari keberadaan Tuhan? Padahal fitrahnya manusia itu yakin dengan adanya Sang Pencipta. Di dalam ayat Qur'an, jelas tertulis
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. – Q.S Ali Imran: 190
Bukan ilmu yang menjadikan orang ateis. Tetapi keangkuhannya yang menyebabkan ia menjadi ateis. Lantas karena keangkuhannya ia mencoba mengambing hitamkan pengetahuannya.
Keangkuhan yang seperti apa? Keangkuhan yang menghapus ruang tentang keberadaan Tuhan dengan menganggap Tuhan tidak mungkin lebih logis dan lebih ilmiah daripada teori-teori yang ia coba cetuskan.
Ia terjebak dalam dunia kecilnya dengan menganggap alam semesta hanya sebatas coretan-coretan di atas kertas. Batasan-batasan yang ia ciptakan membuat ia terperangkap dalam ilusi semu bahwa Tuhan tidak lebih hebat dibandingkan persamaan matematikanya. Padahal telah jelas bukti atas kuasa Allah jika kita mampu membaca alam secara jujur.
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu padu, kemudian Kami pisahkan antar keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka, mengapakah mereka tiada juga beriman? – QS. Al-Anbiyaa: 30
Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? – QS. Yunus : 3
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak. – QS. Ar-Rahman: 37.
Tetapi mereka tetap ingkar terhadap tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Sebagaimana perkataan ulama mengenai fitnah ilmu. “Sesungguhnya ilmu memiliki keangkuhan sebagaimana keangkuhan harta” (Dalam kitab an-Nubadz fi Adabi Thalabil Ilmi).
“Ilmu itu ada tiga jengkal. Barang siapa yang masuk jengkal pertama, dia menjadi sombong. Barangsiapa yang masuk jengkal kedua, dia menjadi tawadhu’. Barangsiapa yang masuk jengkal ketiga, dia baru menyadari bahwa dirinya tidak tahu (masih sedikit ilmunya)” (Dalam kitab Hilyah Thalibil ‘Ilmi).
Peneliti lain berhasil menemukan Islam lewat ilmunya. Misalnya Dr. Maurice Bucaille. Ia ilmuwan dan ahli bedah asal Prancis yang meneliti jasad Fir’aun. Ia masuk Islam karena QS. Yunus Ayat 92. Atau Dr. Keith Moore, ahli anatomi dan embriologi, yang masuk Islam karena QS. Al-Mu’Minum ayat13-14. Serta Dr. Joe Leigh Simpson, ahli Genetika Molekuler yang masuk Islam karena ayat-ayat Al Qur'an dan menyatakan, "Menurut saya, tidak hanya tidak ada konflik antara genetika dan agama, tetapi faktanya, agama dapat membimbing sains dengan menambahkan wahyu ke beberapa pendekatan ilmiah, bahwa ada pernyataan dalam Al Qur'an yang terbukti valid beberapa abad kemudian, yang mendukung pengetahuan dalam Al Qur'an yang berasal dari Tuhan.
Maka benarlah bahwa ketika niat memelajari ilmu bukan karena kesombongan, ilmu bisa menambah keimanan dan wasilah hidayah dari Allah SWT.
Masih banyak lagi ilmuwan hebat yang kembali kepada fitrah atas penciptaannya, yaitu Islam, karena kejujuran akan ilmu. Sedangkan terhadap orang yang sombong dan angkuh akan kecerdasannya,Allah menutup mata dan hati mereka.
Orang-orang yang bersikap sombong di muka bumi tanpa alasan yang benar, mereka akan Aku palingkan dari kebenaran sehingga mereka tidak dapat memahami bukti-bukti kekuasaan-Ku. Sekalipun orang-orang yang sombong itu menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Ku, mereka tetap tidak mau beriman. Jika mereka melihat jalan sesat justru mereka mau mengikutinya. Begitulah karakter orang-orang yang sombong, mereka telah mendustakan agama Kami, dan mereka telah melalaikan bukti-bukti kekuasan Kami. – QS Al A’raf: 146
Menghadirkan penjelasan ilmiah bukan berarti meniadakan Tuhan di sana, tetapi sejatinya kita sedang menjalankan apa yang diperintahkan Allah dalam ayatnya,
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir (tafakkur) – QS. Al-Jatsiyah: 13
Pada akhirnya, hadirnya ilmu pengetahuan adalah tentang bagaimana cara menyikapinya. Menuhankan Ilmu atau menjadikan Ilmu sebagai cara untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan.