Istiqamah dalam Dakwah dengan Memperkuat Ukhuwah Islamiyah (Bagian 1)

Jalan Dakwah

Jalan dakwah adalah “Amar ma'ruf nahi munkar. Adapun da’wah (dakwah) sendiri pada hakikatnya adalah proses dinamis (yang terprogram dan terukur) melalui ajakan, seruan, menyampaikan kabar gembira (bashiran) sekaligus peringatan (nadhiran).

“Serulah kepada "jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan bertukar pikiran lah (dialog) dengan cara yang lebih baik...” – QS. An-Nahl:125

Karena itu, muatan atau materi dakwah tidak boleh lepas dari prinsip yang terkandung dalam ajaran Islam (Al Qur’an dan As Sunnah) dan tidak menyelisihinya. Agama Islam memiliki prinsip-prinsip ajaran, antara lain Aqidah, Akhlaq, Ibadah, Syari'ah dan Muamalah.

Ada beberapa ayat yang menegaskan wajibnya dakwah dilakukan oleh umat Islam. Di antaranya:

وَلۡتَكُنۡ مِّنۡكُمۡ اُمَّةٌ يَّدۡعُوۡنَ اِلَى الۡخَيۡرِ وَيَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ​ؕ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ‏

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. – QS. Ali Imron:104

Baca juga: Model Strategi Rekrutmen Pelajar Islam Indonesia (PII) untuk Kalangan Gen Z
قُلۡ يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّىۡ رَسُوۡلُ اللّٰهِ اِلَيۡكُمۡ جَمِيۡعَاْ ۨ الَّذِىۡ لَهٗ مُلۡكُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ​ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحۡىٖ وَيُمِيۡتُ​ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهِ النَّبِىِّ الۡاُمِّىِّ الَّذِىۡ يُؤۡمِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَاتَّبِعُوۡهُ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُوۡنَ‏

Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." – QS. Al A'raf:158

اُدۡعُ اِلٰى سَبِيۡلِ رَبِّكَ بِالۡحِكۡمَةِ وَالۡمَوۡعِظَةِ الۡحَسَنَةِ وَجَادِلۡهُمۡ بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُؕ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعۡلَمُ بِمَنۡ ضَلَّ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ‏

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.  – QS. An-Nahl:125

كُنۡتُمۡ خَيۡرَ اُمَّةٍ اُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ وَتُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ​ؕ وَلَوۡ اٰمَنَ اَهۡلُ الۡكِتٰبِ لَڪَانَ خَيۡرًا لَّهُمۡ​ؕ مِنۡهُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَاَكۡثَرُهُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ‏ 

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. – QS. Ali Imron:110

اِنَّ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ الَّيۡلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الۡاَلۡبَابِ ۚۖ‏ ١٩٠ الَّذِيۡنَ يَذۡكُرُوۡنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوۡدًا وَّعَلٰى جُنُوۡبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُوۡنَ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ​ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ‏ ١٩١

(190) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (191) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’. – QS. Ali Imran:190-191

Ukhuwah Islamiyah

Persaudaraan yang terjalin antar umat Islam disebut dengan ukhuwah. Kata ukhuwah sering digandengkan dengan kata Islamiyah, sehingga memunculkan istilah ukhuwah islamiyah. Ini berkesan bahwa istilah tersebut bermakna “persaudaraan yang dijalin sesama muslim” atau dengan kata lain “persaudaraan antar sesama muslim”.

Baca juga: Membeli Buku Dapat Mempermudah Jalan Masuk Surga

Terkait Ukhuwah Islamiyah ini, beberapa ayat yang mewakilinya, antara lain:

اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ اِخۡوَةٌ فَاَصۡلِحُوۡا بَيۡنَ اَخَوَيۡكُمۡ​وَ اتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ‏

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. – QS. Al Hujarat:10

وَاعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰهِ جَمِيۡعًا وَّلَا تَفَرَّقُوۡا​ وَاذۡكُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰهِ عَلَيۡكُمۡ اِذۡ كُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَ لَّفَ بَيۡنَ قُلُوۡبِكُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِهٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَكُنۡتُمۡ عَلٰى شَفَا حُفۡرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَكُمۡ مِّنۡهَا ​ؕ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمۡ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُوۡنَ‏

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. – QS. Ali Imron:103

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا​ ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ‏

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.  – QS. Al Hujurat:13

Peran Masjid dalam Konteks Da'wah dan Ukhuwah Islamiyah

Masjid adalah Institusi pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW, ketika beliau dan para sahabat tiba dalam hijrahnya ke Madinah. Kita semua memahami bahwa Masjid sejak zaman Rasulullah, sudah berfungsi “multi-dimensional”, di samping sebagai tempat Ibadah Mahalona (shalat, dzikir dan i'tikaf), juga berfungsi untuk Taklim, pendidikan, pembinaan ahlak, Ukhuwah Islamiyah, dan tempat  untuk beramal kebajikan  dalam arti luas (muamalat).

