Indonesia Butuh Tokoh Teladan, DDII Resmi Mulai Produksi Film Mohammad Natsir
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bersama Yayasan Kapita Selekta Mohammad Natsir resmi memulai proses produksi film biopik tentang Mr Mohammad Natsir. Biopik adalah film layar lebar yang menceritakan kisah hidup – atau setidaknya sebagian dari kehidupan – seseorang yang benar-benar nyata. Kick-off produksi film tokoh bangsa itu digelar pada 17 Juli 2025 di Jakarta.
Produksi film biopik tentang tokoh besar bangsa itu dilakukan bertepatan dengan momentum Peringatan 117 Tahun Kelahiran Mr Mohammad Natsir. Dan produksi film biopik itu menjadi sebuah proyek besar dalam rangka mengenang dan menyebarluaskan keteladanan Natsir kepada generasi muda di masa kini. Sebab, sudah banyak pihak memang yang menilai generasi muda saat ini terlihat sangat butuh keteladanan.
Acara kick-off produksi film tersebut ditandai penyerahan poster film secara simbolis oleh Ketua Umum DDII, Dr. Adian Husaini, dan putri kelima Mr Mohammad Natsir, Aisyatul Asyriah, kepada produser eksekutif film tersebut, Ustadz Erick Yusuf. Ustadz Erick Yusuf sendiri dikenal sebagai seorang dai kreatif, pemimpin pesantren, sekaligus seniman yang dikenal melalui karya-karya dakwah dia yang inovatif.
Night at the Library: Merayakan Kata, Nada, dan Kehangatan Perpustakaan Jakarta
Di kesempatan itu, Adian Husaini mengatakan, Natsir bukan hanya brilian dalam gagasan dan pemikiran tentang konsep-konsep pendidikan, kenegaraan, dan kebangsaan yang ia tunjukkan, namun yang paling esensial adalah bahwa Natsir juga sangat cemerlang dalam keteladan. Baik dari sisi perkataan, sikap, perilaku, hingga perbuatan.
“Keistimewaan Natsir bukan hanya pada ide dan gagasannya soal pendidikan atau kebangsaan, tetapi pada integritasnya sebagai pribadi. Ia konsisten antara kata dan perbuatan. Natsir merupakan negarawan, dai, dan guru teladan bagi bangsa,” tuturnya.
Sedangkan Erick Yusuf mengungkapkan, memfilmkan sosok sebesar Natsir menjadi tantangan tersendiri. Natsir adalah tokoh besar dalam sejarah perjalanan bangsa ini.
“Ini bukan hanya soal membuat film, tetapi menjaga akurasi sejarah, membungkus nilai dalam estetika, dan menyampaikan keteladanan dengan jujur. Kami ingin menghadirkan figur pejuang yang ikhlas, pemimpin yang sederhana, dan pribadi yang teguh dalam membela kebenaran, meski berisiko besar,” jelasnya.
Mohammad Natsir dikenal sebagai pahlawan nasional yang memiliki jejak panjang sebagai negarawan, ulama, pendidik, dan jurnalis. Ketokohan Natsir diakui tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung dunia.
Misalnya, ia pernah menerima penghargaan bergengsi semisal Grand Gordon Star dari Raja Tunisia; King Faisal International Prize dari Arab Saudi; serta sejumlah gelar kehormatan dari universitas ternama di Lebanon dan Malaysia.
Abdoel Moeis: Sastrawan, Wartawan, Pahlawan
Salah satu jasa terbesar Mohammad Natsir yang tercatat dalam sejarah adalah saat ia mengajukan Mosi Integral di parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 3 April 1950. Mosi inilah yang menjadi dasar kembalinya Indonesia ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), setelah sebelumnya terpecah ke dalam beberapa negara bagian sebagai konsekuensi terbentuknya RIS. Mosi Integral menjadi salah satu tonggak penting dalam perjuangan Indonesia, sehingga Mohammad Hatta menggambarkan Mosi Integral Natsir itu sebagai "Proklamasi Kedua".
Kebanggaan akan sosok Natsir juga tecermin dalam pandangan anak-anaknya. Menurut Aisyatul Asyriah, di mata keluarga, Mohammad Natsir bukan hanya tokoh besar bagi bangsa, tetapi juga teladan dalam kehidupan pribadi.
“Ayah adalah sosok pelindung dan kepala keluarga yang luar biasa. Sejak kecil, kami diajarkan untuk hidup sederhana, rendah hati, dan disiplin,” ujar Aisyatul Asyriah.
Maka, kehadiran film biopik ini menjadi karya yang layak ditunggu. Film ini diharapkan menjadi pengingat sekaligus memberikan inspirasi bagi masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, bahwa di balik lembaran sejarah ada keteladanan yang perlu terus dihidupkan. Dan anak muda perlu memahami sejarah bangsanya.