Kekalahan Yahudi: Tak Bisa Melawan Ketakutannya Sendiri
Saat Rasulullah saw baru tiba di Madinah, seluruh penduduk Madinah datang menyambut. Di antara mereka, ada juga kelompok Yahudi dari Bani Quraizah, Bani Nadir, dan Quainuqa. Apa tujuan mereka? Memastikan apakah Nabi yang datang itu sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan dalam Taurat. Juga apakah sesuai dengan berita turun temurun yang diterima oleh leluhur dan kitab-kitab kuno lainnya.
Kelompok Yahudi memperhatikan dengan sangat teliti dan seksama. Setelah puas dan merasa yakin, mereka pulang untuk menemui para pemuka agama dan pemimpin masing-masing. Para pemuka agama dan pemimpin mereka pun telah menanti kedatangan mereka dengan penasaran. Menunggu dengan tak sabar untuk mendapatkan berita.
Mereka datang dengan langkah terburu-buru. Namun wajah-wajah mereka memperlihatkan raut muka penuh kekecewaan. Nabi yang diutus itu sesuai dengan ciri yang disebutkan dalam Taurat, kitab-kitab kuno, dan leluhurnya. Nabi yang ditunggu itu bukan dari Bani Israel tetapi dari Bani Ismail. Berarti, musnahlah harapan mereka untuk mengenggam kekuasaan dunia.
Baca Juga : Keberanian HAMAS Perang Terbuka
Yahudi sangat paham kekuatan dan kekuasaan Nabi terakhir dan umatnya. Mereka paham tidak akan bisa mengalahkan dan melemahkannya. Kitab Taurat, kitab kuno dan leluhurnya telah memberitakan bahwa Nabi akhir zaman dan umatnya akan memimpin dunia hingga hari kiamat. Lantas apa yang mereka lakukan?
Yahudi melawan takdir Allah. Mereka berusaha membunuh dan menghancurkan Nabi Muhammad saw beserta umatnya, lewat jalan berkolaborasi dengan Musyrikin Mekah dan Arab serta Munafikin Madinah. Mereka mengepung Madinah dari luar dan dalam. Mereka melawan takdir yang telah mereka ketahui. Lalu apa hasilnya? Rasulullah saw dan para sahabat berhasil melemahkan seluruh kekuatan gabungan mereka.
Saat Yahudi Madinah tersadar dan ingin mengikuti Rasulullah saw, muncullah Munafikin Madinah dan kabilah Arab di sekitarnya yang berjanji untuk membantu mereka. Dengan dukungan tersebut, Yahudi kembali memusuhi Rasulullah saw dan para Sahabat. Namun, takdir telah ditetapkan. Perlawanan dan dukungan dari apa dan siapa pun tak bisa mengubah takdir-Nya.
Benteng kokoh telah mengitarinya. Tak ada benteng yang kokoh di Hijaz kecuali milik Yahudi. Panah, tombak, dan peralatan militer tercanggihnya melampaui kekuatan kaum Muslimin. Logistiknya telah disiapkan untuk pertempuran yang lama. Tetapi mengapa tetap kalah?
Sebab, Allah SWT menyusupkan rasa takut pada mereka. Saat tak bertauhid, ketakutan akan mengepungnya, menyelusup ke dalam hati, akal, dan jiwa Yahudi. Yahudi pun menyerah tanpa perlawanan yang berarti. Kisah ini dirangkum dalam surat Al-Hasyr ayat 2.
Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan (siksaan) kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka; sehingga memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan! – QS. Al-Hasyr : 2
Takdir itu masih terus berlaku bagi Zionis Israel yang menjajah rakyat Palestina. Hanya waktu yang membuktikannya.