Kamp Jabaliya Jadi Saksi Kebengisan Penjajah
Tentara penjajah Israel mengusir ribuan warga Palestina di kamp pengungsian dan rumah-rumah di Jalur Gaza Utara pada Senin – Selasa (21 – 22/10/2024). Mereka terpaksa mengungsi melalui jalur yang telah ditentukan oleh Penjajah Israel, dengan alasan agar mereka aman.
Namun, ternyata para pengungsi mendapati jalur pelarian itu penuh jebakan yang menyebabkan “kematian dan berbahaya”. Sepanjang perjalanan tersebut, sebagian besar para pengungsi ditangkap, yang lainnya tidak pelak berakhir dieksekusi oleh Penjajah Israel.
Sudah 18 hari tentara penjajah telah melancarkan genosida dan pembersihan etnis melalui pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza, dan khususnya kamp tersebut, Jabaliya. Kamp tersebut telah menjadi sasaran invasi dan pengepungan secara intens sejak 6 Oktober 2024.
Penjajah ingin para warga Palestina pindah ke arah selatan. Tetapi mereka menolak untuk pergi ke selatan dan memutuskan untuk kembali ke Kota Gaza dan daerah lain di Jalur Gaza Utara. Beberapa dari pengungsi mengalami kelaparan, kehausan, dan teror yang meluas selama beberapa hari terakhir karena Penjajah Israel.
Kesadisan Pengepungan
Seorang perawat di pusat ambulans di Jalur Gaza Utara, Nevin Al-Dawasa, menceritakan “kengerian” yang dia alami saat berada di Kamp Jabaliya.
“Penjajah memberi waktu satu jam kepada para pengungsi untuk mengevakuasi tempat tersebut. Namun, mereka berdusta dan mulai mengebomnya selang waktu 10 menit, hingga menyebabkan 10 orang syahid dan melukai 30 orang lainnya,” tutur Al-Dawasa kepada Al Jazeera pada Senin (21/10/2024).
Saat ini Al-Dawasa berada di Kota Gaza. Ia tidak bisa memberikan layanan ambulans kepada korban luka-luka karena kondisi yang tidak memungkinkan. Dia mengatakan bahwa dalam perjalanannya ke Gaza, dia melihat puluhan mayat dibuang di jalan-jalan. Perawat tersebut dengan keras menyangkal jalur “aman” yang diklaim oleh Penjajah Israel.
“Mereka memisahkan pria dan wanita warga Palestina. Menangkap lebih dari 20 pria, di antaranya seorang dokter. Mereka memerlakukan perempuan dengan penghinaan dan dengan sengaja mengintimidasinya,” kisah Al-Dawasa.
Jalur Gaza bagian Utara masih mengalami hari-hari yang berat. Tentara penjajah Israel memaksa para staf rumah sakit untuk meninggalkan Gaza Utara. Bahkan, selama 24 jam terakhir sudah puluhan orang yang syahid, dan sejak tiga pekan lalu terhitung ratusan orang syahid di Gaza Utara.
(Sumber: Al Jazeera & Gaza News)