Madrasah Keimanan, di Balik Kengerian Gempa Turki dan Suriah
Penulis: M. Lili Nur Aulia (Redaktur Majalah Sabili 1998-2000)
Gempa itu, mengerikan. Pengamat menyebut inilah gempa terdahsyat sejak abad 16. Ya, itulah gempa berkekuatan 7,8 SR yang terjadi di sejumlah tempat di Turki dan Suriah. Tapi, ternyata kengerian dan kesulitan itu tak membuat para korban marah dan benci terhadap ketetapan Allah. Berbagai sumber di media sosial, tentang para korban gempa mengerikan itu, justru mengajarkan kita tentang keimanan. Di antara mereka, ada yang justru bersyukur, ada yang tetap ingat dengan kewajiban menegakkan shalat, kewajiban menutup aurat, dan bahkan mengajarkan buah hatinya untuk bertahan di bawah reruntuhan dengan berdzikir laa ilaaha illallaah.
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “ (Al-Baqarah: 216)
Inilah adegan yang berulangkali terjadi dari kengerian akibat gempa tektonik dahsyat yang menimpa Turki dan Suriah. Dari bawah reruntuhan itu juga, kita lebih mengerti tentang sabda Nabi saw :
رب اشعث اغبر مدفوع بالابواب لو اقسم على الله لابره (رواه مسلم)
"Banyak orang yang rambutnya semerawut dan diusir ketika berada di pintu rumah seseorang, namun jika bersumpah/ berdoa kepada Allah maka Allah akan mengabulkannya" (HR. Muslim)
Mari kita lihat bagaimana madrasah keimanan di balik gempa terdahsyat itu…
“Beri aku jilbab dahulu…. “
Seorang wanita Turki di Kahramanmaraş menolak keluar dari bawah reruntuhan! Saat para relawan bertanya, kenapa ia menolak keluar dari reruntuhan, wanita itu menjawab : “Beri saya kerudung dulu.” Lalu, petugas penyelemat berteriak: “Beri kami kerudung… beri kami kerudung". Tak lama kemudian kerudung diberikan kepada wanita lima puluhan tahun itu. Dan ia keluar dengan wajah bahagia dan kalimat-kalimat dzikir tak lepas dari bibirnya.
Seorang Bayi Selamat… Allaahu Akbar!
Seorang bayi usia di bawah satu tahun, ditemukan dari bawah reruntuhan sebuah rumah di Hatay, Turki. Ia berhasil diselamatkan oleh petugas yang menemukannya secara kebetulan. Semua orang yang menyaksikan, karena semua orang terkejut bahwa dia masih hidup, meskipun gempa telah berlalu lebih dari 3 hari. Mereka berulang-ulang berteriak “Allahu akbar… Allaahu akbar… “
“Aku Ingin Shalat dulu…..”
Seorang kakek Suriah terjebak oleh puing-puing selama berjam-jam. Para petugas bantuan berjuang untuk mengeluarkannya. Tapi ternyata kakek tersebut memikirkan hal lain. Saat akan diselamatkan ia mengatakan : “Shalat… shalat… saya tak mau ketinggalan shalat. Beri saya air untuk berwudhu.”
Petugas penyelamat kagum dengan permintaannya, dan meyakinkannya bahwa dia dapat melaksanakan shalat setelah keluar dari bawah reruntuhan, atau melakukan tayammum. Tetapi kakek tersebut terus mendesak agar bisa melakukan sholat wajib tepat waktu, begitu berkesan dan sangat mempengaruhi hati orang yang ada di sekitar tempat kejadian.
“Ya Allah, aku sudah lama tidak shalat saat ada di bawah reruntuhan…”
Peristiwa lain yang begitu berkesan adalah ketika seorang anak Suriah kecil berdzikir kepada Allah dan shalawat kepada Nabi shallalaahu alaihi wa sallam, agar dapat bertahan dari sakit yang dialaminya. Saat dirawat, ia berdo’a “Ya Allah… aku ingin sekali shalat. Aku sudah lama tidak shalat ya Allah saat ada di bawah reruntuhan… ”
“Nak… ucapkan Laa ilaaha illallaah..”
Juga sikap seorang ayah Suriah yang terkejut karena putranya terjebak di reruntuhan, di lantai loteng, setelah gempa yang menyebabkan sebagian rumah mereka runtuh. Putranya berteriak ketakutan dengan panggilan: Ya Tuhan! Dan sang ayah mengikuti kondisi anaknya yang terjebak di antara puing-puing, dan mengajarinya dua kalimat syahadat, lalu sang anak menjawab dan mengulangi dua kalimat syahadat.
Sungguh, semuanya peristiwa yang memilukan. Semuanya mengajarkan kita tentang makna kehidupan dan kematian. Bahwa kita pasti mati. Hanya Allah yang abadi. Bahwa segala kondisi harus selalu dikembalikan kepada Allah, saat senang maupun sulit. Bahwa ketetapan Allah selalu terbaik. Dan berbagai pelajaran berharga lainnya. Dari gempa Turki dan Suriah kita belajar tentang hakikat Iman. Inilah, madrasah keimanan.