Liku-liku Abdurrahman bin Auf dalam Pemilihan Khalifah

Umar bin Khattab membentuk Majelis Syuro untuk menentukan penggantinya sebagai khalifah. Anggotanya terdiri dari 6 orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw. Mereka yaitu Ali, Utsman, Zubair, Thalhah, Saad, dan Abdurahman bin Auf. Jika di dalam proses pemilihan terjadi deadlock, maka keputusan ada di tangan Abdurrahman bin Auf. Majelis itu hanya diberi waktu 3 hari untuk masa kerja.

Mengapa Abdurrahman bin Auf dijadikan penentu jika terjadi deadlock?

Menurut Umar bin Khattab, Abdurrahman bin Auf merupakan sebaik-baiknya orang yang memiliki pendapat. Dia mendapat pertolongan dan pandai, serta mendapat penjagaan dari Allah SWT. Di kesempatan lain, Umar bin Khattab memuji Abdurrahman bin Auf sebagai orang yang paling adil.

Proses pemilihan pun dimulai. Abdurrahman bin Auf membentuk 3 orang nominasi yang masuk ke proses pemilihan tahap berikutnya. Abdurrahman bin Auf bertanya kepada setiap anggota majelis. Utsman bin Affan mendapatkan suara dari Thalhah dan Ali. Ali bin Abi Thalib mendapatkan suara dari Zubair dan Utsman. Sedangkan Abdurrahman bin Auf mendapatkan suara dari Saad.

Lalu, Abdurrahman bin Auf mengundurkan diri dari nominasi. Jadi, hanya Ali dan Utsman yang masuk ke tahap berikutnya. Bagaimana Abdurrahman bin Auf memecahkan persoalan ini, padahal Umar bin Khattab menunjuk dia menjadi penentu?

Baca Juga : Penduduk Madinah Menolak Politik Dinasti ala Muawiyah

Selama 3 hari, Abdurrahman bin Auf tak bisa memejamkan matanya selain hanya sesaat. Seluruh waktunya ia habiskan untuk shalat, berdoa dan beristikharah, meminta pilihan terbaik kepada Allah SWT. Di dalam kondisi ini Allah mengilhamkannya, bagaimana pendapat masyarakat umum di luar Majelis Syura? Bukankah banyak Sahabat Senior yang bermukim di Madinah?

Abdurrahman bin Auf pun mendatangi sahabat yang lainnya dan bermusyawarah dengan mereka. Ia merundingkan masalah ini dengan para pembesar sahabat, tokoh-tokoh, para pemimpin pasukan, dan orang-orang yang datang ke Madinah. Abdurrahman bin Auf melakukan survei kepada kaum perempuan, anak-anak, dan budak-budak. Lantas apa hasil survei dan pertimbangan dari luar Majelis Syura?

Di malam batas akhir pemilihan khalifah, Abdurrahman bin Auf secara bergantian memanggil Zubair dan Saad. Lalu berunding bersamanya. Memanggil Ali bin Abi Thalib, lalu berunding bersamanya. Terakhir, berunding dengan Utsman bin Affan. Abdurrahman bin Auf menyampaikan hasil diskusi dan survei terhadap para Sahabat dan penduduk Madinah tentang sosok siapakah yang akan melanjutkan tongkat kepemimpinan setelah wafatnya Umar bin Khattab.

Waktu pengumuman hasil Majelis Syura pun tiba. Ketika selesai shalat Subuh, Abdurrahman bin Auf mengumpulkan anggota Majelis Syura, kaum Muhajirin, Anshar, dan para Amir pasukan. Dengan mengucapkan syahadat, diumumkan bahwa Utsman bin Affan yang diangkat menjadi khalifah melanjutkan Umar bin Khattab. Semua yang hadir berbaiat kepada Utsman bin Affan, termasuk Ali bin Abi Thalib.

Di dalam pemilihan khalifah, Umar bin Khattab membuat terobosan dengan membentuk Majelis Syura sebagai lembaga pemilihan khalifah dengan tata cara pemilihan yang jelas. Abdurrahman bin Auf membuat terobosan dengan melakukan jajak pendapat dan survei terhadap penduduk Madinah tentang siapakah pengganti Umar bin Khattab di antara dua calon, yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Menurut Imam adz-Dzahabi, “Peranan terbaik Abdurrahman bin Auf dalam panggung sejarah Islam adalah ketika ia mengundurkan diri dari pencalonan khalifah pada majelis syura umat ini. Juga, ketika menunjuk seseorang di antara mereka berdasarkan kesepakatan Ahlus Syura, yaitu memilih Utsman bin Affan. Seandainya dia bersikap memihak pada satu golongan tertentu, niscaya jabatan itu akan diambil olehnya, atau dia akan memberikan jabatan itu kepada sepupunya dan orang terdekatnya, Saad bin Abu Waqqash.”