Luar Biasa! Taliban Berhasil Pangkas Habis Opium Hingga 95 Persen!

Sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh International Crisis Group (ICG) pada Kamis (12/9/2024) mengungkap, kampanye anti-narkoba yang diluncurkan oleh Taliban setelah mereka mengambil alih kekuasaan pada 2021 berhasil mengurangi penanaman opium poppy di Afghanistan hingga 95%. Menurut laporan yang berjudul “Masalah Ladang Opium di Afghanistan: Perang Taliban Melawan Narkoba” itu, capaian tersebut menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah upaya pemberantasan narkoba modern.

ICG menjelaskan bahwa kampanye Taliban untuk memerangi narkoba dimulai dengan perlahan. Taliban memulai dengan menargetkan pengguna narkoba, mengumpulkan mereka di pusat rehabilitasi, dan memperingatkan para petani agar berhenti menanam bunga poppy, yang selama berabad-abad menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar petani Afghanistan. Saat peringatan ini tidak diindahkan, Taliban mengambil langkah lebih tegas dengan menghancurkan ladang-ladang opium dan berhadapan secara langsung dengan para petani.

Namun, keberhasilan tersebut juga diiringi dengan berbagai dinamika lainnya, khususnya ekonomi. Laporan menyebutkan bahwa larangan Taliban itu memengaruhi sekitar 7 juta orang, termasuk petani miskin dan perempuan pedesaan, yang kehilangan sumber penghasilan utama mereka. Diperkirakan, para petani mengalami kerugian sebesar $ 1,3 miliar per tahun, atau kira-kira 8% dari produk domestik bruto Afghanistan pada 2023.

Wawancara Khusus Channel Al-Arabiya dengan Jubir Imarah Islam Afghanistan (Bagian 2)
Ini adalah bagian kedua dari isi wawancara yang dilakukan oleh saluran Televisi Al-Arabiya dengan juru bicara resmi Imarah Islam Afghanistan, Zabihullah Mujahid, tanggal 17 Agustus 2024 M.

Sementara sebagian petani beralih menanam gandum dan kapas, namun mereka tetap kesulitan memenuhi kebutuhan hidup karena pendapatan dari tanaman tersebut tidak sebanding dengan keuntungan dari penanaman opium. Sebaliknya, para pemilik tanah dan pedagang besar meraup keuntungan besar dari kenaikan harga opium setelah larangan diberlakukan. Mereka berhasil menjual cadangan opium mereka dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Laporan Crisis Group juga mengungkapkan bahwa meski pun Taliban telah berhasil menegakkan larangan, masa depan pelarangan ini masih belum pasti. Banyak petani, terutama di wilayah selatan yang merupakan basis pendukung Taliban, mematuhi aturan ini. Namun, di beberapa daerah, termasuk Kandahar yang merupakan provinsi asal Taliban, masih terdapat perlawanan terhadap larangan tersebut. Hal ini lebih sangat terlihat di daerah pegunungan utara dan timur Afghanistan.

Salah satu tantangan utama bagi Taliban adalah keterbatasan anggaran untuk mengembangkan infrastruktur pertanian yang diperlukan untuk mendukung transisi dari budi daya opium. Proyek-proyek penting semisal irigasi, fasilitas penyimpanan, dan pembangunan jalan, sangat diperlukan. Namun, Taliban tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk merealisasikannya.

Taliban sendiri memiliki sejarah panjang terkait penanaman bahan narkoba itu di Afghanistan. Sejak berdiri pada 1994, Afghanistan telah menjadi salah satu produsen opium terbesar di dunia. Pada awal tahun 2000-an, pemimpin Taliban, Mullah Omar, sempat mengeluarkan larangan terhadap penanaman opium. Namun, larangan tersebut tidak berlangsung lama karena Taliban mencabutnya pada September 2001, menjelang konfrontasi militer dengan Amerika Serikat. Pasca penggulingan Taliban pada 2001, penanaman opium kembali meroket di bawah pemerintahan baru yang didukung oleh AS.

(Sumber: International Crisis Group (ICG), Al Jazeera)