Kekejaman Rezim Bashar al-Assad di Suriah
Presiden Suriah sejak tahun 2000, Bashar al-Assad, telah menjadi sorotan dunia karena kekejaman yang dilakukan rezimnya, terutama sejak perang saudara Suriah dimulai pada tahun 2011. Berikut ini adalah beberapa contoh kekejaman rezim tersebut, didukung oleh laporan dan investigasi dari organisasi internasional:
Penggunaan Senjata Kimia
Rezim Bashar al-Assad dilaporkan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil. Salah satu kasus paling terkenal terjadi di Ghouta Timur pada Agustus 2013. Ketika itu, gas sarin digunakan dan menewaskan lebih dari 1.400 orang, termasuk anak-anak, menurut laporan Human Rights Watch (2013) dan Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW). Laporan PBB (2018) juga mengonfirmasi keterlibatan rezim dalam serangan serupa di Khan Sheikhun pada 2017.
Pembantaian Massal
Laporan dari Amnesty International mencatat pembantaian massal di berbagai wilayah, semisal di Houla (2012), di mana 108 orang termasuk 49 anak-anak dibunuh oleh pasukan rezim dan milisi loyalis. Laporan PBB menyebutkan, pembunuhan itu dilakukan dengan senjata berat dan eksekusi langsung.
Pengepungan dan Kelaparan
Rezim menerapkan strategi pengepungan terhadap daerah-daerah yang dikuasai oposisi, semisal Ghouta Timur (2013-2018). Laporan dari World Food Programme (WFP) dan PBB menyebutkan, warga yang terjebak menghadapi kelaparan ekstrem, hingga ada kasus di mana orang tua terpaksa memberikan daun dan rumput kepada anak-anak mereka untuk bertahan hidup.
Penangkapan dan Penyiksaan Sistematis
Laporan dari Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty International menunjukkan adanya penyiksaan brutal di pusat-pusat penahanan, termasuk Penjara Saydnaya, yang digambarkan sebagai “rumah jagal manusia”. Laporan Amnesty (2017) menyebutkan bahwa antara 5.000 hingga 13.000 orang dieksekusi secara rahasia di penjara tersebut dalam lima tahun pertama konflik.
Serangan terhadap Infrastruktur Sipil
Rezim al-Assad kerap menargetkan rumah sakit, sekolah, dan pasar. Laporan dari Physicians for Human Rights (PHR) menunjukkan lebih dari 400 serangan terhadap fasilitas medis sejak 2011 yang sebagian besar dilakukan oleh pasukan pemerintah Suriah. Serangan itu sering dianggap sebagai upaya untuk menghancurkan akses masyarakat terhadap layanan dasar.
Pengungsian Massal
Konflik telah menyebabkan lebih dari 12 juta warga Suriah terpaksa meninggalkan rumah mereka, menurut data UNHCR (2023). Sekitar 6,6 juta orang menjadi pengungsi di luar negeri. Sedangkan 6,9 juta lainnya menjadi pengungsi internal.
Penggunaan Milisi Loyalis
Milisi pro-pemerintah semisal Shabiha dituduh melakukan berbagai kekejaman, termasuk pembunuhan, perkosaan, dan penjarahan. Laporan dari International Crisis Group dan investigasi oleh BBC (2012) menyoroti keterlibatan milisi ini dalam operasi-operasi brutal di berbagai wilayah Suriah.
Tanggapan Dunia Internasional
Meski pun berbagai laporan dari PBB, Amnesty International, dan Human Rights Watch telah mendokumentasikan kekejaman tersebut, tanggapan dunia internasional masih terpecah. Dukungan dari Rusia dan Iran kepada rezim al-Assad memerkuat posisinya.
Kekejaman rezim Bashar al-Assad telah menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di abad ke-21. Laporan dari PBB (2023) menegaskan bahwa konflik ini menciptakan tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung, dengan dampak besar terhadap jutaan warga sipil Suriah.