Kualitas SDM sebagai Kunci Kemajuan Bangsa: Pelajaran dari Negara yang Minim SDA

Kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM). Bukan sumber daya alam (SDA). SDM yang berkualitas memiliki peran sentral dalam menciptakan inovasi, efisiensi, dan pengelolaan yang baik dalam pembangunan suatu negara.

Menurut ekonom Pembangunan, Amartya Sen, dalam bukunya “Development as Freedom”, kemajuan ekonomi dan sosial suatu negara lebih dipengaruhi oleh kapabilitas manusianya dalam mengelola sumber daya dan menciptakan kesejahteraan, daripada hanya mengandalkan SDA. Sen menekankan bahwa faktor semisal pendidikan, kesehatan, dan partisipasi politik adalah penentu utama dalam menentukan kualitas hidup masyarakat.

Indikator kualitas SDM dapat dilihat dari beberapa aspek. Misalnya tingkat pendidikan, produktivitas tenaga kerja, inovasi teknologi, serta kemampuan adaptasi terhadap perubahan global. Laporan Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sering digunakan sebagai ukuran standar untuk menilai kemajuan suatu negara berdasarkan kualitas SDM-nya. HDI mengukur harapan hidup, tingkat pendidikan, dan standar hidup yang layak.

Di antara contoh beberapa negara yang minim sumber daya alam, namun berhasil mencapai kemajuan dan kesejahteraan karena kualitas SDM mereka, adalah Belanda, Singapura, dan Taiwan. Belanda merupakan contoh negara yang hampir tidak memiliki sumber daya alam (SDA), namun berhasil menjadi salah satu negara paling maju dan sejahtera di dunia. Dengan wilayah yang sebagian besar berada di bawah permukaan laut, Belanda menghadapi tantangan geografis yang signifikan. Namun, mereka mampu mengatasinya melalui inovasi teknologi, pendidikan tinggi, dan perencanaan kota yang matang.

Keberhasilan Belanda banyak ditopang oleh keahlian mereka dalam manajemen air, pertanian teknologi tinggi, serta ekonomi berbasis jasa dan perdagangan internasional. Infrastruktur yang modern, sistem transportasi yang efisien, serta kebijakan sosial yang inklusif juga berkontribusi pada kesejahteraan rakyatnya. Fokus negara ini pada pendidikan dan inovasi, seperti terlihat dari universitas-universitas terkemuka dan industri teknologi mereka, menunjukkan bahwa SDM berkualitas adalah pilar utama kemajuan Belanda, bukan SDA.

Pendekatan Lokal Indonesia terhadap Pembangunan Berkelanjutan dalam Perspektif Islam
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam semisal keadilan, keseimbangan, dan tanggung jawab, Indonesia dapat menciptakan model pembangunan yang tidak hanya berkelanjutan secara ekonomi dan ekologis, tetapi juga bermakna secara spiritual dan sosial.

Selain keunggulan dalam manajemen air dan teknologi, Belanda juga dikenal dengan sistem tata kelola pemerintahannya yang efisien dan transparan, yang turut mendukung kemajuan dan kesejahteraannya. Sejak abad ke-17, Belanda sudah menjadi pusat perdagangan global melalui pelabuhan-pelabuhan utamanya, semisal Rotterdam, yang saat ini merupakan salah satu pelabuhan tersibuk di dunia. Keberhasilan ini diperoleh melalui inovasi di sektor logistik, efisiensi birokrasi, dan kebijakan ekonomi yang terbuka.

Sistem pendidikan Belanda yang inklusif dan berfokus pada pengembangan keterampilan praktis juga menciptakan tenaga kerja yang produktif dan berdaya saing tinggi. Selain itu, Belanda memiliki sektor pertanian yang sangat efisien meski lahannya terbatas, dengan teknologi pertanian modern yang membuat dia menjadi salah satu eksportir produk pertanian terbesar di dunia. Semua itu didukung oleh infrastruktur yang maju dan lingkungan yang tertata rapi, menjadikan Belanda sebagai negara yang tidak hanya sejahtera secara ekonomi, tetapi juga indah secara tata kota dan lingkungan.

