Kehebatan Doa dalam Mendatangkan Rezeki Menurut Perspektif Kitab Al-Hikam
Di dalam dunia tasawuf, doa bukan sekadar aktivitas rutin, melainkan sarana kuat untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan memohon segala kebutuhan, termasuk rezeki. Salah satu kitab yang mengupas keajaiban doa secara mendalam adalah “Al-Hikam” karya Ibnu Athaillah As-Sakandari, seorang ulama sufi terkenal dari Mesir. Kitab ini ditulis antara tahun 1250 M hingga 1310 M.
Kitab ini mengajarkan bahwa doa yang dilakukan dengan ikhlas, tulus, dan disertai keyakinan penuh kepada Allah, mampu membuka pintu-pintu rezeki yang tak terduga. Ibnu Athaillah as-Sakandari adalah seorang ulama makrifat dan tokoh tarekat al-Syadziliyah. Ia juga dikenal sebagai syekh besar ketiga di lingkungan tarekat sufi Syadziliyah.
Doa dalam perspektif Al-Hikam bukan hanya tentang ucapan, tetapi menyangkut hubungan mendalam antara hamba dengan Tuhannya. Ibnu Athaillah menegaskan, doa yang tulus dan keyakinan penuh kepada Allah adalah kunci utama dalam membuka rezeki. Ia menjelaskan bahwa Allah Swt berjanji akan memberikan rezeki kepada siapa saja yang bertakwa dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS At-Talaq: 2-3). Ayat ini menunjukkan bahwa rezeki dapat datang dari berbagai arah, bahkan dari jalan yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya, ketika seorang hamba memanjatkan doa dengan ikhlas dan penuh keyakinan.
Lebih lanjut, Ibnu Athaillah membahas pentingnya tawakkal atau penyerahan diri secara total kepada Allah dalam urusan rezeki. Menurut beliau, tawakkal tidak berarti pasrah tanpa usaha, melainkan berserah diri dengan penuh percaya bahwa rezeki yang didapat adalah bagian dari ketetapan Allah.
Di dalam salah satu hikmahnya, Ibnu Athaillah menyatakan, “Apabila engkau mengetahui bahwa Allah menjamin rezekimu, maka janganlah engkau berlelah-lelah karena sesuatu yang sudah dijamin oleh-Nya”. Pernyataan ini menekankan bahwa usaha manusia harus disertai dengan keyakinan kepada Allah, yang menjadi sumber segala rezeki.
Namun, konsep tawakkal dalam kitab Al-Hikam tidak menafikan pentingnya usaha. Sebaliknya, Ibnu Athaillah menyarankan agar setiap upaya dan doa diiringi dengan hati yang ikhlas serta penuh kepercayaan bahwa hasil akhir berada di tangan Allah Swt.
Menurut Ibnu Athaillah, doa yang sungguh-sungguh akan menghubungkan seorang hamba dengan rahmat Allah, yang bisa menjadi jalan datangnya rezeki. Doa dan tawakkal adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam memeroleh keberkahan hidup.
Di dalam Al-Hikam, Ibnu Athaillah juga menjelaskan bahwa rezeki yang diperoleh melalui doa sering kali membawa keberkahan yang lebih besar. Ketika seorang hamba mengandalkan kekuatan doanya, ia tidak hanya sekadar memeroleh apa yang diinginkan, tetapi juga merasa lebih dekat dengan Allah.
Rezeki yang didapatkan melalui doa dan tawakkal menjadi rezeki yang lebih berarti karena dilimpahkan dengan keridhaan Allah. Hal ini berbeda dengan rezeki yang hanya diusahakan melalui ikhtiar fisik semata tanpa melibatkan hubungan spiritual dengan Tuhan.
Salah satu keistimewaan doa menurut Ibnu Athaillah adalah bahwa doa itu sendiri memiliki kekuatan untuk mengubah takdir. Di dalam pemahaman sufi, Allah memberikan kuasa kepada hamba-Nya untuk berdoa, yang berarti doa memiliki peran signifikan dalam kehidupan seorang Muslim.
Ibnu Athaillah mengajarkan bahwa Allah menciptakan doa sebagai sarana agar manusia mengingat-Nya, berpasrah, dan senantiasa berharap kepada-Nya. Dan dengan demikian, Allah membuka jalan rezeki bagi mereka yang berdoa dengan penuh kerendahan hati.
Contoh empirik dari implikasi ajaran Al-Hikam sering kali terlihat dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan umat Muslim yang memegang teguh prinsip doa dan tawakkal. Banyak kisah yang menceritakan tentang orang-orang yang memeroleh rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka setelah berdoa dengan khusyuk dan tawakkal kepada Allah. Kisah-kisah itu menunjukkan bahwa doa bukan sekadar ritual, tetapi menjadi sarana efektif untuk menarik keberkahan dalam hidup.
Pada akhirnya, Al-Hikam mengajarkan bahwa doa dan tawakkal adalah fondasi utama dalam meraih rezeki yang berkah. Doa yang diiringi dengan kesungguhan hati, serta tawakkal yang benar, akan menjadikan rezeki yang diperoleh sebagai rahmat yang dirasakan tidak hanya di dunia, tetapi juga bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Melalui doa yang ikhlas, manusia bukan hanya mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi juga mencapai kedekatan dengan Sang Pemberi Rezeki, yang menjadi tujuan tertinggi dalam kehidupan seorang Muslim.