Kita Bukan Bangsa Tempe! Tolak Kehadiran Timnas Israel!
Penulis: Muhammad Rifqi S.M (Alumni Pelatihan Jurnalistik sabili.id Batch 1)
Pergelaran kejuaraan akbar sepak bola dunia di bawah usia 20 tahun (under 20 years old) kurang lebih dua bulan lagi akan dilaksanakan di Indonesia. Namun, sejumlah kelompok dan elemen masyarakat sudah menyatakan penolakan akan hadirnya tim nasional Israel untuk ikut serta di Piala Dunia U-20.
Penolakan kehadiran tim dari negara fasis bin apartheid di Indonesia itu bukan tanpa alasan. Sejumlah sebab diutarakan elemen masyarakat yang menolak. Dari tiadanya hubungan diplomatik di antara dua negara hingga aksi penjajahan yang dilakukan negara Israel terhadap bangsa Palestina yang masih berlangsung sampai detik ini.
Belajar dari Sejarah
Penolakan kehadiran Timnas U-20 Israel oleh beberapa kelompok di Indonesia itu sejatinya bukan muncul secara tiba-tiba. Ada rentang sejarah yang selaras dengan alasan penolakan itu. Mari kita melihat jauh ke belakang. Lebih dari 65 tahun lalu, di masa kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia yang kala itu tengah mengikuti babak kualifikasi Piala Dunia 1958 di Swedia, rela mengubur mimpinya lolos ke putaran final Piala Dunia. Sebab, saat itu timnas sepak bola Indonesia menolak bermain melawan timnas Israel.
Dasar penolakaan Indonesia untuk bermain melawan tim Israel itu adalah semangat anti-kolonialisme dan anti-imperialisme yang tengah membara di tanah air, saat awal kemerdekaan. Di dalam bukunya, "Football Villains", Owen A. McBall menulis,
“Indonesia yang secara politik sedang getol-getolnya mengumandangkan perlawanan terhadap neokolonialisme, menganggap Israel sebagai penjajah rakyat Palestina, dan karena itu menolak bertanding melawan Israel.”
Berpijak dari pengalaman sejarah tersebut, adalah wajar jika dalam gelaran Piala Dunia U-20 yang akan dilaksanakan beberapa minggu lagi, sejumlah elemen mendesak pemerintah Indonesia untuk segera menolak kedatangan negara penjajah zionis Israel. Sebagaimana para pendahulu kita menolak bermain dengan Israel 65 tahun yang lalu.
Tolak Berikan Visa
Ada fakta sejarah yang lain. Di tahun 1951, Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian Games. Tetapi keinginan Indonesia ditolak, karena dianggap kondisi negara belum stabil.
Pantang menyerah, Indonesia kembali mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah pesta olah raga se-Asia itu. Akhirnya perjuangan panjang itu tercapai tahun 1962. Ketika itu, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Asian Games IV. Gelaran Asian Games itu akan diadakan di Jakarta.
Namun, pada saat menjelang penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta tersebut, Indonesia menolak memberikan visa kepada dua negara, Israel dan Taiwan. Sebab, Indonesia saat itu tengah gencar mendukung perjuangan rakyat Palestina. Akibatnya, Indonesia langsung mendapat teguran dari Wakil Presiden Federasi Asian Games asal India, Dutt Sondhi. Teguran dari Dutt Sondhi ini memicu rakyat Indonesia melakukan demonstrasi besar-besaran di depan Kedutaan Besar India di Jakarta. Pasalnya, Dutt Sondhi dianggap tak menghargai keputusan Presiden Soekarno dan bangsa Indonesia yang ketika itu gencar mendukung perjuangan rakyat Palestina, untuk menolak memberikan visa kepada kontingen Israel dan Taiwan.
Kasus Indonesia menolak Israel dan Taiwan itu lantas dibawa ke forum International Olympic Committee (IOC). Di dalam pertemuan IOC tanggal 7 Februari 1963 di Lausanne, Swiss, dalam sidang Executive Board, IOC memutuskan untuk memberikan sanksi kepada Indonesia hingga waktu yang tidak ditentukan.
Sanksi yang diberikan IOC kepada Indonesia itu membuat Presiden Soekarno berang. Di dalam pidatonya, saat Musyawarah Front Nasional yang diadakan pada 13 Februari 1963, Presiden Soekarno dengan tegas mengatakan, “Kita bangsa Indonesia ini bukan bangsa tempe. Bukan bangsa kintel. Oleh karena itu, perintahkan agar Indonesia keluar saja dari IOC. Biarlah kita keluar dari IOC, asal kita tetap menjadi bangsa yang kuat”.
Bukan hanya itu. Soekarno pun memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk segera menarik diri dari keanggotaan IOC. Sebagai tindak lanjut dari kemarahan Presiden Soekarno itulah, pada 10 November 1963 Indonesia mendirikan Games of the New Emerging Forces (GANEFO) sebagai tandingan Asian Games.
Jadi, dari sejarah yang sudah terjadi itu, sudah seharusnya kita mengikuti langkah pemimpin kita terdahulu. Apalagi, sebagai bangsa Indonesia, kita harus melanjutkan perjuangan Founding Fathers bangsa kita, yang bercita-cita mulia, seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Yaitu,
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan."
Maka, sudah tepat jika kita menolak kedatangan Tim Sepak Bola Nasional Israel. Tepat, sebagaimana spirit bangsa Indonesia.