Bagi masyarakat Indonesia, Masjid memiliki kedudukan yang sangat sentral, sebagai pusat informasi dan komunikasi, pusat pendidikan, forum ukhuwah, saling menjalin silaturahim.

Masjid di Indonesia sejak  pertumbuhan dan perkembangan memiliki komponen, antara lain:

  1. Adanya Imam, khatib, Dai
  2. Pengurus Masjid, Takmir, pengurus harian/pengelola beserta staf, muadzin, marbot.
  3. Jamaah tetap dan jamaah yang tidak tetap.
Baca juga: Hak Veto PBB Tak Lagi Sesuai Perkembangan Zaman

Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, patut kita apresiasi atas keberhasilannya mengembangkan diri, dalam hal ini berhasil mengembangkan “Pendidikan berbasis Masjid”: Membangun banyak sekolah dari tingkat paling dasar (yaitu Sekolah TK, SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi), dengan jejaring (network) yang solid, sehingga di kota mana pun sekolah Al-Azhar itu didirikan dan dikembangkan, seluruhnya termonitor dengan baik di samping kualitas pendidikannya terjaga.

Dewan Da'wah sebagai Institusi da'wah, di samping memiliki pengurus pusat dan perwakilan, juga memiliki sarana dakwah atau fasilitas pendukung dakwah, semisal STID M Natsir, LAZNAS, Pelayanan Haji dan Umroh, Badan Wakaf, Percetakan, dan lain-lain. Fasilitas pendukung dakwah di Dewan Da’wah daerah juga berkembang, meski sebagian besarnya baru sampai tahap merintis. Lebih dari sekadar perlu di apresiasi, tentunya berbagai fasilitas pendukung dakwah ini  memiliki urgensi untuk ditingkatkan kualitas maupun pengaruh dan kemanfaatannya dalam konteks meluaskan Ukhuwah Islamiyah.

Di dalam konteks dakwah dan ukhuwah di lembaga yang serumpun sebagaimana dikembangkan Dewan Da’wah, beberapa fasilitas pendukung dakwah/sarana dakwah yang cukup potensial telah dimiliki oleh Dewan Da’wah (DD). Di tingkat provinsi, ada IKMI, Universitas Islam Riau (UIR) yang dikembangkan oleh DD Provinsi Riau. Juga ada Rumah Sakit Islam dan Universitas Mohammad Natsir yang dikembangkan DD Sumatera Barat. Sedangkan model Lembaga Serumpun yang ada  di tingkat Kabupaten/Kota, ada UIKA, Rumah Sakit Islam, dan BKSPPI yang dikembangkan DD Bogor.

Masih banyak lagi. Namun dalam konteks pengembangan “dakwah dan pendidikan” yang dikembangkan oleh Pengurus Dewan Dakwah periode 2020-2025, tampaknya belum dilengkapi dengan “masterplan” yang tajam dan transparan atas pengembangan sarana dakwah/fasilitas pendukung dakwah ini. Jika “masterplan” pengembangan sarana dakwah ini diterima sebagai usulan, maka sudah saatnya kita memiliki “Masterplan Sarana Dakwah Dewan Da’wah Pusat dan Daerah” yang terbukukan secara jelas dan lengkap masing-masing rencana pengembangan dan target-targetnya. Hal ini akan sangat berguna, baik sebagai pedoman maupun untuk menandai setiap keberhasilan pengembangannya. Lebih utama, tentu tidak terlepas dari Masterplan “Masjid – Pesantren – Kampus”. Bukankah DD memiliki Bidang MPK (Masjid-Pesantren-Kampus), namun belum terkomunikasikan rencana pengembangannya?

Ukhuwah Islamiyah dalam konteks dakwah tentu berlandaskan iman dan taqwa (Imtaq), saling mempercayai, jujur dan amanah. Ukhuwah pada hakikatnya adalah upaya menjalin hubungan, kerja sama, baik internal maupun eksternal, baik di dalam maupun luar negeri (antar bangsa). Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah, dan ukhuwah Insaniyah harus kita kembangkan secara bertahap dan serius dimulai dari internal Dewan Da’wah dulu, yang kemudian kerja sama itu dikembangkan dengan sesama ormas/lembaga Islam lainnya.

Da'wah dalam konteks “ukhuwah” hubungan antara manusia dan antar bangsa, bisa kaji dari QS Al Hujurat: 13 (melalui sebuah proses bertahap), dari Laki-laki dan perempuan (menjadi suami Istri, keluarga), masyarakat, suku, bangsa dan negara. Tetapi ciri “pribadi, keluarga, suku bangsa yang unggul” di sisi Allah SWT adalah manusia yang bertaqwa. Namun, pada hakikatnya “pribadi atau kelompok” yang mendapatkan lisensi untuk sebagai pengemban Da'wah Ilallah adalah mereka yang memiliki ciri “Khaira ummah” ( manusia unggul), baik Ruhiyah, Fikriyah, maupun amaliyah. Karena itu  setiap pengemban Risalah Da'wah harus mampu melakukan “Silatur Ruh, Silatur Al Fikr dan Silatur 'amal”.

(Bersambung)