Dunia Kerelawanan dan Kelembagaan (Bagian 5): "Intrik Persaingan"
Jika fokus jiwa dan pikiran kita masih dan selalu pada bagaimana agar komunitas atau lembaga kita menjadi besar, ketahuilah bahwa itu bukti jiwa dan pikiran kita masih kecil. Bahkan, sebesar dan setinggi apapun angan dan cita-cita kita terhadap dampak manfaat dan maslahat yang bisa dihasilkan oleh komunitas dan lembaga kita saat ia besar, tetap tak akan bisa menampik bahwa jiwa dan pikiran kita masih kecil. Sebab, kita telah salah fokus dan tujuan.
Allah hanya menuntut dan mewajibkan kita bekerja profesional, berkarya profesional, beraktivitas profesional, dan berkontribusi profesional. Termasuk membuat komunitas dan lembaga yang profesional. Sedangkan hasil yang besar, itu bonus dan anugerah dari Allah. Allah berikan atau tidak, itu bukan urusan kita lagi. Dan terhadap apa yang sudah bukan lagi urusan kita, Allah hanya menuntut agar kita yakin dan tawakal saja, bahwa Allah tak akan pernah menyia-nyiakan karya profesional kita. Sebab, Dia juga tak akan pernah mengingkari apa yang sudah Dia janjikan.
Fokus pada kebesaran komunitas dan lembaga, jika tak paham akan prinsip "fastabiqul khoirot", hanya akan melahirkan intrik-intrik. Meski boleh jadi prinsip tersebut selalu kita dengungkan, kita suarakan, dan kita tuliskan dalam bingkai-bingkai karya kita, lalu kita sudah merasa seakan semua angan dan cita-cita kita telah bersendikan di atas prinsip tersebut, intrik tetap akan lahir.
Intrik persaingan. Itulah yang kadang kita selimuti dengan prinsip "fastabiqul khoirot". Padahal, intrik tersebut sangat menjebak dan memangsa kita, tetapi justeru kita acapkali lupa dan terlena.
Prinsip "fastabiqul khoirot" tidak membicarakan tentang bagaimana cara membesarkan komunitas dan lembaga. Tetapi ia berbicara tentang karya dan kontribusi yang bernilai khoir, yaitu kebaikan yang sudah Allah tentukan syarat dan batasannya. Bahwa kebaikan adalah apa yang baik menurut Allah, bukan baik menurut kita. Inilah hal mendasar pada prinsip "fastabiqul khoirot". Manakala hal dasar ini tak kita pahami secara baik dan benar, segera kita akan terjebak pada intrik-intrik. Semua yang menurut kita adalah baik, kita akan kerjakan. Padahal boleh jadi yang menurut kita baik tersebut adalah suatu intrik semata. Bukankah angan dan cita-cita kita yang terfokus pada pembesaran komunitas dan lembaga kita selalu terhias indah dengan selimut prinsip "fastabiqul khoirot"?
Ada bermacam bentuk intrik persaingan. Kadang ia berupa persaingan menjaring donatur, persaingan menjadi pahlawan sosial dan kemanusiaan, atau persaingan status dan kredibilitas lembaga, dan sebagainya. Semuanya akan berdampak pada persaingan program dan karya.
Maka, semakin banyak program dan karya, semakin berpeluang pula untuk menjadi penjaring handal para donatur, atau menjadi pahlawan sosial dan kemanusiaan, atau menjadikan komunitasnya kian keren dalam hal status dan kredibilitas. Namun, kadang kala semakin banyak program dijalankan, justeru program-program tersebut berantakan. Sering kali satu program belum selesai, fokus sudah terpecah pada program berikutnya, yaitu program yang baru-baru, yang terkadang tak lebih penting dari program yang lama.
Atau mungkin program lama masih berjalan, tetapi asal jalan. Yang penting masih ada nama programnya. Itulah jebakan intrik. Bahwa kita telah terjebak fokus pada pembesaran komunitas dan lembaga semata. Sebab, kita tahu bahwa besarnya lembaga adalah karena besarnya dana yang kita punya. Kita semua paham bahwa sebagus apa pun program kita, tak akan ada wujudnya jika kita tak punya dana. Inilah celah menganga tempat syaitan menabur benih intrik ke dalam jiwa dan pikiran kita. Akhirnya, kita selalu sibuk membuat program-program baru, karena dengan begitu kita akan terlihat sebagai pahlawan sosial dan kemanusiaan. Dengan begitu, kita merasa kita bisa menjaring banyak donatur, dan juga lembaga kita akan punya nama yang selalu terbaca.
Perlu kembali ke kesadaran bahwa fokus dan tujuan perjuangan kita bukanlah sebatas membesarkan komunitas dan lembaga kita semata. Semoga Allah senantiasa menjaga jiwa dan pikiran kita dari hal-hal yang membuat karya-karya besar kita menjadi sia-sia. Semoga pula Allah melindungi kita dari jebakan intrik persaingan, merawat hati, jiwa, dan pikiran kita, dengan petunjuk dan hidayah-Nya, dan selalu menanamkan keyakinan yang kuat bahwa Dia-lah Zat yang tak pernah menyia-nyiakan karya dan amal kita, dan Dia-lah Zat yang tak pernah menyalahi janji-Nya. Bonus dan anugerah tetap akan Allah berikan kepada kita, tetapi entah kapan. Sekarang atau kelak di surga.