Singapura, yang hampir tidak memiliki SDA, membangun ekonominya melalui investasi besar-besaran dalam pendidikan dan infrastruktur, menjadikannya pusat keuangan dan teknologi terkemuka di dunia. Begitu juga dengan Taiwan, yang minim SDA namun berhasil menjadi kekuatan manufaktur dan teknologi dunia karena fokusnya pada pengembangan SDM yang berkualitas.

Menilik Indonesia, dengan kekayaan SDA yang melimpah, ada potensi besar untuk mencapai kesejahteraan jika kualitas SDM terus ditingkatkan. Menurut ekonom, Jeffrey Sachs, dalam bukunya “The End of Poverty”, negara-negara yang kaya SDA sering kali mengalami apa yang disebut “kutukan sumber daya”, di mana ketergantungan pada SDA justru memerlambat inovasi dan pengembangan SDM. Sachs berpendapat bahwa investasi dalam pendidikan, penelitian, dan pengembangan teknologi adalah kunci untuk memanfaatkan potensi SDA dengan efektif.

Strategi untuk meningkatkan kualitas SDM di Indonesia mencakup beberapa langkah penting. Pertama, memerbaiki akses dan kualitas pendidikan di seluruh wilayah, terutama di daerah terpencil, agar seluruh masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Profesor Claudia Goldin, dalam penelitiannya tentang sejarah pendidikan di Amerika Serikat, menekankan bahwa peningkatan akses pendidikan memiliki dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan.

Ironi Pemerintahan Prabowo: Berencana Turunkan Pajak Korporasi, Bebankan Pajak Baru untuk Kelas Menengah
Sangatlah ironi ketika korporasi besar justru menikmati pengurangan tarif pajak, sementara masyarakat kelas menengah, yang sering dianggap sebagai tulang punggung perekonomian.

Kedua, meningkatkan pelatihan vokasional dan teknis untuk mendukung tenaga kerja yang lebih terampil, sesuai dengan kebutuhan industri modern. Ketiga, memerkuat sistem kesehatan publik, karena kesehatan yang baik adalah prasyarat penting bagi produktivitas SDM. Terakhir, Indonesia perlu mendorong budaya inovasi dengan meningkatkan dukungan terhadap penelitian dan pengembangan.

Profesor Richard Florida dalam bukunya “The Rise of the Creative Class” berargumen bahwa kemajuan ekonomi modern bergantung pada kapasitas kreatif dan inovatif SDM, yang akan menentukan daya saing global suatu bangsa.

Di dalam Al-Qur'an, pentingnya pengembangan sumber daya manusia ditegaskan dalam ayat yang menyebutkan potensi akal dan ilmu sebagai sarana untuk mencapai kemajuan. Allah berfirman dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS Al-Mujadilah: 11).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa kemuliaan dan kemajuan suatu bangsa bergantung pada kualitas ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakatnya. Tafsir Al-Manar yang disusun oleh Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Rida, menegaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah pilar utama dalam membangun peradaban. Menurut mereka, ilmu tidak hanya mencakup pengetahuan agama tetapi juga ilmu duniawi yang bermanfaat untuk kemajuan ekonomi, iptek, sosial, dan politik.

Rasyid Rida menekankan bahwa umat Islam harus mengambil peran aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk membangun masyarakat yang maju dan berkeadilan. Tafsir ini menggarisbawahi betapa pentingnya pengembangan SDM melalui ilmu untuk mencapai kesejahteraan yang diinginkan oleh Allah ﷻ.

Memerhatikan kekayaan SDA yang dimiliki, Indonesia memiliki peluang besar untuk memadukan potensi alam dan SDM, sehingga mampu mencapai kesejahteraan dan kemajuan yang berkelanjutan. Dengan mengambil kebijakan yang fokus pada peningkatan SDM dan inovasi, Presiden Prabowo Subianto memiliki peluang besar untuk membawa Indonesia menuju era emas di tahun 2045. Kesuksesannya akan bergantung pada sejauh mana ia mampu memadukan kekayaan SDA dengan pengembangan SDM yang berkualitas dan kompetitif di era global.