Israel: Negeri Penjajah yang Lahir dari Celengan dan Rengekan

Berbicara tentang penjajah Israel tidak bisa lepas dari kebengisan dan kekejaman. Tak terhitung berapa banyak warga Palestina meregang nyawa akibat rudal dan peluru zionis Israel. Ribuan rumah dan fasilitas publik juga luluhlantak akibat serbuan membabi buta tentara zionis yang tak kenal rasa perikemanusiaan. Tapi tahukah anda, bahwa Israel lahir dari celengan uang receh dan rengekan?

Awal tahun 1900-an diadakan program penggalangan dana antar keluarga Yahudi. Berbekal sebuah celengan bertuliskan “promised land” atau tanah yang dijanjikan, celengan ini disebar ke seluruh rumah orang Yahudi di berbagai negara di Eropa, Amerika dan Asia. Celengan ini diedarkan guna menyiapkan impian zionis memiliki sebuah negara. Hasil dari celengan ini kelak yang akan menjadi salah satu cikal bakal pendirian negeri penjajah Israel.

Celengan pada tahun 1990 / dokumen pribadi

Pada tahun 1948 tak lama setelah penjajah Israel mengklaim berdirinya negara zionis di Palestina, terjadi krisis keuangan. Uang receh dari celengan yang mereka kumpulkan sebelumnya tidak cukup untuk mempersenjatai tentara Zionis. Lantas dibuatlah kembali sebuah gerakan penggalangan dana.

Di hadapan warga Yahudi di Chicago Amerika, Golda Meir, salah satu tokoh wanita Israel menangis, mengemis, mengiba. Ia bahkan merengek bak anak kecil dengan mengatakan bahwa ia tidak akan kembali sebelum mengumpulkan 50 juta dolar AS. Angka yang sangat besar kala itu.

Dalam satu tahun ia “mengemis” ke banyak kota di Amerika untuk mengumpulkan 50 juta dolar AS. Entah berapa rengekan dan tangisan yang ia lancarkan. Sehingga pada akhirnya terkumpullah dana sebanyak 200 juta dolar AS.

Dana yang berhasil ia kumpulkan dari rengekan dan tangisan ini digunakan untuk mempersenjatai tentara zionis Israel, yang kelak akan membuat banyak ibu Palestina menangis karena anaknya yang tak berdosa meregang nyawa tertembus timah panas zionis. Anak yang menangis karena jasad ibu dan bapaknya hancur berkeping-keping diterjang roket zionis Israel.

Dari fakta di atas, banyak pelajaran yang dapat kita petik, Kita bisa melihat bagaimana pentingnya sebuah cita-cita. Cita-cita yang tak hanya manis dalam pikiran, tapi berbalut semangat membara dan berujung pada sebuah aksi meskipun sangat sederhana, yaitu pembagian celengan.

Dalam konteks hari ini, dimana Palestina menjadi bulan-bulanan kebengisan zionis Israel seharusnya membuat kita lebih bersemangat dalam misi kemanusiaan membantu rakyat Palestina. Kita tidak boleh kalah dalam hal ini dan tidak boleh minder untuk menggaungkan ajakan donasi mendukung perjuangan saudara kita di Palestina. Tentunya perjuangan kemanusiaan yang bukan didasari oleh dendam. Tapi perjuangan kemanusiaan yang dilandasi dengan niat suci dan semangat membangun peradaban.