Korpus BEM SI: “Gerakan Mahasiswa Itu Memang Tak Pernah Bisa Dihentikan”
Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar “Aksi Memperingati 10 Tahun Kegagalan Kepemimpinan Jokowi”, pada Senin (22/7/2024) siang di depan Istana Negara, tepatnya di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat. Aksi tersebut, menurut Koordinator Pusat (Korpus) BEM SI, Herianto, karena BEM SI memandang, sudah 10 tahun sejak Jokowi pertama kali menjabat sebagai Presiden, sangat banyak kebijakan pemerintah yang sangat tidak pro terhadap rakyat. Bahkan, menjelang akhir masa kepemimpinan Jokowi, serentetan kebijakan yang sangat merugikan rakyat justru dikeluarkan.
Saat melakukan persiapan menjelang “Aksi Memperingati 10 Tahun Kegagalan Pemerintahan Presiden Jokowi” itu, Korpus BEM SI, Herianto, dengan tegas menyatakan bahwa gerakan mahasiswa tidak akan pernah bisa dibungkam. “Gerakan mahasiswa itu memang tidak pernah bisa dihentikan. Dibungkam sekalipun. (walau) Gerakan sedikit tetapi gerakan itu tetap ada,” tegas Herianto kepada wartawan Sabili.id, Kanzul Rakib.
Aksi tersebut dimulai pukul 14.00 WIB. Herianto menyebut, pihaknya berharap aksi mereka dapat dihadiri oleh Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko. “Minimal Pak Moeldoko hadir di tema kajian kita, untuk menemui massa aksi. Karena kajian kita di Sembilan Poros itu ada 250 halaman kajian yang kami rangkum. Makanya dalam kajian itu ada 12 poin tuntutan yang mewakili banyak tuntutan,” kata Herianto.
Herianto berharap, poin-poin tuntutan dalam kajian tersebut bisa tersampaikan dengan baik. Ada pun poin-poin kajian BEM SI tersebut bisa diakses di Instagram @bem_si.
“Pesan kami, poin-poin tuntutan kajian teman-teman ini tersampaikan, sehingga pesan moral sebagai pemimpin, Presiden di akhir periodenya bukan meninggalkan jejak-jejak hitam tetapi meninggalkan kesan yang memang bisa dilihat dan dikenang dengan baik oleh masyarakat. Jangan meninggalkan hutang yang banyak dan sebagainya,” ungkap Herianto saat menyinggung kepemimpinan Jokowi yang mereka anggap gagal.
Herianto juga menjelaskan alasan mengapa aksi ini mengangkat isu “Mengadili Jokowi” dalam tagline-nya. “Mengapa kita mengangkat tagline 'Mengadili 10 tahun Jokowi'? Ini adalah penegasan bahwa banyak janji yang belum dilaksanakan oleh presiden itu sendiri, sehingga ini menjadi evaluasi buat pemerintah ke depan. Gerakan mahasiswa itu memang tetap memperhatikan kebijakan-kebijakan yang tidak pernah pro terhadap rakyat. Dan ini menjadi penekanan bahwa catatan hitam tidak selamanya akan selesai begitu saja,” ucapnya.
Lanjut Herianto, untuk mengingatkan pemerintah tentang hal itulah, mahasiswa menggelar aksi tersebut. Kehadiran massa aksi, menurut Herianto, adalah sebagai pengingat bagi pemerintah.
“Kita hadir di sana sebagai pengingat bahwa pemerintah ini seharusnya bagaimana. Kita kasih peringatan dan itu menjadi evaluasi, karena kebijakan Jokowi ini sudah semena-mena,” ujar Korpus BEM SI.
Terakhir, Herianto mengingatkan pemerintahan yang baru, yaitu pemerintahan yang dipimpin Presiden terpilih, Prabowo Subianto, agar lebih terbuka dalam membuat kebijakan. “Harapan untuk pemerintahan Prabowo, ketika membuat kebijakan mulailah terbuka, libatkan masyarakat, karena kan yang merasakan kebijakan itu adalah masyarakat. Ajak dialog, tidak perlu khawatir!” tutupnya.