Kebangkitan Politik Sayap Kiri Inggris dan Prancis Pengaruhi Kondisi Gaza?
Menteri Luar Negeri Inggris yang baru, David Lammy, mengatakan, negaranya ingin mengambil “posisi netral” dalam perang di Gaza. Mereka akan menggunakan upaya diplomatik untuk memastikan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang ditahan di Jalur Gaza.
David Lammy mengatakan, mengakui negara Palestina bisa saja dilakukan. Namun dengan syarat, para sandera di Gaza dibebaskan, tenangkan situasi keamanan, dan Hamas berhenti menyerang Israel. Sehingga, ada periode tenang untuk membuka kembali pintu proposal solusi “dua negara”.
Di Prancis, situasinya lebih dramatis. Setelah kelompok sayap kanan, yang dipimpin oleh Marine Le Pen, maju dalam tahap pertama pemilu awal yang diserukan oleh Presiden Emmanuel Macron, koalisi kekuatan sayap kiri membalikkan hasil pada putaran kedua dan memenangi pemungutan suara pada Minggu (7/7/2024).
Ketua blok parlemen dari partai “La France Insoumise (LFI)”, Mathilde Bannot, mengindikasikan, negara Palestina akan diakui dalam waktu dua minggu jika partai tersebut mengambil alih pemerintahan baru. Namun, para analis percaya bahwa keputusan itu sulit, mengingat “kelompok kiri” tidak memenangkan suara secara mayoritas. Upaya-upaya sedang dilakukan untuk mencapai kandidat yang dapat disepakati, untuk dicalonkan oleh Presiden Macron untuk memimpin pemerintahan.
Demikian pula untuk kondisi di Inggris. Analis politik yang berada di London, Omar Ismail, mengatakan, ada hal-hal strategis yang konstan di Inggris, lembaga-lembaganya tidak berubah seiring dengan posisi partai-partai. Namun, perbedaannya terletak pada cara penanganan dokumen-dokumen.
Baca juga: Terowongan Hamas, Momok Bagi Penjajah Israel
Dampak Positif Bagi Gaza
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Al-Quds, Ayman Al-Raqab mengatakan, walaupun kebijakan Pemerintah Inggris berubah sedikit, setidaknya ada peningkatan. “Meskipun masalah ini mungkin tidak membuat perbedaan besar, ini adalah kemenangan atas ‘pengorbanan Gaza’. Sejauh ini, perdana menteri baru belum memberikan posisi (yang jelas), tetapi setidaknya pemerintah telah mengubah pendekatan pendahulunya, dalam mengambil keputusan mengenai Pengadilan Kriminal Internasional (ICJ),” terang Ayman.
Amerika adalah lokomotif politik global, khususnya di Timur Tengah. Kita tidak akan melihat apapun sebelum pemilu November mendatang, dengan mengacu pada pemilu Presiden AS. “Yang paling jelas adalah apa yang terjadi di Prancis. Setelah kelompok sayap kanan, yang dipimpin oleh Le Pen, melakukan pendekatan pada tahap pertama, kelompok kiri, yang mendukung perjuangan Palestina, mampu melakukan pendekatan untuk memenangkan pemilu,” jelas Ayman.
Adalah Fakta, banyak anggota partai yang masih tidak puas dengan keputusan terkait Gaza. Mereka ingin partai tersebut mengambil posisi yang jelas.
Namun, kelompok sayap kiri Prancis ini belum resmi membentuk pemerintahan. Sebab, meski memenangkan mayoritas parlemen, masih ada pertimbangan yang sedang berlangsung untuk memilih kandidat untuk memimpin pemerintahan, yang akan diumumkan oleh Macron.
(Sumber: Al-Hurra)